Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 30 Juni 2024, Jangan Takut, Percaya Saja!
pengalaman perampuan ini masih terus dialami banyak orang karena suku, agama, ras, warna kulit dan status sosial.
Oleh: Chris Surinono, O.C.D.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 30 Juni 2024, Jangan Takut, Percaya Saja!
Minggu: 30 Juni 2024
Injil: Markus: 5: 21-43
Kita memasuki minggu ke tigabelas massa biasa. Hari ini Injil Markus, 5: 21-43 memperkenalkan kepada kita seorang Allah yang peduli dengan umat-Nya. Ia peduli dengan manusia, khususnya dengan mereka yang sedang menderita dan sedang membutuhkan jalan keluar dari segala persoalan hidup dan penderitaan, terisitimewa sakit fisik dan kematian. Untuk memperkenalkan Allah yang peduli ini, St Markus menggambarkan dengan sebuah teknik berkisah yang menarik.
Diawali dengan informasi kedatangan Yesus dari seberang danau. Namun, “dari seberang” ini tidak sekedar informasi, namun adalah ungkapan yang penuh makna teologis. Allah yang ada di seberang” – di surga – itu datang menjumpai manusia. Kedatangan Yesus ini disambut banyak orang yang berbondong-bondong. Dalam kerumunan tanpa nama itu, ada Yairus, seorang kepala rumah ibadat.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 29 Juni 2024, Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus
Ia datang dengan permintaan atas derita anak perampuannya. Dan cara ia meminta pun sangat unik, yakni tersungkur di depan kaki Yesus. Namun, Yesus tak bertanya,meminta informasi; Ia cuman diam dan diam. Yesus berjalan bersamanya ke rumah. Keberpihakkan Yesus mulai terlihat di sini: “Lalu pergilah Yesus bersama orang itu”.
Dalam perjalanan bersama orang Yairus itu, mujizat lain terjadi. Ini juga terjadi dengan seorang perampuan yang sakit. Cara memintanya punberbeda dengan Yairus. Ia cuman dalam hati berkata yakin: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh”.
Ia bukan hanya percaya, tapi ia bertindak. Perampuan ini berani menyentuh jumbai jubah Yesus. Atas keberaniannya itu, Yesus berkata kepadanya: “Hai, anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau”. Ada info lain yang datang kepada Yesus, bahwa anak perampuan Yairus itu sudah meninggal. Atas informasi itu, Yesus baru mulai berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja”. Tidak ada lagi dialog. Hanya monolog. Selanjutnya Yesus sendiri yang bicara, sampai Ia memerintahkan anak itu untuk bangun dan menyuruh mereka memberinya makan.
Dari apa yang dikisahkan ini, kita bisa menimba beberapa pesan untuk kekuatan iman dan pertumb uhan hidup rohani kita.
Pertama, kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup manusia. Yesus tegas katakan: “Anak ini tidak mati, tapi tidur”. Lalu Yesus berkata: Tali takum: Bangunlah”. Ada penegasan Yesus disini bahwa kematian bukan akhir dari keberadaan manusia, namun kematian itu semacam “peralihan” kepada bentuk hidup yang lain yang juga disiapkan Allah.
Apa yang ditegaskan Yesus ini sesungguh memberi kita ketenangan, damai, pasrah kala kita berhadapan dengan kematian. Kematian itu memang menyakitkan, membuat kita sungguh kehilangan. Ini disatu sisi. Namun disisi lain, iman kita akan terus menguatkan kita dengan apa yang Yesus katakan disini.
Kedua, dua tokoh central yang mengundang kepedulian Yesus adalah anak perampuan dari Yairus, dan perampuan yang sakit pendarahan. Perampuan yang ditonjolkan disini tanpa nama, sebagai wakil orang-orang yang disingkirkan dan korban ketidakadilan. Dalam tradisi perampuan yang pendarahan seperti itu akan disingkirakan, bukan hanya oelh suami dan anggota keluarganya, melainkan juga oleh masyarakat.
Ia dianggap najis. Maka disini, teks ini mau mengatakan soal kondisi perampuan bukan hanya sedang sakit, tapi seorang perampuan yang dibuang; ditolak, yang tidak diterima, tidak diakui keberadaannya. Sampai hari ini pengalaman perampuan ini masih terus dialami banyak orang karena suku, agama, ras, warna kulit dan status sosial.
Ketiga, perampuan ini datang kepada Yesus dalam tekanan sosial; dan anak perampuan yang meninggal, diwakili oleh sang ayah untuk menemui Yesus. Tindakan perampuan dan Yairus adalah tindakan iman. Mereka tahu dan yakin bahwa dalam Yesus tidak ada diskriminasi sosial, ekonomi dan politik. Dalam Yesus tidak ada yang lebih baik dan kurang baik; dalam Yesus tidak ada suku dan ras yang lebih hebat; dalam Yesus tidak ada yang baik dan jahat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.