Berita Sikka

Guru Penggerak Kabupaten Sikka Membangun Ekosistem Saling Menguatkan

Diskusi yang dihadiri oleh puluhan guru penggerak yang sudah diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah di Kabupaten Sikka

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Semangat dan dedikasi untuk bergerak bersama memajukan pendidikan melalui gerakan Merdeka Belajar menjadi catatan penting dalam diskusi antara Iwan Syahril selaku Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) guru penggerak Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, di Capa Resort Maumere, Selasa (6/5) malam. 

POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Semangat dan dedikasi untuk bergerak bersama memajukan pendidikan melalui gerakan Merdeka Belajar menjadi catatan penting dalam diskusi antara Iwan Syahril selaku Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) guru penggerak Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, di Capa Resort Maumere, Selasa (6/5) malam.

Diskusi yang dihadiri oleh puluhan guru penggerak yang sudah diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah di Kabupaten Sikka tersebut berlangsung sangat intim dan dipenuhi dengan cerita-cerita menarik mengenai perjuangan mereka melakukan transformasi pendidikan.

Elisabet Gaso, guru penggerak angkatan 1 menceritakan bagaimana lika-liku perjuangannya mengikuti pendidikan guru penggerak, mulai dari penolakan kepala sekolah terhadap keikutsertaan dalam program tersebut dan praktik baik yang dilakukannya, sampai pada usahanya untuk membuktikan bahwa program yang sedang diikutinya akan
berdampak baik pada satuan pendidikannya.

“Setelah dikasih izin (mengikuti pendidikan guru penggerak), nyatanya kepala sekolah tidak rela. Merdeka Belajar itu apa sih? guru penggerak itu apa? Bergerak ke sana kemari. Tapi saya selalu berprinsip setiap program yang diluncurkan pemerintah pasti ada niat khusus. Jadi saya terus belajar,” kenang Elisabet yang saat ini sudah menjadi seorang pengawas sekolah.

Penolakan juga datang saat Elisabet akan melakukan aksi untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah TK tempat ia mengajar.

Tapi ia tidak patah arang, ia terus melakukan aksi dan praktik baik yang dipelajarinya selama pendidikan di sekolah tempatnya mengajar, sampai kepala sekolah mengakui bahwa program yang sedang diikutinya benar-benar telah membuat perubahan di sekolahnya.

“Saya ikuti betul-betul Program guru penggerak, banyak aksi dan praktik baik yang saya lakukan di sekolah, jadilah diakui. Dan saya berjalan mulus sampai lulus sembilan bulan mengikuti pendidikan. Saya diangkat jadi pengawas, saya berupaya bergerak dengan niat yang baik, banyak sekolah yang sudah mengenal apa itu Merdeka Belajar di depan
kecamatan di Sikka,” terangnya.

Elisabet mengakui, dengan mengikuti pendidikan guru penggerak ia bisa saling belajar dan berbagi bersama guru-guru dari satuan pendidikan jenjang berbeda, dan teman seangkatannya kompak untuk saling berbagi pengetahuan yang dimiliki masing-masing.

“Waktu itu saya hanya punya modal pembelajaran sosial emosional, karena itu ada di TK, dan kami berkolaborasi. Saya waktu itu tidak bisa buat video, saya belajar pada teman-teman yang jenjangnya lebih tinggi,” katanya.

Menjadi Senang Belajar

Ana Aprila, guru penggerak yang saat ini menjadi pengawas SMP turut mengakui apa yang sudah ia terima dalam Pendidikan guru penggerak sangat membantunya baik ketika menjadi guru dan menjadi pengawas. Prosesnya selama mengikuti program tersebut telah memberikannya beragam kesadaran.

Mulai dari kesadaran mengenai tujuan menjadi seorang guru, sampai pada kesadaran bahwa perubahan zaman dan percepatan teknologi harus membuat guru berbenah dan berubah.

“Saya benar-benar mendapat manfaat, di mana menjadikan saya guru yang mempunyai motif altruistic, tulus dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Selanjutnya saya juga menjadi guru yang sedang belajar. Saya berpikir, kalau kita tidak mengikuti perubahan, perubahan itu akan meninggalkan kita,” kata Ana.

Ana juga mengisahkan, ketika mengikuti pendidikan guru penggerak ia diamanahkan menjadi pelaksana tugas (Plt) kepala sekolah di sekolah yang baru berdiri, dan salah satu materi yang sangat dirasa membantunya saat mengemban amanah itu adalah pengelolaan program berdasarkan aset.

Dari materi itu ia berusaha menerapkan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman sekarang untuk melahirkan murid dengan Profil Pelajar Pancasila.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved