Berita Nasional

Airlangga Hartarto: Distribusi Infrastruktur Digital di Indonesia Belum Merata

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan distribusi infrastruktur digital di Indonesia belum merata.

Editor: Agustinus Sape
TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE
Menteri Koordinator Ekonomi Airlangga Hartarto pada Opening Ceremony FEKDI x KKI 2024: Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia, di Jakarta, Kamis (1/8/2024). 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan distribusi infrastruktur digital di Indonesia belum merata, Pulau Jawa masih mendominasi.

Hartarto menekankan pemerataan infrastruktur digital dapat menjadi landasan peningkatan daya saing digital Indonesia.

Hal itu disampaikannya pada Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia 2024 di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Berdasarkan Digital Competitiveness Index East Ventures, wilayah di Pulau Jawa masih mendominasi dengan nilai daya saing digital yang tinggi.

Hal ini, jelasnya, karena pulau tersebut didukung dengan pemerataan infrastruktur digital yang relatif merata.

Namun meski bukan wilayah Pulau Jawa, Sultra masuk 8 besar daerah dengan nilai tertinggi.

“Sultra masuk 8 besar karena lokasinya dan proyek infrastruktur digital serta Palapa Ring (proyek serat optik),” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menggarisbawahi bahwa talenta digital yang memadai diperlukan untuk keberlanjutan pengembangan ekonomi digital.

Selain itu, ia mengatakan penguatan fondasi juga harus dibarengi dengan peningkatan inklusi keuangan untuk mencapai target.

Beberapa program seperti QR Code Indonesian Standard (QRIS) terus didorong melalui Dewan Nasional untuk Inklusi Keuangan dan kerjasama pihak ketiga, seperti Strive Program bersama Mastercard Indonesia dan Promise II Impact dengan International Labour Organization (ILO).

Kolaborasi tersebut diarahkan untuk meningkatkan akses terhadap layanan keuangan, serta memperluas literasi keuangan untuk mencapai target inklusi keuangan sebesar 90 persen pada tahun 2024.

Pada akhir tahun 2023, pemerintah Indonesia menyelesaikan Strategi Nasional Ekonomi Digital 2030 untuk membantu sektor digital berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia secara bertahap. Kontribusi sektor tersebut ditargetkan mencapai 20 persen pada tahun 2045.

Di tingkat regional, Indonesia juga telah mencapai kesepakatan untuk mempersiapkan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) untuk memajukan digitalisasi dan interoperabilitas.

Menurut Hartarto, dengan perjanjian tersebut, ekonomi digital ASEAN diproyeksikan mencapai US$2 triliun pada tahun 2030. Dengan demikian, ekonomi digital Indonesia pada tahun 2030 yang diperkirakan sebesar US$360 miliar akan meningkat menjadi US$600 miliar, ujarnya.

Bisa Tembus US$ 600 Miliar di 2030

Airlangga Hartarto mengatakan bahwa ekonomi digital Indonesia bisa tembus hingga US$ 600 Miliar di tahun 2030. Hal ini sejalan dengan adanya Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang telah dilakukan sejumlah negara ASEAN, termasuk Indonesia.

“Dengan porgram ini diharapkan ekonomi ASEAN yang busness as usual US$ 1 triliun akan naik jadi US$ 2 triliun. Jadi ekonomi digital Indonesia US$ 360 miliar akan naik menjadi US$ 600 miliar,” kata Airlangga dalam acara Bank Indonesia bertajuk Festival Ekonomi Keuangan Digital dan Karya Kreatif Indonesia 2024.

Airlangga menerangkan untuk mencapai potensi tersebut ada beberapa syarat yang perlu disiapkan, pertama cross border e-commerce dan digital trade, kedua digital ID, ketiga mobilitas talenta digital, keempat e-payment yang BI jauh lebih depan dari semua region di dunia, kelima e-invoicing dan cyber yang aman.

“E-payment, Bank Indonesia sudah jauh lebih depan dari semua region di dunia,” ujarnya.

Airlangga juga menyebutkan bahwa di  bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, Indonesia memiliki enam pilar utama untuk ekonomi digital yakni infrastruktur, sumber daya manusia, iklim bisnis dan keamanan cyber, penelitian inovasi dan pengembangan bisnis, pendanaan investasi serta kebijakan regulasi.

“Berdasarkan digital competitivenes index oleh East Venture kita memetakan per daerah. Jadi jawa masih dominasi tingkat daya saing digital karena infrastruktur,” ucapnya.

Kemudian, dirinya juga mengatakan Sulawesi tenggara masuk peringkat delapan besar, karena faktor lokasi yang berada di wilayah proyek infrastruktur digital dan palapa ring di paket tengah. "

Ini bukti pemerataan infrastruktur harus terus kita dorong," tegas Airlangga.

(antaranews.com/kontan.id)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved