Breaking News

Timor Leste

Kardinal Timor Leste Puji Kunjungan Paus Fransiskus

Paus Fransiskus sebagai bagian dari tur tersebut akan singgah di Jakarta pada 3 – 6 September sebelum melakukan perjalanan ke Port Moresby dan Vanimo

Editor: Agustinus Sape
MEDIA VATIKAN MELALUI CRUX
Paus Fransiskus menyapa Kardinal Virgilio do Carmo da Silva, Uskup Agung Dili, Timor Leste, pada konsistori 27 Agustus 2022 di Basilika Santo Petrus tempat Silva diangkat. 

POS-KUPANG.COM - Kardinal Timor Leste mengatakan kunjungan Paus Fransiskus ke negara itu, yang dijadwalkan pada September tahun ini, bukan hanya merupakan momen kebahagiaan bagi umat Katolik setempat, namun juga merupakan kesempatan untuk menyebarkan pesan perdamaian dan rekonsiliasi ke seluruh negeri setelah kemerdekaannya dari Indonesia.

Berbicara kepada Crux, Kardinal Virgilio do Carmo da Silva dari Dili, ibukota Timor Leste, mengatakan “dengan penuh kegembiraan” umat Katolik di Timor Leste, juga disebut Timor Timur, menyambut baik pengumuman baru-baru ini mengenai kunjungan kepausan ke negara tersebut pada akhir tahun ini.

“Masyarakat sudah menunggu lama dan terakhir berkunjung 35 tahun lalu,” ujarnya. Kunjungan ini juga akan dilakukan dalam konteks Timor Leste, negara mayoritas Katolik, yang secara resmi merdeka dari Indonesia, negara Muslim terbesar di dunia, pada tahun 2002.

Awal bulan ini, Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus akan melakukan tur ke Asia dan Oseania akhir tahun ini, mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura pada tanggal 2-13 September, menjadikannya perjalanan luar negeri terlama dalam masa kepausannya.

Paus Fransiskus sebagai bagian dari tur tersebut akan singgah di Jakarta pada 3 – 6 September sebelum melakukan perjalanan ke Port Moresby dan Vanimo pada tanggal 6 – 9 September, Dili pada tanggal 9 – 11 September, dan Singapura pada tanggal 11–13 September.

Silva mencatat bahwa kunjungan kepausan terakhir di Timor Leste, ketika Paus Yohanes Paulus II datang pada tahun 1989, terjadi ketika Timor Leste masih menjadi bagian dari Indonesia.

“Situasi politik sangat sulit, namun Yang Mulia Paus Yohanes Paulus II bisa berkunjung,” katanya, dan mengatakan bahwa kunjungan tahun 1989 “mendorong masyarakat untuk berdiri teguh di tengah penderitaan mereka akibat perang dan penindasan”.

Menyebut Yohanes Paulus II sebagai “suara seorang nabi”, Paus mengatakan perjalanan tersebut “menghimbau umat beriman untuk menjadi garam dunia dan terang dunia”.

“Pesan ini tersimpan dalam hati dan pikiran banyak orang Timor dan hingga saat ini masih bergema di telinga Rakyat Timor,” katanya.

Kunjungan Paus Fransiskus tahun ini akan berbeda, katanya, pertama-tama karena Timor Leste, negara mayoritas beragama Katolik, kini menjadi negara merdeka.

“Sebagai salah satu negara terbaru di milenium baru, dan juga mayoritas penduduknya beragama Katolik, kami sudah lama mendambakan Paus karena kehadiran pimpinan Gereja Katolik di Timor Timur ini merupakan suatu berkah, momen yang membahagiakan. persatuan, momen cinta dan harapan,” kata Silva.

Ia menyuarakan harapannya bahwa kehadiran Paus akan membantu mengkonsolidasikan upaya rekonsiliasi dan mendorong masyarakat untuk hidup “dalam harmoni satu sama lain serta dengan alam,” dan mengatakan bahwa pesan perdamaian yang diharapkan dapat disampaikan oleh Paus “sangat relevan”.

“Timor Timur dan Indonesia, lebih dari dua dekade setelah kemerdekaan, telah berupaya untuk mengangkat tema rekonsiliasi,” kata Silva, seraya mengatakan bahwa topik rekonsiliasi “perlu ditingkatkan” dan harus dipromosikan di negara-negara lain yang menghadapi situasi serupa di mana itu “sulit untuk berdamai satu sama lain”. Meski tidak pernah diumumkan secara resmi, Paus Fransiskus diperkirakan akan mengunjungi Timor Timur, Indonesia, dan Papua Nugini pada tahun 2020, namun perjalanan tersebut ditunda karena merebaknya pandemi COVID-19 dan belum dijadwalkan ulang. Fakta bahwa Paus Fransiskus berkunjung sekarang, ditambah kunjungannya ke Singapura, menunjukkan betapa prioritas Asia dan Oseania bagi Paus Fransiskus, yang telah mengunjungi Asia berkali-kali dalam 11 tahun masa kepausannya dan sering berbicara mengenai isu-isu yang relevan dengan Oseania. wilayah, seperti perubahan iklim.

Silva, yang diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada tahun 2022, juga berbicara tentang status hubungan antaragama antara Indonesia dan Timor Timur, dengan menyatakan bahwa meskipun satu negara mayoritas beragama Katolik dan satu lagi mayoritas Muslim, “ada toleransi beragama yang sangat baik”.

“Saya pikir toleransi adalah salah satu topik yang juga perlu dipromosikan selama kunjungan Paus,” katanya, sambil menekankan bahwa toleransi dan persaudaraan manusia telah menjadi pokok diskusi utama di gereja lokal.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved