Pilkada Serentak 2024

Fenomena Bukan Putra Daerah Maju Pilkada, Ahmad Atang: Politik Multikultural Sudah Lama Ada di NTT

Pengamat politik Ahmad Atang ikut mencermati fenomena bukan putra putri daerah berlaga di Pilkada Serentak.

Editor: Alfons Nedabang
ISTIMEWA
Pengamat Politik dari Universitas Muhamadyah Kupang, Dr. Ahmad Atang. 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pengamat politik dari Universitas Muhammadyah Kupang, Dr Ahmad Atang ikut mencermati fenomena bukan putra putri daerah berlaga di Pilkada Serentak 2024.

Menurut Ahmad Atang, politik multikultural telah berlaku di Nusa Tenggara Timur ( NTT ).

"Dinamika politik lokal pilkada telah memberi pelajaran soal adanya fenomena politik multikultural di NTT," katanya di Kupang, Sabtu 14 Juni.

"Politik multikultural yang saya maksudkan bahwa ada pandangan egalitarianisme yang memberikan ruang kesamaan hak antara putra daerah dan non putra daerah dalam politik," tambahnya.

Praktik politik multikultural, lanjut Ahmad Atang, sebenarnya sadar atau tidak telah lama terjadi dalam pemilu di NTT.

Dia menyebut Setya Novanto dan Pius Lustrilanang sebagai contoh, dimana keduanya menjadi anggota DPR RI mewakili NTT walaupun mereka bukan putra daerah.

"Begitu juga, Melki Laka Lena, Ansy Lema dan Herman Hery yang adalah orang Flores akan tetapi menjadi anggota DPR justru di dapil dua, yakni Timor, Sumba, Sabu dan Rote," ujarnya.

Ahmad Atang mengatakan, fenomena politik multikultural dalam pemilu mulai bergeser dan merambah ke pilkada.

Jane Natalia Suryanto politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) asli Jakarta ikut bertarung di Pilgub NTT, begitu juga Marsianus Jawa putra asli Nagekeo ikut bertarung di Pilkada Lembata.

"Muncul figur-figur non putra putri daerah telah menimbulkan narasi egosentrisme. Hal ini bisa difahami karena selama ini mindset politik kita berbasis pluralisme yang selalu melihat sesuatu berdasarkan mayoritas dan minoritas," tandasnya.

Baca juga: Fenomena Bukan Putra Putri Daerah Berlaga di Pilkada, Jimmy Nami: Peradaban Baru Politik NTT

Artinya, lanjut Ahmad Atang, jika muncul figur yang secara elektoral tidak memberi garansi kemenangan tidak menjadi pilihan karena tidak cukup kuat untuk menang. Maka yang dilihat adalah basis dukungan.

Oleh karena itu, politik lokal kita sedang mencoba mengubah mindset dari pluralisme ke politik multikulturalisme, dimana semua orang yang ingin merebut kekuasaan lokal di NTT diberikan ruang yang sama dan masyarakat yang menentukan pilihan.

"Hal ini bukan karena kita tidak ada figur namun kita mau mengatakan bahwa politik kami di NTT terbuka untuk siapa saja termasuk figur dari luar NTT," kata Ahmad Atang.

Untuk diketahui, Marsianus Jawa maju sebagai Calo Bupati Lembata. Dia telah mendaftarkan diri ke sejumlah partai politik.

Sementara Jane Natalia Suryanto menjadi Calon Wakil Gubernur NTT. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved