Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 13 Agutus 2024, Kita Tetaplah Anak
Jangan biarkan rasa takut, kecemasan, aneka komentar orang lain atau berbagai masalah mengurangi sukacita menjadi sarana Allah
Oleh: Pastor John Lewar,SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Selasa 13 Agutus 2024, Kita Tetaplah Anak
Suara Pagi dari Saumlaki - Tanimbar Ambon Maluku
Pontianus, Hippolitus
Lectio:
Yehezkiel 2:8-3:4; Mazmur 119:14.24.72.103.111.131;
Injil: Matius 18:1-5.10.12-14.
Meditatio:
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Makhluk secitra dengan Allah yang paling rapuh adalah anak. Apalagi kalau anak ini masih dalam rahim sang ibu. Ia berada dalam posisi amat rapuh, sangat rentan akan gangguan untuk hidup dan sehat. Dalam hal ini, posisi sang ibu kandung amat menentukan. Jika sang ibu memandang anak sebagai anugerah, maka ia melewati hari-hari pengandungan dengan sukacita, gembira dan bahagia.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 11 Agustus 2024, "Yesus Itulah Roti Hidup"
Hati penuh sukacita, gembira dan bahagia itu akan mencapai puncaknya saat kelahiran anaknya. Lain halnya, jika sang ibu tidak memandang anak sebagai anugerah, tetapi sebagai beban dan siksaan, maka sang janin sangat rentan akan derita dan kematian.
Dalam Seruan Apostolik Sukacita Kasih, Paus Fransiskus mengatakan, “Anak-anak adalah karunia. Setiap anak adalah unik dan tidak tergantikan… Kita mengasihi anak-anak kita karena mereka adalah anakanak, bukan karena mereka rupawan, atau mereka adalah seperti ini atau itu; bukan, karena mereka adalah anak! Bukan karena ia berpikir seperti saya atau karena mewujudkan keinginan saya. Seorang anak adalah seorang anak. Kasih orang tua merupakan sarana kasih Allah Bapa yang menanti-nantikan dengan kelembutan kelahiran setiap anak, menerima
anak tersebut tanpa syarat, dan menyambutnya dengan bebas” (Sukacita Kasih, No. 170).
Setiap anak adalah anak yang mesti disambut tanpa syarat, dengan bebas dan penuh sukacita. Itulah sebabnya kepada setiap ibu hamil Paus Fransiskus berpesan, “Kepada setiap ibu hamil, saya ingin meminta dengan penuh kasih: Jagalah sukacita Anda dan jangan ada hal apa pun yang merampas sukacita rohaniah keibuan. Anak itu pantas
menjadi sukacita Anda. Jangan biarkan rasa takut, kecemasan, aneka komentar orang lain atau berbagai masalah mengurangi sukacita menjadi sarana Allah membawa kehidupan baru ke dalam dunia” (Ibid., No. 171).
Setiap ibu hamil adalah penjaga sukacita, karena “anak-anak adalah hadiah indah dari Tuhan” (Ibid., No. 222). Inilah yang mesti kita sadari dan selalu kita syukuri, bahwa anak-anak adalah hadiah dari Tuhan. Dan, apabila kita berbicara tentang anak, kita selalu berbicara tentang diri kita. Sebab, berapa pun umur kita sampai hari ini, setiap kita adalah anak. Hal ini diingatkan oleh Paus Fransiskus, “Kita harus ingat dengan baik bahwa kita masing-masing adalah seorang anak. Dalam diri setiap orang, „Pun jika orang itu telah menjadi dewasa, atau menjadi tua, juga jika ia menjadi orang tua, jika ia menduduki posisi penting, di bawah semua itu tetap ada identitas seorang anak. Kita semua adalah anak-anak. Dan hal ini selalu membawa kita kembali pada kenyataan bahwa kita tidak menciptakan hidup kita sendiri, tetapi kita menerimanya. Karunia besar hidup ini adalah karunia pertama yang kita terima‟” (Ibid., No. 188).
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Kita semua adalah anakanak. Kita memiliki identitas seorang anak, yang menerima segalanya, juga menerima anugerah hidup dari tangan Bapa. Pertanyaannya, bagaimana kita hidup sebagai anak? Bagaimana kita memperlakukan orang lain sebagai anak? Bagaimana kita memandang setiap orang sebagai anak? Bagaimana kita menghormati martabat hidup seorang anak?
Hari ini Yesus berkata, “Dan barang siapa menyambut seorang anak kecil seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak kecil ini” (Mat 18:5.10a). Siapa pun yang menyambut atau menerima seorang anak, dialah yang terbesar. Sebab, dengan menyambut seorang anak, ia
menyambut Yesus sendiri, dan menyambut Yesus, berarti menyambut Allah yang mengutus-Nya (Mat 10:40). Luar biasa bukan?
Missio:
Mari kita miliki sikap saling menerima seorang akan yang lain apa adanya, tanpa syarat dan dengan bebas. Sikap seperti ini ikut menentukan terwujudnya kesejahteraan bersama, pertama-tama dalam keluarga. Kita hayati martabat hidup kita sebagai seorang anak. Sebab, di hadapan Allah, kita semua adalah anak dan berapa pun umur kita, kita tetaplah anak (https://mkk.or.id/renungan-detail.php?r=2020178466)
Doa:
Ya Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, bentuklah diri kami agar kembali seperti anak kecil, memiliki kerendahan-hati dan berkenan kepada-Mu sehingga dengan demikian kami pun dapat masuk ke dalam Kerajaan-Mu... Amin.
Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Selasa. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.