Berita Kabupaten Kupang
Sholat Ied di Lanudal Kupang, Imam Bicara Hakikat Lebaran
Umat sekitar Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) di Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang mengikuti sholat Ied saat Idul Fitri
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG- Ratusan umat sekitar Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) di Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang mengikuti pelaksanaan ibadah sholat Ied saat Idul Fitri 1445 Hijriyah, Rabu 10 April 2024.
Imam sekaligus khatib, Baktiar Leu menyebut, hakikat lebaran bukan perihal baju baru, interior rumah baru atau menu spesial.
"Hakikat lebaran bukan soal baju baru, interior rumah baru dan menu makan spesial. Tapi peningkatan kualitas iman," kata dia, seperti ditulis Kamis 11 April 2024.
Umar Bin Abdul Aziz juga menguatkan itu dalam firman-nya yang menyebut hari raya itu bukan orang dengan hal baru terapi lebih kepada aspek kualitas sebagai kesediaan di hari akhirat nanti.
Keterangan lain juga disampaikan Imam Hasan Al Basari. Ia menyebut setiap hari yang ketidak ada kedurhakan, maka itu disebut hari raya. Pada setiap hari itu juga seorang mukmin tetap berada dalam ketaatannya.
"Ini lah hakikat Idul Fitri. Kembali kepada kesucian, meraih kemenangan dengan prestasi fatwa hingga mempertahankan hingga di waktu yang akan datang," ujarnya.
Baginya, kemenangan harus terpancar dari setiap diri seseorang dan bukan pada sesuatu yang terletak dari diri seorang itu.
Baktiar Leu lalu menyentil hendaknya egoisme itu terbakar lewat suasana sholat Ied Idul Fitri saat fajar mulai menyingsing. Lunturnya itu kemudian tercermin kebahagiaan.
Baca juga: Komandan Lanudal Kupang Berkunjung ke Pos Kupang
Dua kebahagiaan yang itu, kata dia, bisa saja ada dua kemungkinan. Dugaan terhadap orang yang berbahagia karena dirinya sendiri meraih kemenangan. Sebaliknya ada pula yang berbahagia tapi sekedar merayakan kemenangan.
Sekalipun tidak dianjurkan untuk memulai orang lain. Namun, permenungan terhadap diri sendiri menjadi penting dilakukan pada momentum itu. Kepura-puraan itu sesuatu yang munafik.
Berkaca pada pandemi covid-19 lalu, ia menyebut kebesaran dari Allah SWT sangat tinggi. Sebab, ada banyak hal baik yang diperoleh selepas dari virus itu merebak. Hendaknya manusia tidak sombong pada Allah.
"Orang yang berbahagia adalah orang yang memanfaatkan detik-detik ramadhan untuk kebaikan atas dasar iman dan penuh harapan," ujarnya.
Dia mengingatkan agar semua kebaikan yang dilakukan pada bulan ramadhan terus dijalankan hingga waktu selanjutnya. Oleh karena itu, Idul Fitri bukan agenda terakhir tapi menjadi saat awal memulai kehidupan dan semangat baru.
Direktur STAI Kupang itu mengatakan, pada hari raya ini, menjadi titik temu antara umat manusia dengan Allah. Pengakuan atas segala dosa disampaikan ke hadapan sang pencipta bumi dan seisinya.
"Ada tiga kemenangan yang didapat umat yakni spiritual, kemenangan emosional, intelektual," kata dia.
Jiwa yang menang adalah, sebut dia, yang selalu membentengi diri dengan segala yang dilarang Allah. Kejujuran pun tergambar dalam segala aktivitas yang dilakukan selama berpuasa.
Krisis kejujuran hanya akan melahirkan keruntuhan. Hal ini telah diketemukan sejak zaman Firaun. Bulan puasa mengajarkan umat itu semua.
Baca juga: Kisah Komandan Lanudal Kupang, Lewati 5000 Jam Terbang, 10 Kali Nyawa Terancam Saat Jadi Pilot
"Gunakan harta itu untuk berbuat baik seperti Allah berbuat baik," sebutnya.
Dalam bulan puasa juga diajarkan mengenai kesabaran. Pesan itu pun telah disampaikan dalam Al-Qur'an. Seseorang emosional akan lupa dan tidak bersyukur atas semua yang didapat dari Allah.
Puasa membawa seseorang untuk tidak menggunakan hal terlarang. Puasa juga ditegaskan seorang dokter yang menyebut banyak orang terus sakit karena keresahan dan cemas yang berlebihan.
Kelumpuhan dari emosional itu merupakan titik dari manusia tergoda dengan sesuatu. Hasilnya ia akan terus resah dengan keadaan.
"Penyakit yang timbul karena timbul dari diri sendiri. Karena kecemasan. Inilah sains mengakui puasa dan mendirikan sanatorium menyembuhkan orang lewat puasa," kata dia.
Banyak orang yang mengukur kecerdasan intelektual dengan angka. Dalam Islam kecerdasan diukur antara kualitas dan kuantitas. Kecerdasan intelektual sebagai bagian yang perlu diraih dalam bulan puasa ini. (fan)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.