Tokoh NTT

Profil Tokoh NTT, Hj Ening Murtiningsih Sosok Penggerak Program Desa Madani di NTT

Program Desa Madani setidaknya sudah berjalan di Kabupaten Belu, Kota Kupang dan menyusul Kabupaten Kupang, Lembata, Alor dan Ende

Penulis: Edi Hayong | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Persaudaraan Muslimin Indonesia atau DPW Parmusi NTT, Hj Dra. Ening Murtiningsih, M.Pd saat menyambangi warga 

POS-KUPANG.COM- Keberadaan Program Desa Madani ( Masyarakat Desa Mandiri ) di Provinsi NTT yang merupakan program utama Persaudaraan Muslimin Indonesia atau Parmusi memang belum menjangkau ke seluruh kabupaten/kota di NTT.

Program Desa Madani setidaknya sudah berjalan di Kabupaten Belu, Kota Kupang dan menyusul Kabupaten Kupang, Lembata, Alor dan Ende.

Desa Madani yang dimaksud oleh Parmusi Pusat adalah desa yang bercirikan peningkatan iman dan taqwa, kemandirian ekonomi dan aksi sosial.

Salah satu tokoh perempuan NTT yang punya kepedulian dalam menggerakan program Desa Madani adalah Hj Dra. Ening Murtiningsih, M.Pd.

Wanita kelahiran Jawa Barat, 28 Mei 1964 ini memang dipercayakan selaku Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Persaudaraan Muslimin Indonesia atau DPW Parmusi NTT.

Kepada Pos Kupang ketika ditemui di kediamannya di Jalan Gedung Keuangan Kota Kupang, Selasa 21 Mei 2024, Bunda Ning-- begitulah panggilan akrab Hj Dra. Ening Murtiningsih, M.Pd menceritrakan perihal keberadaan Program Desa Madani ini di Provinsi NTT.

Dikatakan Bunda Ning, program ini dicetuskan oleh Pengurus Pusat Parmusi dimana program dalam upaya meningkatkan kadar keimanan dan juga untuk pendidikan sosial.

Untuk di Provinsi NTT, kata Bundan Ning, program ini sudah berjalan di Kabupaten Belu sejak tahun 2017.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Sosok Yosni Herin dari Dunia Wartawan Menjadi Bupati Flores Timur NTT

Program Desa Madani di Belu berjalan di Sukabitetek, Desa Leontolu dengan titik sasaran buat semua umat tanpa sekat.

"Ini program tanpa melihat sisi agamanya apa. Parmusi punya program untuk pemberdayaan ekonomi keluarga. Di Desa Leontolu itu dikembangkan program pertanian berupa penanaman padi dan jagung. Warga di desa ini memeluk agama Katolik dan Islam, mereka hidup berdampingan secara damai, saling gotong royong. Bagi Parmusi tidak melihat apa agamanya," tegas Bunda Ning.

Atas bantuan dari Parmusi berupa pemberian modal maka dibangun sumur bor untuk mengelola lahan pertanian yang awalnya dengan sistem sewa tanah seluas 2 hektar untuk warga menanam padi dan jagung.

Berkat kerjasama dalam suasana kekeluargaan, kata Bunda Ning, lahan yang dikelola warga itu memberikan hasil panenan yang luar biasa baik padi maupun jagung.

"Dari 2 hektar kemudian kini berkembang menjadi 4 hektar dikelola oleh 44 kepala keluarga. Dampaknya sangat positif dari program Desa Madani ini. Keluarga yang anaknya selama ini putus sekolah dari hasil usaha pertanian itu, mereka bisa biayai pendidikan anak mereka. Jadilah Leontolu sebagai  Desa Madani Pertanian," jelas Bunda Ning.

Selain program Desa Madani di Belu, lanjut Bunda Ning, program inipun dikembangkan di Pulau Kera untuk pengembangan usaha perikanan, namun dalam perjalanan macet karena infrastruktur pendukung disapu bersih badai seroja beberapa waktu lalu.

Namun, ada program Desa Madani bidang pendidikan berjalan dengan sukses di Pulau Kera terbukti dengan pembangunan gedung sekolah yang layak pakai.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, WZ Johannes Ahli Radiologi Pertama yang Sangat Dekat dengan Sam Ratulangi

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved