Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Selasa 21 Mei 2024, Budaya Kafir
Sebaliknya Daniel dan kawan-kawannya, hidup di tengah budaya Babel dan Media-Persia yang tidak mengenal Allah.
POS-KUPANG.COM. KUPANG - Renungan Harian Kristen Selasa 21 Mei 2024, Budaya Kafir, merujuk pada Kitab Daniel 2: 31- 49.
Artikel ini dikutip dari buku Renungan Harian Suluh Injil yang diterbitkan Gereja Masehi Injili di Timor ( GMIT ).
POS-KUPANG.COM telah mendapat izin dari anggota Tim Penyusun Renungan Harian Suluh Injil edisi Mei 2024.
Simak selengkapnya Renungan Harian Kristen berikut ini:
Hari-hari raya gereja selalu ditandai dengan ibadah. Dan di Bulan Budaya GMIT ini, kita merayakan beberapa hari raya, yaitu Kenaikan Kristus ke Surga, Pentakosta dan Trinitas.
Bagaimana kita memaknai unsur budaya lokal yang berasal dari berbagai suku kita di dalam tata ibadah? Sampai sejauh mana iman Kristen memberi ruang bagi budaya suku di dalam tata ibadah?
Apakah semua unsur dari budaya mengekspresikan karya seni dan keindahan yang bermuara kepada kemuliaan Allah Pencipta?
Melalui teks ini, marilah kita bersama belajar memahami relasi iman Kristen dan budaya. Kita mulai dengan sebuah pemahaman bersama bahwa semua yang ada di dalam budaya mengekspresikan dan mengkomunikasikan keyakinan yang bersifat religius.
Ada yang menyatakan iman kepada Allah yang benar, tetapi ada pula yang menyatakan keyakinan akan ilah lain. Keduanya tidak mungkin disandingkan bersama atau dicampuradukkan sebab akan melahirkan sinkretisme atau perzinahan rohani.
Tetapi juga manusia tidak berhak memilih satu di antara dua. Sebab memilih yang keliru berarti menggantikan posisi Allah.
Hal itu merupakan permainan setan, seperti di taman Eden. Jadi bagaimana?
Baca juga: Renungan Harian Kristen Senin 20 Mei 2024, Rayakanlah Pentakosta
Pertama, tidak ada kebaikan mutlak di dalam kebudayaan manusia setelah kejatuhannya ke dalam dosa.
Bahkan di dalam hal yang baik pun terselip kejahatan, sebagaimana Kain yang beribadah dan mempersembahkan kurban persembahan sambil menaruh perasaan iri dan benci kepada adiknya.
Sebaliknya Daniel dan kawan-kawannya, hidup di tengah budaya Babel dan Media-Persia yang tidak mengenal Allah.
Di dalam semua budaya itu sudah terkandung nilai tertentu. Tetapi Daniel dan kawan-kawan tetap menjaga relasi yang baik dan mengabdikan ilmu pengetahuan mereka bagi bangsa Babel dan MediaPersia.
Salomo membangun Bait Allah dengan memanfaatkan keahlian orang Tirus dan Sidon padahal sebutan Tirus dan Sidon selalu identik dengan kejahatan. Artinya, di dalam berbagai hal baik, orang baik, para ahli, saat yang sama ada juga kejahatan di dalamnya.
Ibarat seorang pengusaha ternama dan ahli ekonomi nasional, tetapi saat yang sama melakukan korupsi yang merugikan seluruh bangsa. Budaya menyatakan bahwa manusia secara teknis atau keterampilan memiliki banyak kebaikan. Hal itu kita lihat dalam hal bahasa, seni tari, seni tenun, semuanya sangat indah dan mempesona, bernilai sangat tinggi. Akan tetapi, akibat dosa maka di dalam semuanya itu ada dosa.
Seorang penutur yang baik, mungkin suka berbohong dan menipu. Seorang penari yang indah, mungkin suka memamerkan diri.
Seorang ahli tenun yang pandai, mungkin hobi berjudi. Dengan demikian, kebaikan-kebaikan itu hanyalah kebaikan teknis, bukan kebaikan etis. Inilah yang terjadi pada orang-orang Babel yang dikenal sebagai para pejabat dan juga memiliki ilmu yang tinggi akan tetapi mereka tidak percaya kepada Allah.
Kedua, Allah berkenan menyatakan kemurahan dan kebaikan-Nya dengan memberkati kebudayaan manusia yang jahat di Babel. Ini adalah anugerah umum.
Anugerah ini tentu mendatangkan kebaikan bagi banyak orang namun tidak menyelamatkan. Allah berkenan menyatakan visi bagi raja Nebukadnezar melalui mimpi.
Ini bukan mimpi biasa, tetapi mimpi yang menggelisahkan hati dan menuntut penjelasan makna.
Kepada raja Nebukadnezar juga Allah berkenan menyiapkan orang-orang terbaik yang selalu siap membantu menjelaskan arti mimpi dengan lengkap dan sesuai maksud Tuhan.
Raja Nebukadnezar akan menerima kekuasaan, kekuatan dan kemuliaan dari Allah Semesta Langit, Allahnya Daniel dan kawan-kawan.
Ini anugerah umum namun anugerah ini tidak menyelamatkan Nebukadnezar, sebab ia percaya mimpi namun tidak percaya kepada Allah sebagai Tuhannya. Ia tetap menyembah patung emas buatannya (ps 3).
Apakah tanpa iman kepada Allah Pencipta, manusia dapat diselamatkan? Apakah kebudayaan yang sangat tinggi dan bernilai mampu menyelamatkan para ahli seni dan budaya?
Berdasarkan kebenaran dan konteks yang tertulis di dalam Alkitab, kita harus mengambil kesimpulan yang benar tentang relasi iman Kristen dan budaya. Rasul Paulus mengatakan, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor 10:31).
Demikian juga Roma 14:23, “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa”. Tanpa iman yang benar kepada Allah Tritunggal yang kita imani, maka semua hal baik bahkan paling baik pun, adalah dosa. Termasuk tentu saja budaya! Karena itu, bagaimanakah seharusnya? Selamat berdiskusi. Soli Deo Gloria!
Alamat Sekretariat Suluh Injil:
Jl. Seruni No. 8 – Naikoten 1
Kota Kupang – NTT (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/kafir.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.