Perang Rusia Ukraina

Rusia Berancang-ancang Putus Hubungan dengan Negara-negara Barat

Penurunan hubungan atau bahkan pemutusan hubungan bisa menggambarkan parahnya konfrontasi antara Barat dengan Rusia.

Editor: Agustinus Sape
GETTY IMAGE
Vladimir Putin berbicara saat konferensi persnya di markas kampanyenya, awal 18 Maret 2024, di Moskow, Rusia. Dia merujuk pada prospek Perang Dunia Ketiga skala penuh jika ada konflik militer antara Rusia dan NATO. 

Salah satu tanggapan Rusia antara lain, adalah latihan pengerahan senjata nuklir taktis, menempatkan rudal-rudal konvensional jarak menengah, serta menandatangani perjanjian pertahanan dengan Korea Utara.

Dinamika tersebut membuat situasi kawasan berpotensi makin memanas. Apalagi dalam persepsi Presiden Putin, invasi ke Ukraina adalah bagian dari perjuangan Rusia melawan hegemoni Barat dan AS.

Serangan ke Ukraina juga menjadi bagian dari upaya Moskow menahan perluasan pengaruh NATO ke wilayah bekas Uni Soviet.

Putin memandang sokongan ekonomi dan militer Barat ke Ukraina adalah bagian dari rencana besar Gedung Putih untuk memecah belah Rusia dan kemudian menguasai sumber daya alamnya.

“Moskow sudah menyerah untuk bisa memperbaiki hubungannya dengan Barat,” kata Geofrey Roberts, sejarawan Universitas College Cork.

Dia menilai, pada satu sisi, kebijakan yang diambil Putin dilakukan karena Putin berasumsi dapat mewujudkan tata dunia multipolar, sekaligus menjaga jarak dengan Barat. Di saat yang sama, menurut Roberts, beragam tindakan yang diperlihatkan Putin bisa dibaca sebagai isyarat, protes dan tanda frustrasi Rusia atas sikap Barat, khususnya AS.

Di siai lain, langkah itu bisa juga dibaca sebagai "pernyataan" Putin pada kelompok garis keras di Rusia. Arahnya adalah agar mereka tetap mendukung Putin terkait perang di Ukraina.

(kompas.id/reuters)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved