Pilgub NTT
UPDATE Peta Koalisi Parpol Jelang Pendaftaran Pilgub NTT, Pengamat: Gerbong Keempat Riskan!
Calon Gubernur NTT mengerucut tiga nama, yakni Melki Laka Lena, Ansy Lema dan Simon Petrus Kamlasi.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Calon Gubernur NTT mengerucut tiga nama, yakni Melki Laka Lena, Yohanis Fransiskus Lema alias Ansy Lema dan Simon Petrus Kamlasi.
Melki Laka Lena diusung Partai Golkar. Ansy Lema dari PDI Perjuangan dan Simon Petrus Kamlasi dijagokan NasDem.
Melki dan Ansy Lema sama-sama masih mencari pasangan sebagai Calon Wakil Gubernur NTT, sementara Simon Petrus Kamlasi sudah menggandeng Andreas Garu.
Koalisi partai politik menjelang masa pendaftaran di bulan Agustus 2024 mendatang, masih sangat dinamis. Belum juga terbentuk koalisi permanen.
Informasi terkini, Golkar bersama Gerindra membentuk koalisi, dengan syarat kader Gerindra sebagai calon wakil gubernur.
Koalisi Golkar dan Gerindra, sama-sama memiliki sembilan kursi di DPRD Provinsi NTT sehingga total 18 kursi, sudah melebihi persyaratan 13 kursi sesuai ketentuan.
Ansy Lema bersama PDIP sedang menjajaki koalisi dengan Partai Hanura. PDIP punya sembilan kursi, sedangkan Hanura empat kursi sehingga memenuhi persyaratan.
Baca juga: Fenomena Bukan Putra Putri Daerah Berlaga di Pilkada, Jimmy Nami: Peradaban Baru Politik NTT
Simon Petrus Kamlasi dengan NasDem kabarnya telah mendekati Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pasca tidak mencapai kata sepakat dengan Gerindra.
Koalisi NasDem (8 kursi) bersama PSI (6 kursi) memenuhi persyaratan untuk mengusung calon gubernur dan calon wakil gubernur.
Partai Demokrat kini menginisiasi membentuk poros baru mengusung Benny Harman sebagai Calon Gubernur NTT.
Demokrat dengan 7 kursi melirik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga punya 7 kursi membentuk koalisi.
Partai Amanat Nasional (PAN) yang memiliki empat kursi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Perindo sama-sama satu kursi tinggal mengikuti salah satu dari empat gerbong.
Opsi lainnya, Demokrat berkoalisi dengan PAN, PKS dan Perindo.
Pengamat Politik dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Yohanes Jimmy Nami mengatakan, figur yang hampir final bertarung di Pilgub NTT, yakni Ansi Lema, Melki Laka Lena dan Simon Petrus Kamlasi.
Menurut Jimmy Nami, Ansy Lema dan Melki Laka Lena masih butuh ruang negosiasi yang intens untuk lebih firm menentukan cawagubnya, mengingat beban dan taggungjawab politik yang berbeda dari sebelumnya sebagai anggota legislatif dan berpindah ruang menuju kepala daerah, otomatis banyak segmentasi politik yang butuh penyegaran.
"Dalam satu bulan ke depan tentu akan ada progres mengingat waktu pendaftaran yang makin dekat dengan tahapan pendaftaran pilkada," ujar Jimmy Nami, Jumat 12 Juli 2024.
Baca juga: Ahmad Atang Prediksi Ada 4 Paslon di Pilgub NTT, Format Koalisi Pertalian Timor dan Flores
Untuk terbentuk gerbong keempat, kata Jimmy Nami, agak riskan secara politik karena problema ketokohan dan grouping parpol yang hampir pasti akan juga terkonsolidasi pada tiga gerbong Ansy Lema (PDIP), Melki Laka Lena (Golkar), Simon Petrus Kamlasi (NasDem).
"Jika memaksakan terbentuknya gerbong keempat perlu pendasaran secara politik, apa urgensinya dan menjawab kebutuhan politik yang mana? Ini menjadi penting karena parpol manapun butuh kemenangan terhadap calon yang diusung," katanya.
Ia mengingatkan parpol melakukan konsolidasi secara cepat, baik pengusung maupun pendukung. Hanya parpol yang punya sikap yang jelas yang akan mendapat cerukan politik dari kontestasi pilkada.
Parpol yang lamban mengambil sikap akan menjadi boomerang karena koalisi yang lebih dahulu terbentuk secara ideologis dan mendapatkan parpol yang lambat mengambil sikap ditengah proses akan mendowngrade cara pandang publik terhadap parpol tersebut.
Jimmy Nami mengatakan, terlalu dini untuk memberikan proyeksi kekuatan masing-masing pasangan, boleh jadi akan nampak peta kekuatan politiknya jika tiga gerbong ini sudah memiliki kepastian paketnya masing-masing.
Karena bagaimanapun juga masing-masing calon tentunya akan berpasangan dengan person yang harus bisa menambah benefit elektoral untuk menang pilgub, sedangkan proses masih berjalan.
"Yang saat ini bisa dipotret publik adalah latar belakang dan rekam jejak tiga kekuatan ini dengan parpol pendukungnya," ujarnya.
Menurutnya, Ansy Lema dengan pendukung utama PDIP, merupakan wakil rakyat NTT di legislatif yang sangat intens berjuang pada segmen nelayan, pertanian dan peternak, serta tata kelola sumber daya potensial lainnya di NTT.
Baca juga: Fenomena Bukan Putra Daerah Maju Pilkada, Ahmad Atang: Politik Multikultural Sudah Lama Ada di NTT
Melki Laka Lena dari Golkar juga dominan soal kesehatan, stunting, akses BPJS, bansos, infrastruktur kesehatan.
Simon Petrus Kamlasi dari NasDem, intens mempraksiskan tata kelola air. "Nah, kesemua isu ini merupakan masalah mendasar di NTT," tandanya.
Apa yang harus dilakukan ketiga calon pemimpin NTT? "Memperluas daerah cakupan program, mendetailkan pencapaian program uggulannya dan mengkomunikasikan kepada masyarakat dengan metode yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat terkait urgensi dan dampak dri program-program tersebut."
"NTT secara geografis dan demografi cukup menantang untuk ditaklukkan, butuh pengorbanan dan konsistensi pemimpin untuk melakukan perubahan," tambah Jimmy Nami.
Sementara Pengamat Politik dari Universitas Muhammadyah Kupang, Dr Ahmad Atang mengatakan, koalisi partai politik menjelang masa pendaftaran di bulan Agustus mendatang memang sangat dinamis dan belum ada yang benar-benar permanen.
Menurutnya, politik klaim masih mewarnai wacana politik pilkada di tingkat provinsi, sehingga publik belum sepenuhnya menyakini figur dan partai koalisi.
Partai besar seperti PDIP, Golkar, NasDem yang sudah mantap dengan figur namun masih mengalami kesulitan untuk memastikan mitra koalisi maupun figur wakil.
"Kondisi ini yang menyebabkan proses politik masih berjalan ditempat dan belum beranjak maju. Pengelompokan partai masih rentan berubah, bahwa cenderung ekstrim," katanya.
Ia mengatakan, partai-partai yang memiliki jalur koalisi pilpres pun belum satu langkah, bahkan semakin liar. Ini menunjukan bahwa konsolidasi politik masih setengah matang.
Ahamd Atang menegaskan, politik kalkulatif yang sedang dimainkan oleh partai sepertinya belum menemukan format yang pas. Hal ini terjadi dapat diduga adanya karena kemandekan negosiasi.
"Koalisi yang dahulunya sudah di finis, seperti yang dibangun oleh Golkar yang mengusung format KIM ternyata tidak mudah. PSI sepertinya sudah mulai merapat ke NasDem, begitu juga PAN dan Demokrat belum menentukan sikap politik. Maka target koalisi saat ini lebih pada jumlah minimal untuk memenuhi syarat 13 kursi," ujarnya.
"Jika ini yang terjadi maka tidak menutup kemungkinan bisa jadi ada partai yang mati di tangan karena tidak menemukan mitra koalisi," tambah Ahmad Atang. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.