Vatikan
Organisasi Pemuda Lintas Agama dari Indonesia Kunjungi Vatikan, Promosi Dokumen Abu Dhabi
Rombongan dipimpin oleh Ketum GP Ansor, Addin Jauharudin dan ditemani oleh para ketum organisai lain dan pengurus organisasinya.
Dirinya mendorong generasi muda di dunia, terlibat berpikir dan bekerja untuk menata semesta, menegakkan keadilan itu semua, membangun kemakmuran untuk sesama.
"Sebagai umat Katolik dan Warga Indonesia, menegaskan keKatolikan dan Ke-Indonesiaan kami secara murni (100 persen) dan paralel. Perjalanan ke Vatikan ini saya anggap sebagai perjalanan misi persaudaraan sejati. Organisasi pemuda lintas iman, mempertegas dan memperkuat nilai-nilai perdamaian dan toleransi yang diajarkan dan dicontohkan oleh Bapa Suci Paus dan Imam Al Azhar. Ini simbol yang harus terus dirawat dan ditumbuhkembangkan di setiap nafas kehidupan oleh setiap insan,“ tegas Stefanus Asat Gusma.
Menurut I Gede Ariawan, dalam Hindu ada ungkapan Vasudhaiva Kutumbakam "Dunia Adalah Satu Keluarga". Gagasan ungkapan tersebut masih relevan hingga saat ini karena menekankan perspektif global, mengutamakan kesejahteraan kolektif di atas kepentingan individu atau keluarga.
Hal ini mendorong dirinya untuk memikirkan kesejahteraan orang lain, memupuk solidaritas dan tanggung jawab global, terutama dalam mengatasi isu-isu krusial seperti perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, perdamaian, dan toleransi terhadap perbedaan. Hiduplah dengan Murah Hati!
Bagi Sahat MP Sinurat, kunjungan organisasi kepemudaan Lintas Iman ke Vatikan adalah wujud dari komitmen pemuda Indonesia untuk merawat keberagaman dan menyuarakan perdamaian di tengah berbagai konflik yang sedang terjadi di berbagai negara.
Gagasan mediator positif yang selama ini digencarkan organisasinya, GAMKI, terwujud dalam perjalanan ini. Bersolidaritas dengan saudara-saudara lintas iman menjadi bentuk pengejawantahan yang konkret sesuai Dokumen Abu Dhabi. Harapan kami perjalanan iman ini akan terus berlanjut untuk merajut persaudaraan sesama serta mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia.
Restu ke Vatikan
Menurut Addin, dukungan dan restu dari Gereja Katolik Indonesia tersebut diterima saat dirinya bersilaturahmi kepada dua tokoh tersebut.
Dalam kunjungan silaturahmi kepada Kardinal Suharyo di Jakarta (24/7/2024) dan Mgr. Antonius Bunyamin di Bandung (26/7/2024), ia ditemani Putut Prabantoro dari PWKI. Silaturahmi secara diam-diam ini dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir banyak pihak.
"Latar belakang kunjungan ke Vatikan itu terutama karena kunjungan kedua tokoh dunia penandatangan dokumen tersebut. Pada awal Juni 2024, Syekh Ahmed At-Tayyeb berkunjung ke Indonesia. Terkait dengan kunjungan itu, para pemuda lintas agama juga bersilaturahmi dengan Imam Besar Al-Alzar itu. Pada 3-6 September mendatang, Paus Fransiskus akan berkunjung ke Indonesia. Tentu hal ini memiliki makna yang istimewa dan saya tergerak untuk mengajak rekan-rekan organisasi lintas iman untuk berkampanye terkait isi Dokumen Abu Dhabi,“ jelas Addin lebih lanjut.
Baca juga: Sejak Soekarno, Kunjungan Presiden RI ke Vatikan Promosi Universalitas Nilai Pancasila
Bagi Ketum GP Ansor itu, isi dokumen Abu Dhabi itu sangat sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Selain itu, Dokumen Abu Dhabi tidak hanya sesuai untuk Indonesia tetapi seluruh dunia.
Dan dokumen itu, Addin menjelaskan lebih dalam, sangat dibutuhkan untuk dunia yang sekarang terancam berbagai konflik antar negara, yang sebagian juga bersumber dari perbedaan agama.
"Dalam konteks perdamaian dunia, Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan warga negaranya untuk mewujudkan perdamaian dunia. Jadi tidak ada alasan lain bagi warga negara Indonesia, untuk tidak mendukung segala upaya yang dimaksudkan untuk mewujudkan perdamaian dunia. Konflik Rusia–Ukraina, Israel-Palestina, Timur Tengah, Afrika perlu keterlibatan Indonesia,“ ujarnya.
Namun bersamaan dengan turut serta secara aktif dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia, Addin juga mengingatkan satu hal. Yakni, masyarakat Indonesia perlu memastikan terwujudnya perdamaian lintas agama di Indonesia. Alasannya adalah, konflik horizontal di Indonesia sering dipicu oleh konflik yang berbau agama.*
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

                
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.