Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Senin 17 Juli 2024, Mata Ganti Mata

Kalian mendengar bahwa dahulu disabdakan, ‘Mata ganti mata, gigi ganti gigi’. Tetapi Aku berkata kepadamu

Editor: Rosalina Woso
FOTO PRIBADI
Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Senin 17 Juli 2024, Mata Ganti Mata 

Oleh: Bruder Pio Hayon,SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Senin 17 Juli 2024, Mata Ganti Mata

Bacaan I:1Raj.21:1-16

Injil: Matius 5:38-42                                                                            “

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Mata adalah salah satu panca indera yang dipakai untuk melihat dan yang paling digunakan dalam hidup karena mata merupakan indera yang paling gampang menangkap obyek atau rangsangan yang datang dari luar.

Namun mata juga bisa dipakai sebagai ungkapan yang kasar seperti “mata ganti mata” sebagai ungkapan balas dendam pada orang yang berbuat jahat kepada kita sesuai yang telah dibuatnya kepada kita.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini kita memasuki hari pertama dari pekan ke XI dalam masa biasa liturgi gereja. Dalam bacaan-bacaan hari ini kita akan melihat dan merenungkan tentang hidup yang benar sebagai pengikut Yesus berhadapan dengan kebiasaan yang sudah lama berlaku dalam masyarakat.

Dalam bacaan pertama, kitab pertama Raja-raja mengangkat kisah tentang raja Ahab yang berlaku curang terhadap bawahannya Nabot. Dan semakin terlihat sangat picisan kelakuan raja Ahab adalah dia dikuasai oleh istrinya yang dengan cara-cara curang mengambil hartawarisan nenek moyangnya dalam bentuk kebun anggur yang luas itu.

Raja Ahab yang punya keinginan besar untuk mengambil kebun itu tak berkutik berhadapan dengan alasan tanah nenek moyangnya sehingga tidak dapat diberikan atau diperjualbelikan. Namun dalam situasi seperti itu, raja Ahab mendapat dukungan dari istrinya yang menggunakan cara yang tak adil untuk mendapatkan yang diinginkan oleh raja Ahab itu.

Di sini kita langsung tahu betapa cara-cara curang seperti ini pun sudah dilakukan sejak jaman dahulu kala. Orang yang berkuasa akan gampang sekali menggunakan kekuasaannya untuk mengambil apa yang diinginkannya.

Praktek semacam ini tetap berakar sampai dengan kita saat ini. Kita gampang sekali mengorbankan orang lain demi kebahagiaan kita. Dan itu lahir dari rasa ingin balas dendam yang menggerogoti jiwa kita.

Karena Nabot tak mau serahkan kebun anggur itu maka mereka ingin membalasnya dengan membuat rekayasa untuk menyingkirkan Nabot  dan mereka berhasil melampiaskan dendam mereka itu dan Nabot pun kehilangan nyawa dan kebun anggurnya.

Nabot dan keluarganya yang saleh itu tak mampu membalaskan itu karena mereka adalah rakyat biasa dan yang taat akan agama mereka. Pesan inilah yang  diangkat Yesus dalam kotbah di bukit hari ini.

Yesus bersabda: “Kalian mendengar bahwa dahulu disabdakan, ‘Mata ganti mata, gigi ganti gigi’. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.  Sebaliknya, bila orang menamparpipi kananmu, berilah pipi kirimu.”

Yesus mau mengajarkan hal baru yang tak biasa dilakukan oleh orang maupun konteks sosial budaya saat itu dengan semboyan, ‘mata ganti mata, gigi ganti gigi’ yang artinya orang harus membalas dendam terhadapa apa yang telah orang lain lakukan kepada kita. Kejahatan dibalas dengan kejahatan.

Utang nyawa dibalas dengan nyawa. Bagi Yesus, pola atau konsep lama ini harus dilawan dengan satu ajaran baru yakni tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan kebaikan yang disimbolkan dengan ‘jika pipi kiri ditampar maka beri juga pipi kanannya’.

Bagi Yesus, balas dendam itu bukan solusi tapi menimbulkan masalah baru lagi yang tak akan pernah berhenti. Cara paling elegan untuk menghentikan itu adalah dengan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi dengan kebaikan atau sama sekali tak melawan karena jika kita melawan bisa jadi kita pun jatuh dalam dosa.

Maka Yesus mau mengajarkan kepada kita akan kebenaran ini yaitu bahwa semboyan mata ganti mata, gigi ganti gigi itu sudah bukan lagi jamannya. Jika kita masih juga melakukan hal yang sama, apa bedanya kita sebagai pengikutNya dengan mereka yang bukan pengikutNya.

Kita harus mampu berbuat lebih dengan cara tak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan kebaikan. Maka marilah kita belajar untuk tetap setia pada ajaran Yesus dan hidup dengan baik di hadapan Tuhan dan sesama.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Pesan untuk kita, pertama: semua kita adalah juga pengikut Yesus yang hidup di jaman yang sudah berubah tapi masih juga setia mengikuti tradisi lama yang dipegang teguh juga termasuk membalas kejahatan dengan kejahatan.

Kedua, kita semestinya hidup dalam ajaran Yesus yang telah diberikan kepada kita yakni membalas kejahatan dengan kebaikan.

Ketiga, itulah nilai lebih dari kita yang percaya pada Yesus, Tuhan dan penyeIamat kita.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved