Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 14 April 2024, Kamu Adalah Saksi dari Semuanya Ini

Kisah para murid adalah kisah Gereja dan kisah kita semua yang menerima mandat keramat dari Kristus Tuhan yang bangkit.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ROSALINA WOSO
Romo Leo Mali menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu 14 April 2024 dengan judul Kamu Adalah Saksi dari Semuanya Ini. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 14 April 2024 dengan judul Kamu Adalah Saksi dari Semuanya Ini.

Renungan Harian Katolik Minggu 14 April 2024 dengan judul Kamu Adalah Saksi dari Semuanya Ini ditulis oleh Romo Leo Mali dan mengacu dalam Bacaan Kis. 3:13-15. 17-19 dan Injil Lukas 24: 35-48.

Kamu Adalah Saksi Dari Semuanya Ini

Kisah tentang kebangkitan Yesus Kristus  musti dipahami dalam keseluruhan konteks sejarah keselamatan. Dan pelaku utama dari kisah ini demikian Luigi Giussani, imam dan teolog Italia, adalah para pengemis. “Cristo mendicante del cuore dell’uomo e il cuore dell’uomo mendicante di Cristo.” 

Artinya Kristus adalah pengemis hati manusia dan hati manusia adalah pengemis Kristus. Beda antara keduanya adalah Allah tidak pernah gagal mewujudkan peranNya. Akan tetapi pada sisi yang lain, manusia kerap tersesat dalam rimba raya keinginannya sendiri sehingga gagal memberikan tanggapan yang sepadan dengan kesetiaan Allah.

Kristus yang bangkit sebagai Saksi Pertama

Saksi pertama dari seluruh pentas dialog yang tidak sepadan antara Allah dan manusia dalam sejarah keselamatan adalah Yesus Kristus sendiri. Melalui hidup, penderitaan, kematian hingga kebangkitanNya Yesus Kristus mewujudkan kesetiaan Allah dalam sejarah umat manusia.

Kristus yang bangkit adalah kesaksian bahwa Allah tidak pernah berubah dalam kesetiaanNya, kendatipun manusia terus menerus memberontak melawanNya.

Menyusul mujizat penyembuhan terhadap seorang lumpuh, setelah kebangkitan Kristus, Petrus bersaksi “Demikianlah Yesus, Pemimpin kepada Hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati [….] dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita.” (Kis. 3: 15,18).

KesaksianPetrus yang pertama secara public menegaskan bahwa Yesus sendiri adalah saksi pertama tentang kesetiaan AllahAllah tidak pernah menyerah kalah dalam mencintai manusia. Bahkan kematian sebagai momok paling menakutkan hidup manusia ternyata tidak sanggup menguburkan cintaNya pada manusia. 

Yesus Kristus yang bangkit mendatangi kembali para murid. Dua murid yang awalnya pergi ke Emaus, meninggalkan Yerusalem dan memberi punggung pada dialog yang dibuka oleh Allah melalui tragedy  penderitaan Kristus, ditarik kembali untuk pulang ke Yerusalem. (Luk.24: 13-35). 

Mereka ditarik untuk berkumpul dengan murid yang lain dan saling berbagi kisah tentang Tuhan yang bangkit. Mereka telah berjumpa dengan Dia.  IA telah kembali mendatangi mereka. 

Ia tidak membiarkan kawanan kecil yang ketakutan ini menjadi yatim piatu dalam hidup mereka. Yesus sendiri hadir untuk memeterai kesaksian mereka. Ia menyalami mereka “Damai sejahtera bagi kamu.”(Luk.24:36).

Kala itu para murid sedang ketakutan. Ketakutan itu membuat mereka tertekan.

Karena itu Ia tidak menghukum mereka. IA paham, hukuman yang ditimpakan kepada orang yang ketakutan tidak akan mengubah keadaannya menjadi lebih baik. Maka sebaliknya IA memulihkan mereka dengan bukti-bukti penderitaan pada tubuhNya. 

Dengan cara itu IA meyakinkan mereka bahwa IA juga menderita, seperti mereka yang menderita dalam ketakutan. Dengan cara itu IA memulihkan mereka dengan kembali menjadi sahabat yang selalu hadir untuk mereka.

Sebelum Ia dihukum mati Ia mengatakan kepada para murid. “Kamu adalah sahabatku. Jikalau kamu melakukan perintah-perintah-Ku” (Yoh.15.14). IA berharap agar mereka setia padaNya. Tapi mereka gagal. Kendati demikian Tuhan tidak berubah. Ia kembali pada mereka dan tetap menjadi  sahabat seperti sediakala.  Betapa baik dan setianya Tuhan. 

Para murid sebagai saksi

Pengalaman perjumpaan dengan Yesus Kristus yang bangkit membuka hati dan pikiran para murid. Ketakutan, rasa malu karena bersalah menutupi hati dan pikiran mereka. Tapi kemurahan hati dan kesetiaan Allah dalam Yesus yang bangkit membuka kembali tidak hanya pintu-pintu rumah yang tertutup tetapi terutama hati dan pikiran mereka yang membatu.

Tuhan membuat murid-murid perdana percaya dan mengerti bahwa tidak ada kasih yang lebih besar dari kasih seperti ini dan tidak ada kebenaran yang lebih agung daripada IA yang sedang ada di depan mereka.

Kehadiran Kristus yang bangkit membuka sebuah kisah baru.  Murid-murid yang berjumpa dengan Dia mendapat identitas baru: mereka adalah saksi. Sebagaimana Yesus Kristus adalah saksi dari kemurahan hati Allah bagi dunia demikian mereka juga adalah saksi-saksi dari kisah tentang Allah yang setia mulai dari Yerusalem hingga ke seluruh dunia, demikian kata Yesus dalam Injil hari ini. “Kamu adalah saksi dari semuanya ini” (Luk. 24:48). 

Para murid perdana  bersaksi bahwa manusia sudah dan akan selalu gagal dalam menjadikan dirinya sebagai pusat dari seluruh geliat sejarah. Dalam semangat yang sesat ini pada peristiwa salib manusia telah berusaha menyingkirkan Tuhan.

Tapi Yesus yang bangkit menunjukkan bahwa manusia gagal menjadikan dirinya sebagai pusat sejarahnya.

Kegagalan ini bukan hanya sebuah kisah yang terjadi dua ribu tahun yang lampau, tetapi juga Ini tentang kisah kita hari ini.  Hingga hari ini manusia kerap berusaha menyingkirkan Tuhan dalam hidupnya. Tapi Tuhan tidak pernah kalah.

Kesaksian tentang  pertobatan dan pengampunan 

Paskah adalah bukti bahwa Tuhan, pemenang sejati adalah Allah yang setia. Manusia  berulangkali terjebak dalam kesempitan cinta diri, seperti pintu-pintu yang tertutup. Kristus memenuhi janji Allah dengan mendatangi  mereka.

Ia bukanlah  "seorang asing”  yang sekedar  berjalan lewat di depan pintu rumah mereka.  Tapi IA mencari mereka. Ia mendatangi mereka. Ia masuk ke rumah mereka. Ia menemukan mereka. Ia mengulurkan tanganNya yang terluka pada mereka. Bahkan Ia menunjukkan rasa laparNya pada mereka dengan makan bersama mereka. Ia hadir dengan luka dan kerapuhan yang menandai tubuh-Nya. Dengan cara itu Ia menawarkan pertobatan.

Tawaran ini mengingatkan mereka pada kata-kata yang dituturkannya pada mereka ketika Ia masih bersama mereka, kata-kata yang telah menjadi janji dan membuat mereka rela meninggalkan segalanya dan mengikutiNya. Bertobat berarti kembali mengakui bahwa Tuhan Allah yang setia itu murah hati.

Pengakuan akan kemurahan hati Allah ini menjadi dasar bagi para murid untuk bertobat dan kembali ke dalam pelukan kasih Allah

Seperti yang Tuhan Allah lakukan di taman eden dengan mendatangi Adam dan Hawa yang mencurigai kebaikan Allah dengan makan buah pengetahuan yang dilarang dan hendak lari dari hadapanNya (Kej. 3:1-13) atau seperti figur Bapa dalam kisah anak yang hilang,  yang keluar dari  rumahnya dan berlari menyongsong dan memeluk anakNya yang pulang (Luk. 15: 11-32), demikian sekali lagi dalam peristiwa Paskah dengan luka-luka penderitaan Tuhan mendatangi para murid.

Dan dengan penuh pengertian dan maaf, Allah melalui Yesus Kristus meyakinkan para murid dan juga seluruh Gereja bahwa kita adalah milik kepunyaanNya.

Ia akan tetap merangkul kembali kita dengan kehangatan kasih seorang ibu yang tidak pernah berubah. Kasih sayang Allah yang sedemikian agung ini telah mengubah hidup para murid perdana.

Mereka bukan lagi komunitas para hamba yang ketakutan di ruang-ruang tertutup tetapi para sahabat yang dicintai dan sanggup bersaksi bagi dunia. Hidup mereka entah secara pribadi maupun secara bersama sebagai satu komunitas, menjadi kisah yang bersaksi tentang kesetiaan serta kemurahan hati Allah.

Karena itu  Sri Paus Benediktus ke XVI mengawali masa pontifikatnya dengan mengeluarkan ensiklik terkenal : Deus caritas est.

Pada kalimat pengantar ensikliknya antara lain beliau menulis, pada permulaan hidup kristiani bukanlah keputusan etis atau suatu gagasan besar, melainkan perjumpaan dengan suatu peristiwa, seorang pribadi yang memberi kepada hidup kita wawasan baru dan dengan demikian arah yang menentukan.”(DCE. 1)

Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit telah menjadi pengalaman yang memberi nyawa pada kepercayaan para murid tentang Allah yang setia. Mereka bertobat. Hidup mereka berubah. Kristianitas lahir dan bertumbuh dari kesaksian yang dimulai dari perjumpaan ini.

Kisah para murid adalah kisah Gereja dan kisah kita semua yang menerima mandat keramat dari Kristus Tuhan yang bangkit.

“Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (Luk.24:38). Biarlah hidup kita setiap hari menceritakan kemurahan hati Allah bagi dunia. Selamat hari minggu.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved