Berita NTT

Edu Lemanto: Kita Tidak Krisis Air tapi Krisis Cairan Otak Pemimpin 

Selain itu, kata dia, problem lainnya adalah Gereja. Sebagai bagian dari Gereja, Edu memberi kritik terhadap Gereja sekaligus pada dirinya sendiri. 

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURASI
Pemantik diskusi dalam Seminar Nasional Membedah Politik Ekologi di Nusa Tenggara Timur, Edu Lemanto. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Edu Lemanto, salah satu putera NTT yang baru kembali dari pendidikan program Doktoral Department od Social Philosophy of People's Friendship University of Russia, Moskow mengatakan, masalah kekeringan yang dikeluhkan oleh sebagian besar warga Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya Kota Kupang saat ini sebetulnya bukan karena kekurangan sumber air. 

Dia hadir sebagai pemantik diskusi dalam Seminar Nasional "Membedah Politik Ekologi di Nusa Tenggara Timur" yang diselenggarakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi NTT bekerjasama dengan Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Minggu, 12/05/2014. 

"Paradigma isi pikiran warga itu ditentukan oleh isi pikiran negara. Krisis air itu karena krisis cairan otak pemimpinnya yang membuat otaknya kering dan tidak bisa bicara secara maksimal," kata Edu. 

Lanjut dia, poin utama dibalik semua ini sebetulnya adalah masalah SDM yang memang harus kita terima. Tetapi masalah SDM ini menjadi semacam lingkaran kegagalan karena pemerintah daerah mulai dari Gubernur hingga jajaran pemerintah terbawah, tidak mampu mengubah keadaan.
 
"Saya kawan baik dengan Viktor (mantan Gubernur NTT, red), tapi dia tidak bisa mengubah keadaan. Sama juga dengan pemimpin yang lain, Bupati, Walikota dan segala macamnya itu," ujarnya. 

Selain itu, kata dia, problem lainnya adalah Gereja. Sebagai bagian dari Gereja, Edu memberi kritik terhadap Gereja sekaligus pada dirinya sendiri. 

Baca juga: WALHI NTT Gelar Diskusi Publik, Soroti Masalah Sampah 

"Kenapa kita doyan sekali membangun rumah ibadah? Di mana-mana ada proposal bangun Gereja ini bangun Gereja itu? Kenapa tidak bikin taman besar yang diciptakan oleh Gereja supaya ada air di sekitar situ? Menurut saya ini semacam refleksi bersama buat kita semua dan ini jadi semacam gerakan kolektif kita nanti untuk mengubah ini," tandasnya. (uzu)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved