Wawancara Eksklusif

Ilham Habibie: Jangan Tipis Kuping di Dunia Politik

Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Akbar Habibie yang diusung Partai NasDem mengaku siap menghadapi kontestasi Pilkada Serentak 2024.

Editor: Dion DB Putra
KOMPAS.COM/ACHMAD FAIZAL
Ilham Habibie. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA – Bakal Calon Gubernur Jawa Barat Ilham Akbar Habibie yang diusung Partai NasDem mengaku siap menghadapi kontestasi Pilkada Serentak 2024.

“Saya kira yang pertama yang kita siapkan adalah diri kita sendiri. Kita harus jangan tipis kuping gitu, kulitnya harus agak tebal. Ya, saya kira itu memang harus begitu,” kata Ilham saat podcast di Gedung Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Kamis (27/6/2024).

Simak lanjutan wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Ilham Habibie berikut ini.

Pak, kalau boleh saya tahu, adakah pesan-pesan khusus yang disampaikan Pak Ketua Umum DPP Nasdem Pak Surya Paloh berkait dengan posisi Bapak sebagai bakal calon Gubernur Jawa Barat?

Ya, saya kira waktu itu kan direkam di TV ya? Jadi, ya alhamdulillah Pak Surya Paloh meyakini saya ini punya kemampuan untuk menjadi pimpinan di Jawa Barat. Dan saya kira yang beliau juga masukan ini adalah titik awal dari proses belajar saya di bidang politik.

Benar semua. Kalau soal kemampuan, keyakinan beliau ya, insya Allah saya punya kemampuan itu. Tapi saya sendiri ya, saya bisa.

Tapi ada pesan yang tidak di-publish. Itu kurang lebih seperti itu ya?

Kurang lebih seperti itu ya.

Pak Ilham, sekarang ini setelah ada Pilpres 2024 itu muncul semacam diskursuslah, mengenai politik dinasti itu. Menurut Bapak, apa sih sebenarnya?

Nah gini, saya kira kalau kita lihat secara dari segi sejarah, dinasti itu kan sebetulnya kita kenal dari kerajaan. Bahwasannya ada raja dia menurunkan kepangerannya dan sebagainya gitu ya. Jadi ada istilah darah itu keluarga, itu dinasti.

Kalau di politik, ini kan bukan kerajaan, kita demokrasi. Jadi dinasti itu terjadi pemikiran itu kalau memang ada kedudukan politik turun temurun gitu ya. Seperti misalnya di partai, tapi bisa juga di apa namanya, di ranah jabatan publik gitu ya.

Nah, kalau menurut saya yang penting adalah kita tetap mengacu kepada prinsip demokrasi. Jadi kalau memang yang bersangkutan itu mampu, ya enggak masalah. Why not? Memang mampu.

Tapi itu yang kita acukan. Bukan karena dia adalah anak daripada seseorang, enggak. Tapi harus mampu. Ini prinsip yang universal. Di politik, di bisnis, di akademia, di organisasi.

Kalau kita cari pimpinan yang terbaik, itu adalah prinsip kita ya kalau kita memaju harus yang terbaiklah. Tapi kalau itu yang memang kebetulan orang anak daripada pimpinan sebelumnya, ya enggak apa-apa. Tapi harus yang terbaik. Itu yang kita harus memastikan itu.

Jadi ada aspek meritokrasi yang harus kita perhatikan dalam konsep dinasti. Kalau dinasti hanya berdasarkan darah saja, itu namanya aristokrati, bukan meritokrati. Karena itu ya darah yang menentukan.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved