Wawancara Eksklusif Ridwan Hisjam
Anggota Dewan Pakar Golkar: Airlangga Bikin Kacau, Kalau Takut di Penjara Jangan Jadi Ketua Umum
Anggota Dewan Pakar Partai Golkar Ridwan Hisjam mengatakan mundurnya Airlangga Hartarto dari kursi Ketua Umum nembuat situasi menjadi kacau.
Mundur. Nggak bisa. Partai yang mundurkan saya. Jangan orang lain ya kemudian diaklamasikan. Di forum. Saya tidak dikasih waktu untuk berbicara. Menyampaikan visi-misi sebagai calon ketua umum.
Saya sudah nggak setuju. Ada jejak digitalnya. Saya tidak setuju kalau Ketua umum Airlangga diputuskan menjadi calon presiden. Terus jalan eh begitu mau calon presiden. Nggak wani maju.
Oh tdak berani maju?
Nggak wani maju.
Itu artinya kemandiriannya nggak ada gitu?
Nggak mandiri tuh karena keputusan Munas harus dia laksanakan. Kalau dia nggak berani seharusnya mundur.
Di mana mengubahnya Munas?
Ya Munas nggak bisa rapim. Itu tidak mandiri.
Mengapa kok tidak maju terus sebagai capres menurut yang Cak Ridean ketahu?
Ya semua orang tahu sih. Bukan saya saja yang tahu, kalau maju terus bisa gawat selesai dan tamat riwayatnya ya.
Apakah ini pernah dialami oleh Golkar?
Pernah oleh Akbar Tanjung yaitu dipolitisasi. Ketika Buloggate (penyalahgunaan dana), dia sempat ditahan itu di kejaksaan. Kita kejaksaan satu bulan. Bertahan dia masuk proses pengadilan sampai mahkamah agung. Alhamdulillah.
Maksudnya Cak Ridwan, Airlangga harus punya karakter seperti itu?
Masuk penjara yuk masuk sudah risiko. Kalau gak wani jangan adi politisi Ketua Umum Golkar.
Oh itu ya masalahnya?
Itu masalahnya saya bukan menolak Gibran loh ya. Gibran itu elektabilitasya tinggi karena Pak Jokowi kan. Tapi prosesnya harus melalui Munas bukan Rapimnas.
Nah disitu saya. Saya ngomong langsung Munaslub.. Jadi istilah Munaslub saya sudah keluarkan di bulan Juli 2020. Dan saya. Saya datang ke kantornya Pak Airlangga jam 5 sore.
Diterima di kantor Menko. Mas ini begini, begini, begini. Gak wani. Buat poros keempat.
Pilpres waktu itu ada Pak Anies, ada Mas Ganjar, ada Pak Prabowo. Harusnya Pak Airlangga poros keempat?
Dan itu resmi saya Dewan Pakar. Aku ini yang gak ele-ele. Ini Dewan Pakar ini. Sebagian pakar-pakar Golkar ini. Resmi.
Kalau lihat itu kan pasti kalah kan?
Ya gak apa-apa.
Gak penting ya? Kalah menang gak penting ya?
Aku ini dua kali maju Pilgub Jawa Timur. 2003 didukung Gus Dur, PKB, Golkar. Kalah kok aku.
Gak masalah?
Gak masalah. Terus 2008 maju lagi bareng PDIP Cak Sucipto Sekjen PDIP. Kalah maning yo gak apa-apa wong bertanding.
Yang penting gagah gitu ya?
Dua-dua bertanding kok udah kalah. Ya jangan masuk pertandingan dong. Pasti kan ada yang kalah menang. Ya kalau kalah baru kita dukung siapa.
Selain karena elektabilitas apa yang bikin gak berani?
Itu tadi. Ya mau. Karena tersandera itu tadi?
Ya mau lah. Aku ya apa. Nasib ku iki rek.
Ketika kemarin Mas Airlangga Hartarto itu mundur Cak Ridwan terkejut gak?
Enggak setahun yang lalu harusnya mundur. Jadi begitu bener. Kok baru sekarang. Kuncinya Paradigma baru Golkar yang lima tadi itu. Jangan separuh-separuh.
Jadi kalau wani-wani yo. Ojo wani gak wani. Saya gak usah jelasin contohnya apa. Banyak contoh-contohnya.
Akbar Tajung berani terus. Sampai detik terakhir berani. Menang Golkar 2004.
Meskipun risikonya dia harus masuk penjara?
Masuk penjara. Jadi paradigma baru gak boleh separuh-separuh. Kalau separuh-separuh membulet deh. Membulet iki.
Nah ini dia kena santap sendiri. Dari proses kemandirian partai Golkar. Paradigma baru Golkar iki mas. Tidak asal-asal loh mas. Melalui proses meditasi loh mas. Jadi ojo wani-wani. Simbol Golkar itu jujur.
Itu proses meditasi yang dilakukan. Oleh orang-orang tua-tua. Makani Golkar semisal iki sih sakti mas. (tribun network/reynas abdila)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.