Wisata NTT

Wisata NTT - Menyaksikan Erupsi Gunung Lewotolok dari Kafe Hadakewa, Kwaman: Malam Terlihat Jelas

”Nanti malam terlihat jelas lavanya yang mengalir dari puncak. Kalau bisa, bersabar sebentar," ujar Klemens Kwaman (39).

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Wisatawan menikmati pesona senja di pesisir Desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/5/2024) petang. Pemerintah desa setempat mengemas pesisir itu menjadi destinasi wisata. 

POS-KUPANG.COM - Lagu-lagu pop Indonesia timur yang lagi hits bergantian menghibur pengunjung yang duduk santai menghirup udara laut di Desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/5/2024) petang. Sambil menyeruput minuman, dari kafe di pinggir pantai itu mereka memandang ke arah kawah gunung api Ile Lewotolok yang terus memuntahkan material vulkanik.

”Nanti malam terlihat jelas lavanya yang mengalir dari puncak. Kalau bisa, bersabar sebentar," ujar Klemens Kwaman (39). Ia meyakinkan pengunjung bahwa akan datang momen itu. Kebetulan, dalam beberapa bulan terakhir, Ile Lewotolok yang juga berada di Lembata sedang aktif menyembur material vulkanik setelah erupsi besar.

Pesisir pantai yang tenang serta sajian erupsi gunung api menjadi bagian dari pertimbangan Klemens menghadirkan kafe di tempat tersebut. Ada daya tarik yang bisa ”dijual”, terlebih bagi mereka yang baru pertama kali berkunjung ke Lembata. Dari Lewoleba, kafe Hadakewa terpaut jarak hanya 15 kilometer. Jalanan lebar dan mulus.

Kafe itu bukan milik Klemens, melainkan aset Desa Hadakewa. Namun, Klemens-lah pemilik ide sekaligus eksekutor. ”Karena kebetulan saya diberi mandat oleh masyarakat untuk memimpin Desa Hadakewa,” ujar Klemens yang kini sedang menjalani periode kedua kepemimpinan sebagai Kepala Desa Hadakewa. Sejak 2015, ia memimpin desa yang kini berpenduduk 1.117 jiwa.

Kehadiran kafe sempat menuai perdebatan di kalangan masyarakat setempat. Klemens dituduh menyalahgunakan dana desa. Terlebih pembangunan kafe dilakukan tahun 2021 ketika masa pandemi Covid-19. Kala itu perekonomian masyarakat terpukul. Klemens sempat dipanggil aparat penegak hukum untuk mengklarifikasi pengaduan dari para pelapor.

Seiring waktu, satu per satu tuduhan mereka terbantahkan. Kehadiran kafe menyerap produksi masyarakat desa berupa hasil kebun dan hasil laut. Serapan terus meningkat seiring bertambahnya pengunjung yang mencapai ratusan orang setiap akhir pekan. Belum lagi kegiatan dari instansi pemerintah dan swasta.

Tenaga kerja yang terserap juga bertambah, mulai dari juru masak hingga pramusaji. Belasan anak muda bekerja di sana. Penghasilan mereka dihitung berdasarkan omzet. ”Kami latih mereka agar bisa memberikan pelayanan terbaik bagi pengunjung. Kualitas pelayanan akan terus ditingkatkan,” katanya.

Ikan teri pun mendunia

Kafe hanyalah satu dari beberapa inovasi yang dilakukan Klemens. Jauh sebelum itu, dengan berbagai cara, Klemens mempromosikan ikan teri asal Hadakewa ke pasar lokal hingga global. Pembeli dari luar negeri tertarik setelah ia memperkenalkan produk itu dalam sebuah acara di India pada September 2019.

Kini, produksi teri bisa dengan mudah diperoleh lewat aplikasi penjual dalam jaringan. Ada merang, peseng-peseng, siro, mao merah, mao putih, phada, dan gelle. Nama jenis teri itu menggunakan bahasa daerah setempat, yakni Lamaholot. Dalam bahasa Latin, semua jenis teri itu masuk dalam famili Engraulidae.

Lewat promosi, Klemens membuka akses pasar bagi nelayan yang selama ini kesulitan mencari pembeli. Sebelum itu, ketika musim teri, banyak tangkapan tidak laku dijual. Nelayan terpaksa menjual dengan harga sangat murah. Ada sebagian dibuang. Perairan di hadapan Hadakewa merupakan salah satu lumbung teri. Akses pasar itu terbukti mempermudah nelayan.

Namun, jika nelayan masih kesulitan, badan usaha milik desa siap menyerap lalu menjual ke pasar. Teri yang masih segar mereka olah, mulai dari mencuci, menyortir berdasarkan jenisnya, kemudian menjemur di bawah terik matahari paling cepat satu hari. Selanjutnya teri kering dikemas dalam berbagai ukuran, mulai dari 250 gram hingga 1 kilogram. Ikan teri menjadi ikon komoditas Hadakewa.

Klemens kini melebarkan usaha ke tanaman hortikultura. Alasannya, selama ini kebutuhan sayur-sayuran dan sejenisnya seperti cabai dipasok dari luar daerah, seperti Pulau Timor atau Pulau Flores. Kondisi ini sering kali memicu inflasi. Ia membaca peluang bahwa budidaya hortikultura cukup menjanjikan kendati bukan perkara mudah.

Klemens Kmawan_012
Klemens Kmawan, kepala desa Hadakewa.

Air menjadi tantangan pertama. Untuk mengatasinya, ia menggunakan sistem irigasi tetes. Sistem ini dapat menghemat penggunaan air hingga 40 persen jika dibandingkan dengan pengairan konvensional. Biaya tenaga kerja ditekan dan produktivitas bisa lebih tinggi. Sistem ini membutuhkan investasi puluhan juta rupiah.

Klemens tak memaksa menggunakan lahan desa. Ia memulai dari lahan miliknya yang berada di sisi jalan utama. ”Tujuan saya biar masyarakat lihat langsung. Setelah mulai panen dan hasilnya bagus, banyak yang ingin mencoba. Pesannya adalah pemimpin harus memberi contoh,” katanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved