Berita Manggarai Barat

Angka Stunting di Manggarai Barat Naik, Edistasius Endi: Ada yang Salah

Angka prevalensi stunting atau tengkes di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami peningkatan

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/BERTO KALU
EDISTASIUS ENDI - Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, Rabu 17 April 2024. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu

POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Angka prevalensi stunting atau tengkes di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat mengalami peningkatan, dari 8,2 persen di tahun 2023 menjadi 8,4 persen di tahun 2024.

Menurut Edistasius, ada yang salah terkait dengan penanganan stunting di daerah pariwisata super prioritas itu.

"Kita masih terkendala soal penanganan stunting, di tahun 2023 stunting kita di angka 8,2 persen, namun di Januari 2024 naik menjadi 8,4 persen. Saya kira ada yang salah terkait penanganan tentang stunting," kata Edistasius dalam acara rembuk stunting di aula Setda Manggarai Barat, Rabu 17 April 2024.

Pihaknya menargetkan angka stunting di Manggarai Barat bisa turun menjadi 5 persen di Agustus 2024 nanti. Untuk mencapai itu ia berharap dukungan dari berbagai pihak.

Karena menurutnya upaya pengentasan stunting di Manggarai Barat perlu kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah, lembaga, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Pemerintah, kata dia, tidak bisa bekerja sendiri.

"Kita tidak boleh memandang untuk menyelesaikan ini (stunting) adalah tugas Dinas Kesehatan. Sektor kesehatan hanya berkontribusi 30 persen, 70 persen sisanya adalah kerja sama lintas sektor, termasuk stakeholder di dalamnya," ungkapnya.

Baca juga: Satu Sarang Penyu Ditemukan di Nanga Bere Manggarai Barat

Lebih lanjut dikatakan, berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi tengkes di Manggarai Barat. Salah satunya melalui program bapak asuh anak stunting.

Program bapak asuh anak stunting mengusung konsep gotong-royong dengan mengajak para donatur, melalui pemberian dana pendamping untuk meningkatkan kualitas gizi anak.

Di Manggarai Barat, program ini melibatkan berbagai pihak mulai dari BUMN, hotel, BUMD, perbankan, TNI-Polri, pelaku pariwisata, tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai bapak atau bunda asuh bagi anak stunting usia 6 sampai 23 bulan.

Program tersebut, kata Edi, belum berjalan maksimal karena tidak diikuti dengan kegiatan nyata, sisi lain masih ada tabiat buruk.

"Ada kebiasaan buruk yang sering dilakukan, tanpa diingatkan maka semua tidur nyenyak, bangun huru-hara. Yang seperti itu pasti tidak akan maksimal, tapi kalau tumbuh kesadaran, yakin saya jangankan 5 persen itu terlalu kecil, bahkan kita bisa mencapai angka 0 persen," ungkap Edi.

Baca juga: Polres Manggarai Barat Rutin Cek Kesehatan Personel Selama Operasi Turangga 2024

"Kalau kita semua memulai, pasti akan tertular pada stakeholder lainnya, misalnya industri pariwisata. Tapi yang penting kita harus mulai bergerak bagaimana stunting ini diselesaikan," pungkasnya. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved