Semenanjung Korea

Putin Akan Kunjungi Korea Utara untuk Pertama Kalinya dalam 24 Tahun untuk Bertemu Kim Jong Un 

Presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan kunjungan langka ke Korea Utara milik Kim Jong Un dan Vietnam dalam beberapa minggu mendatang.

Editor: Agustinus Sape
OSV NEWS PHOTO/REUTERS
Presiden petahana Rusia Vladimir Putin, yang dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden pada 15-17 Maret 2024 oleh komisi pemilihan negara itu, terlihat di layar di atas panggung saat ia menghadiri rapat umum tanggal 18 Maret di Lapangan Merah di pusat kota Moskow yang menandai tanggal 10 peringatan aneksasi Rusia atas Krimea dari Ukraina. 

Ketegangan terakhir awalnya dipicu oleh hadirnya banyak balon udara berisi sampah asal Korut di wilayah Korsel. Membalas tindakan itu, Korsel membalasnya dengan menangguhkan Perjanjian Militer tahun 2018.

Seiring itu, sejumlah aktivis di Korsel—dimotori oleh pembelot asal Korut—mengirim balon udara ke Korut. Pada balon udara itu digantungkan selebaran berisi kritik terhadap Kim Jong Un serta USB berisi film dan musik dari sejumlah bintang K-pop.

Korut lantas membalasnya kembali dengan mengirim lebih banyak balon udara. Tindakan itu dibalas Korsel dengan mengaktifkan kembali siaran propaganda di wilayah perbatasan Korut-Korsel hingga akhirnya memicu ”kemarahan” Pyongyang.

Juru Bicara Kepala Staf Gabungan (JCS) Militer Korsel Lee Sung Joon, Senin (10/6/2024), mengatakan, dari keputusan yang diambil pada Minggu sore, militer Korsel sudah mulai melaksanakan siaran propaganda di wilayah perbatasan Korsel dan Korut. Siaran dengan pengeras suara dilakukan dua jam, mulai pukul 17.00 waktu setempat. Terakhir, Korsel melakukan aktivitas tersebut enam tahun lalu.

Lee tidak menyebutkan, di perbatasan mana siaran itu berlangsung serta apa isi propaganda yang disiarkan. Lee hanya mengatakan, Korsel melakukan siaran di lokasi di mana tentara memiliki perlindungan yang memadai dan diperlengkapi persenjataan untuk membalas dengan cepat ketika diserang. ”(Kami) tidak berpikir bahwa mereka dapat memprovokasi kami dengan mudah,” kata Lee.

Enam tahun lalu, dalam siaran dengan pengeras suara, Korsel menyiarkan siaran anti-Pyongyang, lagu K-pop, dan berita internasional. Sejauh ini, setelah siaran propaganda diaktifkan lagi, belum ada balasan apa pun dari Korut selain kecaman dari Kim Yo Jong.

Baca juga: Korea Utara Serang Korea Selatan dengan Balon Sampah

Meskipun demikian, tentara Korsel mendeteksi adanya pemasangan pengeras suara oleh Korut di perbatasan. Hanya saja belum ada siaran apa pun oleh Korut. ”Dengan mempertimbangkan situasi operasional dan aspek strategis, kami akan menjalankan siaran propaganda secara fleksibel,” ucap Lee Sung Joon.

Hingga Senin pagi ini, siaran dengan pengeras suara itu belum dilakukan lagi oleh Korsel. Terkait komentar Kim Yo Jong, Lee mengatakan, komentar itu mewakili meningkatnya ancaman verbal dari Korut. Namun, Lee tidak secara spesifik menerangkan tindakan yang mungkin diambil Korut. Seorang pejabat JCS menambahkan, mereka menilai tingkat ancaman dalam pernyataan Kim Yo Jong tampak berbeda dengan masa lalu.

Kim Dong-yub, profesor pada Universitas Studi Korut di Seoul, mengatakan, pernyataan Kim Yo Jong memperlihatkan Korut mengalihkan kesalahan atas situasi saat ini ke Korsel dan membenarkan provokasi mereka. Ia menambahkan, siklus eskalasi kemungkinan akan terus berlanjut. ”Korut akan melakukan sesuatu di luar imajinasi kita,” kata Kim Dong-yub.

”Pyongyang bisa melakukan sesuatu yang kreatif, seperti melemparkan tepung yang akan menyebabkan kepanikan di Korsel dan hal ini akan membuat mereka senang,” ujarnya mengacu pada kemungkinan Korut memalsukan serangan biologis terhadap Korsel.

Leif-Eric Easley, profesor pada Universitas Ewha, Seoul, mengatakan, kedua belah pihak kini menghadapi proposisi yang berisiko. ”Seoul tidak menginginkan ketegangan militer di perbatasan dan Pyongyang tidak ingin informasi dari luar mengancam legitimasi rezim Kim,” ujarnya.

”Korut mungkin sudah salah perhitungan karena demokrasi Korsel tidak bisa begitu saja menghentikan peluncuran balon LSM seperti yang diharapkan oleh otokrasi,” kata Easley.

(benzinga.com/kompas.id)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved