Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Rabu 31 Juli 2024, Menata Pelayanan untuk Memperkokoh Persatuan
di semua kota berkubu di Yahudi dan pasukan-pasukan pendudukan di tanah Yahudi serta di kota-kota Efraim oleh ayah dari Israel.
Oleh: Pdt. Frans Nahak, S.Th
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Kristen Rabu 31 Juli 2024, Menata Pelayanan untuk Memperkokoh Persatuan
(2 Tawarikh 17:1-12)
Seorang pengatur strategi perang legendaris dari Cina Kuno yang bernama Sun Tzu mengatakan bahwa kesempatan untuk mengalahkan musuh adalah yang disediakan oleh musuh itu sendiri. Jika kita membiarkan kelemahan kita terlihat oleh musuh, sebenarnya kita sudah memberikan kemenangan kepadanya. Kemenangan bukan ditentukan oleh kekuatan lawan melainkan kelemahan kita sendiri.
Setiap negara yang dalam keadaan aman dan tenteram, hendaknya jangan merasa aman namun pakailah kesempatan tersebut untuk menguatkan dirinya. Pernyataan tersebut mengingatkan kita bahwa jangan merasa nyaman, santai, dalam situasi yang damai.
Jika kita membaca kitab Tawarikh, maka kita dapat menyimpulkan bahwa perhatian penuh kitab ini kepada kerajaan Yahudi yang dipimpin oleh keturunan Daud setelah kerajaan Israel raya terpecah. Cerita tentang Saul dan pemerintahannya hanya sekilas (1 Taw. 10). Percobaan kudeta oleh Absalom (2 Sam. 14 – 19) dan Adonia (1 Raj 1-2) juga tidak bisa disebut.
Baca juga: Renungan Harian Kristen Selasa 23 Juli 2024, Guru dan Murid Kristen
Bagi penulis, keluarga Daudlah yang dipilih Allah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan sehingga Daud adalah tokoh yang penting dalam pengembangan agama Israel yang hampir sebanding dengan Musa.
Semangat rohani umat Israel berasal dari Daud sehingga mereka mengikuti dia dalam segala hal. Oleh karena itu, ketika kita membaca kitab ini, kita menemukan setiap cerita nama Daud selalu disebut dan menjadi patokan.
Kemenangan atau kekalahan bangsa Yahudi tidak terletak pada kegagahan para pahlawan melainkan tergantung pada kehendak Allah, pada campur tangan Allah yang ajaib. Tempat ibadah, peribadahan dan para petugas orang-orang Lewi menjadi fokus penting hubungan mereka dengan Allah.
Pola hukuman-imbalan, otoritas Kitab Suci (Taurat), rumah Allah yang merupakan unsur-unsur pemerintahan Allah atas umat-Nya yang mengajak umat untuk kembali kepada ibadah yang benar dan setia kepada Allah.
Unsur-unsur tersebut terlihat dalam cerita raja Yosafat. Ia menggantikan ayahnya, Asa, yang melakukan perbuatan baik dan benar di mata Tuhan (2 Taw. 14:2), namun di akhir cerita pemerintahannya, ia mengalami tekanan dari raja Israel, Baesa. Ia merasa dirinya terdesak dan takut sehingga menyandarkan dirinya kepada raja Aram.
Ia lebih percaya kepada raja Aram dan mengambil barang-barang dari perbendaharaan di rumah Tuhan untuk menyerahkan kepada raja Aram sebagai upeti (2 Taw. 16:2). Itulah sebuah kesalahan besar yang dilakukan oleh raja Asa.
Anaknya Yosafat menggantikannya. Nama Yosafat berasal dari kata Ibrani “Yehoshafat” yang artinya Tuhan menghakimi. Ia merupkan raja ke-4 dari kerajaanYahudi keturunan ke-5 dari Daud. Ia berumur 35 tahun ketika menjadi raja.
Ketika Yosafat menjadi raja, ia sadar bahwa warisan kerajaan yang ditinggalkan oleh ayahnya tak akan bertahan jika ia tidak menokohkan kerajaan tersebut. KerajaanYahudi diapit oleh kerajaan-kerajaan besar seperti Aram, Mesir, Asyur, Filistin dan Israel sendiri.
Kondisi ekonomi dan politik bisa berubah kapan saja. Karena itu hal pertama yang dilakukan Yosafat adalah memperkuat wilayah Yahudi dari serangan musuh. Ia memiliki angkatan perang yang jumlahnya besar. Peserta tentara di semua kota berkubu di Yahudi dan pasukan-pasukan pendudukan di tanah Yahudi serta di kota-kota Efraim oleh ayah dari Israel.
Yosafat adalah seorang raja yang saleh sehingga dia membujuk Tuhan dengan luar biasa. Tuhan menguatkankerajaannya. Tangan Tuhan menyertai Yosafat sehingga tidak ada raja-raja di sekitarnya yang berani melawan Yahudi.
Ia juga mengangkat para pengajar untuk mengajar firman Tuhan di seluruh wilayah Yahudi. Ia tidak hanya menyerahkan tugas pengajaran kepada orang-orang Lewi atau imam-imam saja, karena ia sadar bahwa jumlah orang Lewi sangat terbatas, sedangkan jumlah rakyat Yehuda sangat banyak.
Jadi ia juga mengangkat para pengajar di luar orang Lewi. Ia juga berkeliling untuk menyerukan kepada orang Yahudi untuk kembali kepada Tuhan (2 Taw. 19:4). Ia adalah salah satu raja yang sangat peduli terhadap kebutuhan rohani dan Jasmani bangsanya sehingga ia membangun ketahanan pangan dengan membangun benteng-benteng perbekalan.
Pokok-Pokok Renungan
Dari cerita tersebut ada beberapa pokok yang bisa menjadi bahan refleksi:
Pertama, Yosafat adalah seorang pemimpin yang bijaksana. Pemimpin yang bijak berpikir jauh ke depan, mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapinya. Kita belajar dari peristiwa bencana alam dan non alam yang kita alami beberapa tahun belakangan ini, maka membuat semakin bijak menata diri, menata keluarga dan menata jemaat, menyiapkan jemaat dan melengkapi mereka dengan kearifan, kreativitas dan keahlian.
Kedua, Yosafat adalah seorang pemimpin yang saleh. Kesalehan artinya ketaatan, kepatuhan, ketulusan dan mau berkorban mengabdikan diri kepada Allah. Kesalehan Yosafat yang membuat kerajaannya kokoh dan kuat. Jemaat yang kokoh dalam persekutuan adalah jemaat saleh dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Tuhan menyertai dan menyediakan pemimpin dan umat yang hidup dalam kesalehan.
Ketiga, Yosafat seorang pemimpin yang mau melibatkan orang lain untuk melaksanakan pelayanan, di mana ia melihat bahwa orang Lewi yang melayani sedikit sehingga ia mengangkat para pengajar dari luar orang Lewi untuk melayani. Persekutuan yang kuat adalah persekutuan yang mengedepankan kerja sama. Bukan melihat rekan sekerja sebagai lawan atau bawahan yang tinggal diperintah. Bukan bekerja sendiri untuk dapat makan sendiri atau menggunakan jabatan sebagai mencari nama, mengampanyekan diri demi sebuah jabatan.
Keempat, Yosafat adalah seorang pemimpin yang tidak hanya duduk memerintah namun ia secara langsung terlibat dalam pelayanan, di mana ia berkeliling untuk menyerukan kepada orang Yahudi untuk kembali kepada Tuhan.
Kelima, Yosafat adalah seorang ahli strategi. Ia menempatkan tentara di semua kota berkubu di Yahudi dan pasukan-pasukan pendudukan di tanah Yahudi serta di kota-kota Efraim oleh ayah dari Israel.
Kemudian ia membangun benteng-benteng pembekalan. Hal ini menunjukkan bahwa ia hadir menjaga dan memelihara rakyat. Bagaimana strategi gereja yang membuat jemaatnya merasa bahwa gereja hadir menjaga dan memelihara hidup mereka?(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.