Berita Lembata
Piter dalam Kelas Demokrasi Nimo Tafa Institute: Pembangunan Lembata Belum Berorientasi Lingkungan
masalah lingkungan adalah isu sensitif, sebab dengan kepekaan sosial dapat membangun kesadaran masyarakat.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Kelas Demokrasi yang diinisiasi sekelompok anak muda dari institut Nimo Tafa digelar kembali di aula Perpustakaan Daerah Gorys Keraf, Kabupaten Lembata.
Kegiatan rutin bulanan yang digelar pada Rabu, 17 Juli 2024, dihadiri 15 peserta dari berbagai usia, profesi, dan latar pendidikan.
Pemateri utama dalam Kelas Demokrasi Batch #2, adalah Piter Pulang, akademisi dan peneliti lingkungan, yang membawakan tema "Pembangunan di Lembata Dalam Perspektif Lingkungan Hidup".
Ia mengawali diskusi dengan pernyataan tentang pembangunan yang paradoks di Indonesia.
Baca juga: Bayi di Lembata Meninggal Pasca Operasi, Ombudsman RI NTT Serukan Audit Mendalam
Menurutnya sedang ada dualitas orientasi pembangunan yang dirasakan masyarakat saat ini.
Dia mengatakan, di satu sisi, penangkapan ikan, pengerukan air untuk dikonsumsi, dan eksploitasi lingkungan, menguntungkan masyarakat karena ada pengawasan, penelitian, dan konsorsium perusahaan air.
Namun, di sisi lain, kegiatan ini berbenturan dengan fakta masyarakat yang masih merusak terumbu karang, pengerukan air tanah, dan kerusakan lingkungan secara masif.
Piter mengatakan kondisi masyarakat saat ini dihadapkan dengan masalah pembangunan yang belum berorientasi lingkungan.
Menurutnya, pembangunan dan masalah Lingkungan tidak hanya dijadikan dasar asumsi sosial, politis, dan antropologis. Mesti juga ada pembahasan ilmiah dengan berdasarkan basis data.
Diskusi yang dihadiri warga kelas Nimo Tafa, menitikberatkan pada persoalan ini.
Menurut Piter, masalah lingkungan belum menjadi isu seksi oleh masyarakat dan pemerintah Lembata.
Kekhawatiran ini didasarkan pada berbagai isu. Salah satunya Perda tentang Pengendalian Lingkungan Hidup yang sudah dibuat belum dijabarkan di dalam Perbup.
Diskusi berjalan alot karena respon warga kelas beragam.
Menurut Maria Loka, aktivis perempuan di Lembata, pemerintah seharusnya sadar terhadap pembangunan yang berorientasi masyarakat dan lingkungan hidup.
Orientasi lingkungan hidup, katanya, menjadi titik sentral peradaban masyarakat Lembata.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.