Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 14 April 2024, “Kamu adalah Saksi dari Semuanya Itu”

yakin bahwa kita layak dicintai Allah; bahwa setiap pribadi tidak pernah luput dari perhatian, pengampunan dan kasih Allah yang tak terbatas.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/PATER CHRIS SURINONO
Pater Chris Surinono, O.C.D menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 14 April 2024 dengan judul “Kamu adalah saksi dari semuanya itu” 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 14 April 2024 dengan judul “Kamu adalah saksi dari semuanya itu”

Renungan Harian Katolik Minggu 14 April 2024 dengan judul “Kamu adalah saksi dari semuanya itu” ditulis oleh Pater Chris Surinono dan mengacu dalam Bacaan Injil: Lukas24: 35-48

“Kamu adalah saksi dari semuanya itu”.

Berkat dan damai dari Kristus yang bangkit bersama saudari dan saudaraku sekalian. Pada hari minggu ketiga masa paskah, Gereja memberi kita bacaan-bacaan yang masih berhubungan dengan peristiwa kebangkitan Kristus.

Kisah-kisah yang ditulis berkaitan dengan pengalaman iman akan kebangkitan Kristus dan ajakan untuk menjadi saksi pengalaman iman itu.

Pengalaman Paskah sungguh menjadi saat perubahan dalam diri para murid Yesus. Ada perubahan, transformasi dan manusia baru yang dimiliki para murid karena rahmat kebangkitan itu.

Dari takut menjadi berani; dari tertutup menjadi keluar mewartakan; dari hidup dalam kelompok sendiri lalu membukan diri dan saling menerima pengalaman sesama akan kebangkitan Kristus.

Dari perikop Injil hari ini, Lukas 24: 35-48, kita bisa dapatkan lima point dan pokok pengalaman yang bisa menjadi dasar pengalaman iman kita juga.

Pertama: Kristus yang bangkit ada ditengah komunitas. Kehadiran Kristus dalam komunitas umat beriman disini tidak dimengerti secara fisik saja, melainya spiritual.

Ada peralihan dari rasa takut dan menutup diri ke suasana sukacita dan semangat dalam mengisahkan pengalaman kebangkitan Kristus.

Peralihan ini terjadi karena kehadiran Kristus di tengah-tengah hidup mereka. Kehadiran Kristus sungguh menjadi dasar dan alasan persatuan semua umat beriman.

Kehadiran nyata Kristus yang bangkit inilah yang menyatukan Gereja. Ketika sumber dan dasar persatuan ini diganti, maka perpecahan dan cerai berai akan dialami, karena kehilangan sumber persatuan.

Hari ini kita diajak untuk menjadikan kehadiran Kristus sungguh dialami menjadi pusat dan tujuan pesatuan hidup Gereja. Kehadiran Kristus perlu dialami dalam keluarga, dalam kelompok, dalam perkumpulan apa saja. Kristus perlu menjadi alasan kita berkorban, waktu dan tenaga demi sesama mulai dari lingkungan terkecil, yakni keluarga.

Kedua: Ada dua hadiah kebangkitan Kristus bagi kita: Pertama adalah damai dan kedua, sukacita. Damai menjadi hadiah yang selalu diberikan Yesus. Damai paskah Kristus ini menjadi jaminan bahwa ada kepastian; bahwa segala yang dikerjakan Allah bagi setiap orang itu adalah demi kebaikannya dan bahwa hidup dan segala rutinitas yang dijalani ada makna spiritual sebagai jalan kepada keselamatan.

Damai yang diberikan bukan berarti bahwa hidup kita nanti tak akan ada kesulitan, tanpa konflik dan penderitaan, melainkan bahwa damai paskah adalah keyakinan bahwa kita berada dalam Allah dan Allah dalam kita.

Allah tidak menjadikan hati kita tempat tinggalnya untuk aman, tapi ia mau mendengar dari denyut jantung perjuangan hidup untuk menjadi lebih baik; dan Ia mau menguatkan setiap perjuangan kita yang baik dan benar bagi sesama.

Persatuan ini justru yang menjadi kekuatan dan sumber damai. Sedangkan sukacita paskah diberikan Allah agar itu menjadi ciri utama umat yang percaya kepada-Nya. Artinya, iman akan Kristus yang bangkit menjadi sumber dan alasan untuk bersukacita. Tentu tidak bisa terhindar dari persaan negatif lainnya, namun persaya atau emosi terdalam yang perlu dimiliki orang beriman adalah sukacita karena ada Allah.

Ketiga: Ada kalimat dari perikop Injil hari yang berkata demikian: “Mereka terkejut dan takut, karena menyangka bahwa mereka melihat hantu“. Kalimat ini menjadi bukti bahwa betapa sulitnya kita manusia untuk melihat, mengenal dan mengalami Kristus yang bangkit. Betapa sulitnya kita mengerti kejadian hidup kita setiap hari dari hal kecil sampai pengalaman menyakitkan. Kadang kita juga merasa apakah Tuhan tidak peduli dengan hidup kita?

Mengapa Tuhan membiarkan semua penderitaan dan kesulitan hidup ini terus terjadi? Bahkan tidak gampang juga kita mengerti sesama, orang terdekat sekalipun.

Disini iman dan beriman butuh kerendahan hati untuk menerima kekurangan dan keterbatasan diri, keterbatasan sesama, namun tetap percaya dan yakin bahwa kita layak dicintai Allah; bahwa setiap pribadi tidak pernah luput dari perhatian, pengampunan dan kasih Allah yang tak terbatas.

Keempat: Penulis Injil tegas katakan bahwa Ia hidup. Hidup yang dikatakan disini bukan karena dibayangkan atau yang dipikirkan melainkan hidup yang sungguh nyata dalam cara Allah. Ia hidup itu bukan hasil die-die manusia. Tapi sungguh nyata.

Untuk menyakinkan bahwa Ia hidup, Yesus meminta untuk meraba atau merasakan kehangatan fisiknya: “Rabahlah Aku dan lihatlah“, dan Iameminta makan dari para murid-Nya. Artinya Ia hidup juga sekarang dan disini bersama kita dalam cara-Nya sebagai Allah yang maha kuasa. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved