Parodi Situasi
Parodi Situasi: Pemimpin Minta Maaf
Wah, hebat dan cocok itu. Akan tetapi, bagaimana mungkin bos besar berani minta maaf? Yang seharusnya minta maaf itu adalah pemimpin di bawahnya.
Oleh Maria Matildis Banda
POS-KUPANG.COM - Presiden minta maaf? Wah, hebat dan cocok itu. Akan tetapi, bagaimana mungkin bos besar berani minta maaf? Yang seharusnya minta maaf itu adalah pemimpin di bawahnya.
Semua pemimpin dalam bidang apa saja wajib minta maaf. Termasuk Presiden? Untuk apa meminta maaf.
“Seperti kamu itu. Apakah kamu sudah minta maaf? “
“Minta maaf kenapa? Apa salah saya? Memang siapa dia sampai saya harus minta maaf padanya.“
***
“Hei, jangan lupa teman. Gara-gara kamu sengaja banting laptop dia punya. Semua data hilang. Kamu tidak ingat? Bagaimana dia menangis tersedu-sedu karena kehilangan data..."

“Peduli amat. Memang dia cengeng. Perempuan macam apa tuh… data hilang saja menangis seperti kambing kehujanan…“ kata Jaki sambil mencibir.
“Dasar kamu tidak punya malu. Dasar kambing," Rara marah.
Tentu saja Jaki marah bukan kepalang karena dirinya disamakan dengan kambing. Terjadilah duel antara dua sahabat gara-gara maaf dan kambing.
“Stop! Hei hei, stop!" Benza langsung melerai. Kedua sahabatnya itu babak belur saling melukai. Persoalannya sepele sekaligus serius.
Benza dan Nona Mia mendengar dengan seksama penjelasan Jaki dan Rara tentang maaf dan bagaimana meminta maaf.
“Termasuk minta maaf sama kamu, Nona Mia. Sampai sekarang Jaki belum minta maaf atas kecerobohannya..." kata Rara.
Nona Mia diam tidak ingin ungkit lagi betapa sakit hatinya kehilangan data gara-gara ulah Jaki.
***
“Biar saja! Dimana-mana pemimpin itu minta maaf. Bagus dan perlu diteladani,” kata Jaki. Laki-laki ini masih juga bicara. Tidak malu sedikit pun pada Nona Mia yang pernah disakitinya.
“Minta maaf itu pekerjaan yang paling sulit. Minta maaf gagal sebagai pemimpin, minta maaf karena selama memimpin banyak kebijakan yang tampaknya prorakyat tetapi kenyataannya pro kekuasaan, minta maaf karena anggaran habis dan tidak jelas buat urusan apa saja, minta maaf karena korupsi terselubung yang ditutupi dengan berbagai kebijakan baru, minta maaf karena berbagai kebijakan yang menguntungkan diri dan keluarga dan kepentingan kelompok serta kelompok kepentingan…"
“Apakah kamu sudah minta maaf?" tanya Rara.
“Buat apa minta maaf?” sambung Jaki. “Justru karena minta maaf tampak jelas bahwa pernah bersalah.“
“Memang kamu salah, Jaki. Apakah kamu sudah minta maaf pada Nona Mia?" tanya Rara dan Jaki tidak peduli.
Nona Mia dan Benza pun tidak mau membahas hal itu lagi.
Harapannya semoga Jaki sadar sendiri bahwa dirinya sungguh-sungguh bersalah dan wajib minta maaf.
***
”Normal sebagai manusia, pernah salah, dan minta maaf,” sambung Nona Mia.
“Minta maaf yang diungkapkan secara terbuka oleh pemimpin dan pemegang kekuasaan perlu diapresiasi. Tanda bahwa yang bersangkutan masih memiliki hati untuk mengakui bahwa ada banyak hal yang salah dan perlu dibenahi. Tanda bahwa yang bersangkutan masih memiliki nurani untuk mengakui bahwa ada banyak kebijakan yang diambil untuk kepentingan kantong sendiri.”
“Kantong apa saja?”
“Kantong macam-macam. Kantong beras, kantong sayur, kantong ikan, kantong buah-buahan dan berbagai jenis kantong luring kantong daring dan lainnya. Atas nama kepentingan umum tetapi sebenarnya untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya lebih dulu."
“Minta maaf itu sangat penting,“ sambung Benza. “Satu tradisi yang menjadi bagian dari hidup bersama. Sayangnya minta maaf itu sesuatu yang dijauhi. Pemimpin malu minta maaf karena merasa kalau minta maaf berarti mengakui kesalahan… walaupun benar-benar salah.”
***
“Tetapi itu tadi. Mohon maaf saya tidak akan minta maaf… begitulah!” kata Jaki seenaknya.
Jaki sedang menjelaskan salah satu tipe laki-laki yang enggan mengakui kesalahan. Apalagi minta maaf. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.