Sabu Raijua
Warga Kolo Uju Pulau Sabu Raijua NTT Dua Tahun Tak Jual Rumput Laut
Biasanya mereka menjual rumput laut kering dengan harga standar kisaran Rp25 sampai dengan Rp30 ribu per kilogram.
Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema
POS-KUPANG.COM, SEBA - Rumput laut sangat membantu menopang perekonomian masyarakat Sabu Raijua khususnya masyarakat pesisir Pantai Kolo Uju, Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua.
Rumput laut tidak hanya diolah menjadi sayuran, tetapi bisa juga diolah menjadi pangan lokal seperti kue dan juga minuman.
Jika pedagang atau penadah dari Makassar, dan Kupang masuk Pulau Sabu, mereka membeli rumput laut kering di petani dengan harga standar Rp25 ribu per kilogram tetapi saat ini sudah menyentuh Rp10 ribu per kilogram. Rumput laut basah untuk area Sabu dihargai Rp2 ribu per kilogram.
Sejak adanya peraturan gubernur tentang pelarangan penjualan rumput laut ke luar daerah, petani rumput laut di Sabu Raijua merasa kesulitan untuk menjual rumput laut ini karena pembeli tidak masuk ke Sabu Raijua. Namun pada intinya mereka hanya menginginkan mereka kembali bisa menjual.
"Kasih tinggal saja. Duduk saja selama dua tahun. Kerja tidak tahu produksinya di mana, jualnya ke mana,"keluhnya.
Mereka mengaku, tidak akan sulit memutar otak untuk terus bertahan hidup dengan rumput laut jika perusahaan pengolahan rumput laut yang diresmikan beberapa tahun di sabu Raijua bisa beroperasi dengan baik. Namun hingga saat ini perusahaan ini tidak berjalan.
Sejumlah masyarakat yang tergabung dalam kelompok pembudidayaan rumput laut ini mengaku kesulitan menjual rumput laut seperti dulu lagi karena adanya pelarangan ini. Selama dua tahun iniemang ada pembeli yang datang ke Sabu namun menawarkan dengan harga yang sangat murah.
Biasanya mereka menjual rumput laut kering dengan harga standar kisaran Rp25 sampai dengan Rp30 ribu per kilogram.
Saat ini Pembeli menawarkan dengan harga Rp10 ribu sampai dengan Rp15 ribu. Karena harga yang ditawarkan menurut mereka sangat murah, mereka memilih untuk menyimpan rumput laut mereka selama satu tahun ini.
Baca juga: Kondisi Cuaca Pengaruhi Hasil Rumput Laut di Sabu Raijua
Lenci, warga Menia mengaku penawaran ini terlalu rendah jika dibandingkan proses pengolahan rumput laut. Ia memilih rumput laut keringnya di simpan di dalam gubuk sebagai gudangnya.
- Olah Jadi Pangan Lokal
Anis mengaku, beberapa tahun lalu ia mengikuti pelatihan pengolahan pangan bahan baku rumput laut yang didampingi Disperindagkop Sabu Raijua. Alhasil bersama kelompoknya ia bisa mengolah rumput laut menjadi pangan lokal seperti dodol, kue dan bahan makanan lainnya untuk dijual.
Tetapi sejak 2017 hingga saat ini tidak aktif karena sebagian besar dari mereka sudah beralih menjadi petani tambak garam. "Coba bangkit kembali itu, baik. Ini tidak lagi,"ungkap Anis
Dulu dan sekarang sangat berbeda. Jika dulu mereka bisa membagi dua hasil panenan mereka untuk diolah menjadi pangan lokal, kini mereka hanya menyimpan hasil panen mereka berkarung-karung di dalam gudang. "Dulu bisa dijual keluar sebagian diolah sendiri agar tetap bisa mendapatkan penghasilan untuk membiayai hidup,"lanjutnya.(dhe)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.