Berita Manggarai Barat

Basarnas Ungkap Kecelakaan Laut Paling Banyak Terjadi di Labuan Bajo dari Lima DPSP

Hanya saja evakuasi korban kecelakaan laut terkadang terkendala karena lambatnya informasi yang diterima.

Penulis: Engelbertus Aprianus | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ENGELBERTUS APRIANUS
Direktur Kesiapsiagaan Basarnas, Noer Isrodin (tengah) ditemui di Labuan Bajo, Selasa 28 Mei 2024. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu

POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) mengungkapkan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, menjadi Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dengan tingkat kecelakaan laut tertinggi dari lima DPSP di Indonesia. 

Adapun lima DPSP di Indonesia, yaitu Candi Borobudur, Danau Toba, Likupang, Mandalika, dan Labuan Bajo.

"Di antara lima destinasi memang Labuan Bajo di data operasi kami paling sering terjadi insiden atau kecelakaan khususnya di perairan, tentunya ini menjadi konsen kami," ungkap Direktur Kesiapsiagaan Basarnas, Noer Isrodin, ditemui di Labuan Bajo, Selasa 28 Mei 2024.

Noer mengungkapkan, berdasarkan hasil identifikasi Basarnas potensi kedaruratan yang paling banyak di Labuan Bajo adalah kecelakaan pelayaran. Data yang dihimpun Pos Kupang sejak Januari-Mei 2024, sudah terjadi lima kecelakaan kapal di Labuan Bajo.

Baca juga: Desa Wisata Wae Lolos Manggarai Barat Masuk 500 Besar Penilaian ADWI 2024

Upaya-upaya terus dilakukan untuk menekan angka kecelakaan di wilayah perairan Labuan Bajo

Salah satunya Basarnas bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dalam upaya mitigasi kecelakaan kapal di ujung barat Pulau Flores itu, untuk memberi rasa nyaman dan aman kepada setiap wisatawan yang datang. 

"Bagaimana upaya kami (Basarnas) berkolaborasi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk memperkuat Labuan Bajo menjadi lebih nyaman, aman, dan selamat sehingga bisa menarik minat pariwisata secara luas dan mengembangkan industri pariwisata di sini jadi lebih baik," ungkapnya. 

Kepala Basarnas Maumere Supryanto Ridwan menambahkan sejauh ini alutsista yang dimiliki untuk operasi SAR di Labuan Bajo cukup memadai dan selalu siap di lapangan. 

Hanya saja evakuasi korban kecelakaan laut terkadang terkendala karena lambatnya informasi yang diterima.

"Informasi yang lambat jadi penghambat, tetapi alat bantuan untuk penanganan korban selalu stand by di lapangan. Lambat mendapatkan informasi menjadi kendala utama bagi kami untuk turun melakukan evakuasi kepada korban kecelakaan laut," katanya.

Untuk diketahui, Basarnas dan Kemenparekraf menggelarkan Workshop Evaluasi dan Implementasi Protokol Keamanan dan Keselamatan di Labuan Bajo.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk peningkatan kesadaran kolektif masyarakat terhadap keselamatan (safety) saat menghadapi kondisi kedaruratan atau krisis di kawasan Labuan Bajo. (uka) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved