Berita NTT

Direktur Utama BPR Christa Jaya Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Sangat Berdampak Bagi Masyarakat 

bahan kebutuhan pokok, kebutuhan rumah tangga, pasti orang cenderung menjaga agar kebutuhan utama lebih diprioritaskan.

Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Direktur Utama BPR Christa Jaya Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Sangat Berdampak Bagi Masyarakat 
HO/WILSON LIYANTO
Sekretaris Umum HIPMI NTT, Wilson Liyanto

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kondisi nilai tukar mata uang terhadap Dolar AS melemah bukan hanya terjadi di Indonesia. Hal ini juga terjadi di berbagai negara di dunia.

Direktur Utama BPR Christa Jaya, Wilson Liyanto mengatakan, berbagai faktor menjadi penyebab melemahnya nilai tukar Rupiah, salah satu penyebabnya adalah isu geopolitik yang terjadi di Timur Tengah di Israel dan Iran menyebabkan harga minyak mentah dunia melonjak. 

Naiknya harga minyak mentah mempengaruhi harga pangan, dan harga barang kebutuhan pokok yang juga turut memicu lonjaknya biaya logistik. Negara seperti Indonesia tentunya merasakan dampaknya.

Nilai tukar Rupiah melemah juga disebabkan karena mayoritas investor cenderung menarik dana-dana dan cenderung menjaga atau menginvestasikan dana mereka ke negara-negara Amerika Serikat khususnya karena harga Dolar kian menguat.

Baca juga: Sambut Hari Bhayangkara ke-78, Kapolda NTT Salurkan Bansos Bagi Ratusan Jemaat di Gereja Silo TTS

Tentu hal ini akan sangat berdampak bagi pengusaha. Contohnya, saat ini harga pangan seperti beras dan kebutuhan pokok di pasar mulai naik. Ini tidak terlepas dari akibat naiknya harga minyak mentah yang berdampak pada peningkatan nilai logistik menyebabkan harga semua barang naik, pengusaha pun menaikkan harga barang industri, bahan mentah, bahan pokok akhirnya pasar menyesuaikan dan masyarakat yang terdampak.

"Sekarang kita sudah merasakan sendiri harga beras satu kilo di pasar, berapa? Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor tadi ungkap Wilson pada Selasa, 18 Juni 2024.

Tentu perbankan juga merasakan langsung melemahnya nilai tukar Rupiah. Dalam kondisi ini, masyarakat akan cenderung menjaga dana-dana mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok sehingga mereka cenderung menggunakan dana mereka untuk kebutuhan pokok seperti kebutuhan konsumsi mereka.

Kondisi ini tentu memicu turunnya daya beli masyarakat. Secara hukum ekonomi, ketika terjadi peningkatan harga bahan kebutuhan pokok, kebutuhan rumah tangga, pasti orang cenderung menjaga agar kebutuhan utama lebih diprioritaskan.

"Ini mempengaruhi daya beli masyarakat di pasar dan juga berdampak juga ke perbankan khususnya sisi kredit, di mana masyarakat cenderung memprioritaskan kebutuhan pangan dibandingkan kebutuhan-kebutuhan lainnya,"terangnya.

Melihat kondisi ini, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah bijak untuk melakukan intervensi terhadap setiap kebijakan-kebijakan yang ada, khususnya Bank Indonesia dan OJK untuk bisa melihat situasi ke depan agar kondisi ini tidak terus berlanjut dan nilai tukar Rupiah terus melemah yang bisa memicu inflasi besar-besaran.

"Sampai saat ini kami pengusaha masih sangat yakin dan percaya dengan pemerintah khususnya Kementerian Ekonomi dan Kementerian Keuangan agar kondisi ini berlarut-larut sehingga nilai tukar Rupiah kembali membaik,"tutup Wilson.(dhe)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved