Harga Beras Premium, Kedelai dan Cabai Merangkak Naik

Perum Bulog menyebut kenaikan harga beras beberapa terakhir ini disebabkan karena tingginya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani.

Editor: Dion DB Putra
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Ilustrasi. Harga pangan beberapa komoditas terpantau naik harga mulai dari berbagai jenis beras, kedelai, cabai hingga daging sapi murni. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA- Harga pangan beberapa komoditas terpantau naik harga mulai dari berbagai jenis beras, kedelai, cabai hingga daging sapi murni.

Berdasarkan Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Minggu (4/8/2024), harga beras premium naik 1,29 persen menjadi Rp 15.730 per kilogram ( kg), beras medium naik 0,66 persen menjadi Rp 13.640 per kg.

Perum Bulog menyebut kenaikan harga beras beberapa terakhir ini disebabkan karena tingginya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani.

Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita menjelaskan saat ini harga ini harga gabah sudah mencapai Rp 6.800 - 7.000 per kg atau di atas harga pokok pembelian pemerintah yakni Rp 6.000 per kg.

“Sekarang gabah kering panen juga tinggi, walaupun ada panen,” urai Febby dijumpai usai acara Bulog Fun Morning di Jakarta, Minggu (4/8/2024).

Kenaikan harga gabah ini menandakan jumlah panen di daerah sentra produksi yang mulai terbatas. Sehingga ada potensi rebutan gabah di tingkat penggilingan padi untuk menjaga produktivitas mereka.

“Penggilingan padi kan banyak di seluruh Indonesia ada 150.000, dan tentunya mereka mencari bahan baku buat mereka sustain,” jelas Febby.

Selain itu, Febby mengungkap kenaikan harga beras juga terjadi karena tidak ada penyaluran bantuan pangan pada bulan Juli lalu.

Hal ini membuat 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang sebelumnya mendapatkan pasokan beras dari pemerintah kembali ke pasar untuk belanja beras.

Di lain sisi, penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog sesuai ketetapan harga pemerintah hanya memiliki market share sebanyak 10 persen.

Kondisi tersebut cukup mempengaruhi perubahan permintaan beras yang turut berdampak pada kenaikan harga beras di pasaran.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi inflasi pada komoditas beras sebesar 0,94 persen secara bulanan atau month to month (MtM) pada Juli 2024.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, komoditas beras mengalami inflasi setelah sebelumnya mengalami deflasi pada April dan Mei 2024.

“Komoditas beras mengalami mengalami inflasi pada dua bulan terakhir. Hal ini sejalan dengan jumlah produksi beras yang berkurang setelah masa puncak panen raya padi,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Kamis (1/8/2024).

Adapun produksi beras pada Juli 2024 mencapai 2,18 juta ton, nilai tersebut naik tipis bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,06 juta ton.

Sementara bila dibandingkan dengan musim panen raya pada April dan Mei 2024, jumlah produksi beras pada Juli 2024 turun tajam. Pada April mencapai 5,31 juta ton dan Mei 2024 mencapai 3,61 juta ton.

Serap Gabah Lokal

Perum Bulog memastikan penyerapan gabah kering panen (GKP) tetap dilakukan meskipun harganya telah melambung tinggi mencapai Rp 6.700-7.000 per kilogram (kg), atau di atas ketetapan harga pembelian pemerintah (HPP) yakni Rp 6.000 per kg.

Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita menjelaskan saat harga GKP tinggi, Bulog dapat menyerap dengan mekanisme komersial. Dengan begitu, Bulog tetap bisa menjaga stok beras di pasar.

“Kalau harganya (gabah) tinggi kita serap komersial, karena kita juga punya peluang jualan, jadi kita serap terus,” Febby usai acara Bulog Fun Morning di Jakarta, Minggu (4/8/2024).

Bulog mencatat realisasi penyerapan beras dalam negeri telah mencapai 800.000 ton. Selain untuk program SPHP, sebagian beras juga dijual secara komersial untuk keberlangsungan usaha BUMN Pangan ini.

Meski begitu, Febby menegaskan beras kemasan premium ini tetap dijual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium yakni Rp 14.900-Rp 15.800 per kg bergantung zonasi. Tujuannya, agar masyarakat juga memiliki pilihan beras berkualitas dengan harga yang masih terjangkau.

“Jadi kalau HET premium Rp 14.900/kg ya kita tidak akan jual di atas itu walaupun kadang tidak ada untung yang penting kita hadir ke masyarakat dengan supaya dapat harga terjangkau,” ungkapnya.

Saat ini, Bulog juga terus mengembangkan produk beras dari sisi komersial agar lebih dikenal oleh masyarakat. Pihaknya memastikan beras ini bersumber langsung dari petani lokal, bukan impor. (*)

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved