Liputan Khusus
News Analysis Ansy Lema Dijagokan PDI Perjuangan, Pengamat: Rasional tapi Menantang
Pentingnya memilih calon wakil gubernur yang tepat, dengan mempertimbangkan aspek kultural dan sosiologis NTT, serta mengakomodir keinginan koalisi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Keputusan DPP PDI Perjuangan dalam Rakerda untuk menetapkan Ansy Lema sebagai calon Gubernur NTT sebagai langkah yang rasional. Namun juga menantang dan dilematis.
Hal tersebut diungkapakan Pengamat Politik dari Unwira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona kepada POS-KUPANG.COM, Kamis.
Keputusan tersebut, kata dia, mencerminkan persaingan ketat antara Ansy dan Emi Nomleni, dua figur kuat dalam internal PDIP yang memiliki elektabilitas tinggi. Dalam situasi kebatinan internal PDIP NTT, DPP tahu mereka memiliki dua nama yang sama-sama kuat secara elektoral, yaitu Emi Nomleni dan Ansy Lema.
Baca juga: Lipsus - Tetapkan Ansy Lema Lewat Kontemplasi, Megawati Nilai NTT Sangat Strategis
Emi Nomleni terbukti memiliki popularitas dan elektabilitas yang kuat. Dia pernah membawa PDIP menjadi runner-up dalam Pilgub NTT lima tahun silam dan masih memiliki banyak pengikut di akar rumput, terutama di kalangan perempuan dan ibu rumah tangga.
Branding politik Emi sebagai "perempuan berrambut putih" sangat diingat oleh publik NTT. Namun, di sisi lain, Ansy Lema juga merupakan figur yang cukup populer dan memiliki elektabilitas yang baik, terutama di kalangan pemilih muda dan di media sosial.
PDIP dan Ansy adalah perkawinan yang simetris. Ansy memiliki ceruk pemilih anak muda, sementara PDIP memiliki pemilih setia dan massa ideologis di lapangan di semua kabupaten/kota. Tantangannya adalah apakah PDIP NTT mampu memaksimalkan potensi ini?
Menurut Bataona, penantang utama Ansy adalah Jenderal Kamlasi, Melki Lakalena, dan mungkin juga Jhoni Asadoma, yang semuanya memiliki kemampuan menggaet pemilih. Ansy perlu disosialisasikan ke seluruh NTT dalam waktu yang tersisa, dan PDIP harus menghindari over confidence karena kepopuleran Ansy.
Tantangan sebenarnya bagi PDIP adalah memastikan kemenangan di NTT, yang 60 persen pemilihnya menyukai Prabowo dan Jokowi. Ansy, kata dia, butuh kreativitas kampanye dan argumentasi yang berbeda tentang mengapa dia maju dan tidak lagi di DPR RI.
Ia juga menekankan pentingnya memilih calon wakil gubernur yang tepat, dengan mempertimbangkan aspek kultural dan sosiologis NTT, serta mengakomodir keinginan partai koalisi.
Penentuan calon wakil gubernur yang paling kompetitif secara elektoral bisa membantu peluang kemenangan Ansy. Selain itu, Ansy juga harus menyatukan pemilih dan simpatisan Emi Nomleni agar tidak ada perpecahan di internal PDIP.
Menurut dia, tugas utama Ansy saat ini adalah bagaimana menyatukan pemilih dan simpatisan Emi untuk berada satu barisan dengannya. Jika itu tidak dilakukan, maka akan sulit, Meskipun Ansy punya popularitas cukup tinggi dan berpeluang untuk memenangkan pertarungan.
Artinya secara rasional, Ansy memang figur yang cukup kuat dan berpeluang sangat terbuka untuk memenangkan pertarungan Pilgub. Untuk itu, kerja branding politik dan conten atau materi-materi kampanye yang paling tepat sasaran ke semua segmen pemilih, akan sangat menolong Ansy. Sebab, Ansy mempunya kecerdasan sebagai figur muda untuk menggaet semua segmen pemilih di NTT. (rey)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.