Timor Leste

Opini: Persepsi Perempuan Timor Leste atas Terpilihnya Prabowo Subianto Menjadi Presiden Indonesia

Meskipun Dili secara terbuka menyambut baik terpilihnya mantan jenderal tersebut, perempuan Timor Leste menginginkan keadilan atas perannya.

Editor: Agustinus Sape
AP PHOTO/TATAN SYUFLANA
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dan Menteri Pertahanan Timor Leste Donaciano Do Rosario da Costa Gomes pada saat tiba untuk menghadiri pertemuan menteri pertahanan ASEAN di Jakarta Indonesia, Rabu 15 November 2023. 

Seorang yang selamat, S, yang paman dan sepupunya dibunuh dan dihilangkan secara paksa oleh militer Indonesia dalam pembantaian Kraras, ditangkap, disiksa, dan diperkosa pada saat itu.

Dia mengenang dalam wawancara sebelumnya, “Jika mengenang saat-saat itu, hati saya sangat sakit. Saya mengimbau para pemimpin untuk mengingat pengorbanan tersebut dan menaruh perhatian pada perempuan yang telah berkorban, terutama mereka yang menderita, yang telah disiksa, dianiaya, dan didiskriminasi.”

Bagi banyak perempuan Timor Leste, kekejaman di masa lalu tidak pernah selesai di masa lalu namun terus menjadi kenangan hidup dan kenyataan.

Beberapa laki-laki Timor Leste percaya bahwa Prabowo telah berubah, dan menjadi lebih bertanggung jawab dalam hal demokrasi dan pelanggaran hak asasi manusia yang merupakan hal mendasar bagi stabilitas berkelanjutan dan kemakmuran Indonesia dan kawasan.

Namun, banyak perempuan Timor Leste yang tidak setuju dengan hal ini. Ketika mereka mendengar bahwa Presiden Jose Ramos Horta mengadakan pembicaraan dengan Prabowo pada bulan Februari untuk mengucapkan selamat atas kemenangannya dan bahkan mengundangnya mengunjungi Timor Leste, banyak perempuan yang selamat dari insiden Marabia, yang terjadi di sebuah komunitas di pulau Atauro di di pinggiran ibu kota Dili, dan menyebabkan kematian dan hilangnya lebih dari 121 orang pada tanggal 10 Juni 1980, mereka sangat marah.

Beberapa korban yang ditahan, disiksa, dan mengalami pelecehan seksual pada tahun 1980-an mengatakan bahwa mereka mendengar nama Prabowo disebutkan sepanjang dekade tersebut.

Salah satu penyintas, F, yang berulang kali diperkosa dan akhirnya hamil, dalam sebuah wawancara baru-baru ini mengenang bagaimana suaminya dibunuh atas perintah Prabowo di Venilale, “Prabowo telah menjadi Presiden. Suatu hari nanti kalau dia berkunjung ke Timor Leste, kalau dia ingin mengunjungi kami para korban, saya hanya ingin bertanya padanya: ‘Ke mana mereka membuang suami saya yang terbunuh di Venilale? Saya tahu dari saksi yang masih hidup bahwa Prabowo adalah salah satu pelaku pembunuhan, termasuk suami saya.”

Bagi banyak korban, kebenaran mungkin bisa menjadi penutup, setidaknya jika mereka tahu ke mana keluarga mereka dibawa, disiksa, dibunuh, dan dibuang.

Seperti yang diungkapkan oleh L, salah satu korban selamat lainnya, “Saya juga berharap pemerintah Timor Leste menuntut pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas tindakan mereka terhadap perempuan Timor Leste, sehingga pelanggaran seperti ini tidak terjadi lagi.”

Latar belakang militer yang panjang dan pengalaman Prabowo telah menanamkannya untuk menghayati dan mencita-citakan model maskulinitas yang dimiliterisasi.

Sebagai menantu mantan pemimpin otoriter, Suharto, Prabowo adalah tokoh kunci dalam menumpas perlawanan Timor Leste.

Ia diangkat sebagai komandan yang memimpin pasukan khusus Kopassus, dan diduga terlibat dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Timor Leste pada masa pendudukan Indonesia. Asosiasi Chega! Ba Ita, sebuah LSM lokal di Timor Leste, mengidentifikasi bahwa di antara kelompok-kelompok yang terlibat dalam pelanggaran kemanusiaan di Timor Leste antara tahun 1974 dan 1999, Kopassandha/Kopassus adalah kelompok yang paling banyak melakukan pelanggaran, termasuk penindasan terhadap levantamento, atau meningkat, tahun 1983-1984.

Laporan Aliansi Nasional Timor Leste untuk Pengadilan Internasional, yang diterbitkan pada tahun 2023, juga menunjukkan bahwa Prabowo bertanggung jawab atas beberapa pelanggaran dan kejahatan hak asasi manusia tingkat tinggi, seperti pembantaian Santa Cruz pada tahun 1991, yang menewaskan sekitar 300 orang.

Selain itu, seperti disebutkan di atas, Kopassus bertanggung jawab atas pembunuhan Nicolau Lobato, perdana menteri pertama Timor Leste, yang jenazahnya tidak pernah ditemukan.

Kendati demikian, Prabowo tidak pernah mengakui, apalagi meminta maaf, atas perilakunya, maupun diadili di pengadilan atas keterlibatannya dalam pelanggaran HAM di Timor Leste, namun menyatakan bahwa dirinya hanya menjalankan perintah.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved