Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 3 Agustus 2024, Mulut Besar yang Gegabah
kepalanya oleh para algojo kiriman Herodes. Ia gugur sebagai martir karena mengajarkan kebenaran kepada Herodes.
Oleh: Pastor John Lewar, SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Sabtu 3 Agustus 2024, Mulut Besar yang Gegabah
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor
Hari Sabtu Imam
Yeremia 26:11-16.24; Mazmur 69:15-16.30-31.33-34;
Injil: Matius 14:1-12.
Meditatio:
Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. (Mat. 14:9) Penginjil Matius melaporkan tentang kemartiran Yohanes Pembaptis. Yohanes adalah suara yang berseru-seru di Padang Gurun supaya orang dapat bertobat.
Herodes juga salah seorang yang mendapat pewartaan Yohanes. Ia memang segan dengan Yohanes karena ia yakin bahwa Yohanes adalah nabi. Pada waktu itu Yesus juga sudah tampil di depan umum. Ia dikenal karena mengajar dan menyembuhkan orang-orang sakit. Herodes berpikir bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit. Tentu saja kita bersyukur karena orang kafir seperti Herodes pun terpesona dengan pribadi Yesus.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 1 Agustus 2024, “Seumpama Pukat yang Dilabuhkan di Laut”
Pada saat Herodes merayakan pesta ulang tahunnya, Putri Herodias menari dengan bagus sehingga menyukakan hati raja dan para tamu. Herodes lalu bertanya kepadanya apa yang ia minta sebagai hadiah karena telah menari dengan baik. Putrinya itu bertanya kepada mamanya dan mamanya menjawab “kepala Yohanes pembaptis” di dalam sebuah talam. Yohanes pun dipenggal kepalanya oleh para algojo kiriman Herodes. Ia gugur sebagai martir karena mengajarkan kebenaran kepada Herodes.
Watak Herodes agak labil. Di satu sisi, Herodes sadar bahwa ia telah berbuat salah dengan mengambil Herodias, istri dari saudaranya sendiri. Dalam hal itu, Yohanes Pembaptis pernah menegurnya dengan keras. Namun disisi lain, ia menghargai integritas Yohanes. Di satu titik, ia pernah ingin membunuh Yohanes. Namun di titik lain, ia justru tidak menghendaki kematian Yohanes.
Kelabilan watak itu juga yang membuat Herodes menjadi orang yang bersikap berlebihan dalam usahanya mengambil hati orang lain. Dengan mulut besarnya, Herodes menjanjikan akan memberikan apa pun yang diminta oleh anak perempuan Herodias. Tanpa diduga Herodes, kesempatan itu dimanfaatkan oleh Herodias untuk menuntaskan kebenciannya kepada Yohanes Pembaptis.
Herodes terpojok. Mulut gegabahnya telah bersabda dan sebagai raja wilayah, Herodes tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri di hadapan tamu-tamu undangan yang menyaksikan sumpahnya. Ia sedih tetapi ia tidak berdaya.
Herodes telah tersandera oleh mulut besarnya sendiri. Yohanes Pembaptis mati sebagai korban dari mulut besar Herodes yang penuh dengan ucapan berlebihan.
Pengalaman Herodes adalah guru bagi kita. Tak jarang kita berada pada posisi dilematis ketika gengsi dan kuasa menyanderai keputusan kita. Namun tak jarang karena hasrat untuk memuliakan kekuasaan dan reputasi, kita menjadi gegabah dalam mengambil satu keputusan yang berarti. Kuasa dan reputasi menjadi semacam racun yang mampu mempengaruhi akal sehat kita. Dalam kehidupan bersama tentu dua hal tersebut menjadi benalu yang menakutkan.
Relakah kita menyaksikan harga kemanusiaan dilumpuhkan oleh kuasa dan gengsi satu orang? Tentu semua orang membenci hal demikian. Karena itu dalam kebersamaan dua hal tadi yakni kuasa dan reputasi patut dikontrol secara seimbang agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Pemimpin yang bijak adalah dia yang mampu melepaskan kuasa dan reputasi guna memeluk kebenaran dalam setiap keputusannya. Kita semua adalah pemimpin terlebih dahulu bagi diri kita sendiri.
Dunia zaman ini membutuhkan banyak orang kudus untuk mengajarkan kebenaran dan keadilan bukan hanya dalam perkataan tetapi dalam hidup konkret. Tentu saja hal ini adalah pekerjaan yang sulit karena harus melawan arus dunia yang nyata. Kita tahu bahwa sikap Herodes ini memang sangat berlawanan dengan kebenaran dan keadilan. Ia merebut Herodias yang saat itu berstatus sebagai istri dari saudaranya bernama Filipus. Pada masa ini banyak orang juga yang masih tetap berperilaku demikian.
Ada yang merebut suami atau istri orang lain. Keluarga bukan lagi menjadi gereja domestik tetapi neraka domestik. Mengapa? Karena orang sudah mati rasa sehingga menghancurkan keluarga sendiri dan keluarga orang lain. Masih ada Herodes-Herodes lain dalam masyarakat kita. Yesus sendiri berkata: “Setiap orang yang memandang perempuan dan menginginkannya, ia sudah berbuat zinah” (Mat 5:28).
Perhatikanlah, baru melihat dan menginginkan saja sudah dosa, bagaimana kalau melakukan dengan merebut pasangan orang lain? Mari kita menghormati kekudusan keluarga-keluarga, karena di dalam keluarga Tuhan hadir. Ada cinta kasih yang menaungi seluruh keluarga.
Missio:
Jagalah ucapan kita agar tidak menjadi bumerang yang balik menyerang kita dan menjadi pintu masuk kesempatan bagi orang yang memiliki niat jahat. Jangan bermulut besar dan gegabah dalam mengambil keputusan.
Doa:
Tuhan, ajarilah dan bantulah kami agar mampu mengabdi kebenaran tanpa terpengaruh oleh berbagai tuntutan hasrat negatif dalam diri kami. Jagalah ucapan bibir kami agar tidak sembarangan bertutur.... Amin.
Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Sabtu Imam. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.