Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Prof Gayus Lumbuun: Presidential Club Lemahkan Sikap Kritis
Prof. Gayus Lumbuun buka suara soal wacana pembentukan 'Presidential Club' yang digagas oleh Prabowo Subianto.
Gayus juga bicara soal hubungan antara Megawati dan Jokowi yang kini dikabarkan kian retak pascaPilpres 2024.
Dia berpandangan, bahwa terdapat 7 point permasalahan yang menyebabkan renggangnya hubungan Megawati dengan Jokowi. Namun, Gayus tak merinci ketujuh point tersebut.
Gayus justru menjelaskan detail soal istilah 'petugas partai' yang disebut-sebut awal keretakan hubungan Megawati dan Jokowi.
"Karena begini, saya harus memberi pandangan yang lurus mengenai petugas partai. Itu hal yang prinsip tidak hanya di Indonesia. Tidak ada negara yang memiliki prinsip itu. Bahkan Ibu menyebutkan, Ibu Mega, saya pun petugas partai. Partai harus bisa menerima apa-apa yang dianggap oleh partai itu perlu dilakukan. Itu intinya," ungkapnya.
"Petugas partai itu yang pertama memberikan atau mendapat saran dan dilakukan. Itu yang utama. Karena petugas partai yang sudah keluar menjadi seorang penentu di pemerintahan, itu kan juga tidak bisa diintervensi. Tapi kalau penasihat kan boleh. Pendapat kan boleh. Saran kan boleh. Seperti itu," jelasnya.
Berikut petikan Wawancara Eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Gayus Lumbuun:
Prof, selain seorang pakar. Profesor kan juga pernah berada di sisi politik praktis. Pak Prabowo kemarin punya ide. Namanya The Presidential Club. Rupanya konsep ini niru Amerika. Apa mungkin ini dilakukan? Dan bagaimana menurut Anda?
Ya, itu forum yang bernama The Presidential Club itu ada manfaatnya. Kalau negara itu sudah betul-betul memahami, aware kepada proses di negara hukum masing-masing.
Negara hukum kita. Jadi artinya kalau negara itu sudah stabil. Ini sangat penting. Dan negara tidak konflik yang keras seperti kita sekarang. Itu baik-baik saja.
Tapi ketika negara dalam keadaan seperti hari ini pro-kontra kuat sekali. Pandangan-pandangan sangat kontroversial. Menyoroti bukti hakim yang terending pada dipilih Pak Prabowo sebagai Presiden.
Maka ini apakah akan bermanfaat secara jenuin ya, Bermanfaat secara murni. Saya khawatir justru pertemuan ini melemahkan sikap-sikap kritis. Melemahkan sikap-sikap yang tidak sama dengan proses yang dijalankan oleh Presiden yang berkuasa.
Yang diikuti oleh para mantan Presiden. Ini saya ada kekhawatiran itu sehingga itu melemahkan sebenarnya. Melemahkan perjuangan-perjuangan lembaga-lembaga yang di luar pemerintahan.
Tapi apakah dari segi personal ini memungkinkan kalau kita lihat bahwa perjuangan Bu Mega dengan Pak Jokowi, hubungan Bu Mega dengan Pak SBY kan tidak begitu bagus. Ya, bahkan panjang. Hubungan dengan Pak SBY cukup panjang. Tapi itu tidak menjadi faktor utama buat pikiran saya.
Hubungan personal bisa berubah. Tidak ada yang absolut dalam sebuah hubungan politik. Tetapi untuk keadaan negara sendiri, saya khawatir hal itu bisa mereduksi ide-ide yang berbeda.
Kritis ya, jadi kritis yang berbeda dengan pandangan pemerintahan. Pandangan Presiden yang sudah memerintahkan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.