Opini

Romo Magnis dan Kotbah Paskah di Mahkamah Konstitusi

Romo Magnis lahir tahun 1936 dari keluarga bangsawan di Eckersdorf, Niederschlesien. Ia menjalani masa kecil, pendidikan dasar dan menengah di sana.

Editor: Agustinus Sape
YOUTUBE/KOMPAS TV
Romo Franz Magnis-Suseno saat tampil sebagai saksi ahli bidang etika dalam sidang lanjutan perkara sengketa Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa (2/4/2024). 

Saya terus mengikuti kisah hidup Romo Magnis sejak masuk Jesuit tahun 1955, kuliah Teologi dan Filsafat di Pullach, München (keduanya di Jerman) dan Kentungan Jogyakarta. Tahun 1961 Frans ke Indonesia, studi lanjut teologi dan filsafat, belajar bahasa, budaya, etika Jawa dan bahasa Indonesia hingga tahbisan imam oleh Mgr. Justinus Darmojuwono tanggal 31 Juli 1967.

Sudah enam dasawarsa Romo Magnis tinggal di Indonesia. Selama itu pula beliau menjadi tokoh, saksi dan pelaku sejarah perkembangan peradaban sosial, politik dan kebudayaan Indonesia. Dia mengajar di UI, Driyarkara, Universitas Katolik Parahyangan dan berbicara di forum-forum intelektual.

Beliau menulis dan merefleksikan dinamika peradaban Indonesia melalui opini, jurnal, buku-buku berbahasa Indonesia dan asing. Ketika di Swiss, saya sempat membaca beberapa resensi bukunya: 1. Garuda im Aufwind: Das moderne Indonesien. 2. Javanische Weisheit und Ethik: Studien zu einer östlichen Moral. 3. Christlicher Glaube und Islam in Indonesien: Erfahrungen und Reflexionen zu Mission und Dialog.

Romo Magnis mengikuti dinamika politik sejak rezim orde lama, orde baru, orde reformasi dan "orde reformasi mental“. Dia mengalami kepemimpinan semua presiden Indonesia: Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, Jokowi dan presiden terpilih Prabowo Subianto.

Saya kira Romo Magnis memahami karakter dan ide-ide revolusioner mereka. Soekarno pernah menggagas gerakan revolusi mental tahun 1957. Tahun 2014 Jokowi kembali menggaungkannya. Mereka mendorong perbaikan mentalitas.

Revolusi mental bergandengan dengan etika yang berfokus pada norma, perilaku dan adat istiadat manusia. Setiap presiden ingin menciptakan revolusi. "Revolusi adalah lokomotif sejarah“, kata Karl Marx.

Romo Magnis Suseno menerima penghargaan dalam dan luar negeri. Tanpa mengabaikan penghargaan pemerintah Indonesia, saya menyebut dua penghargaan internasional. Pertama, doktor Honoris Causa bidang Teologi dari Universitas Luzern Swiss tahun 2002. Saya sempat membaca alasan penganugerahan gelar itu saat pertemuan pastoral di Universitas Luzern.

"Durch seine wegweisenden Arbeiten zur javanischen Ethik, zur indonesischer Kultur und Politik sowie zum christlich-muslimischen Dialog hat er den Augenmerk auf im Westen wenig vertraute Formen eines südostasiatischen Islam gelenkt. Als philosophischer Forscher und Lehrer, Intellektueller und Jesuit hat er sich immer wieder öffentlich für soziale und internationale Gerechtigkeit, für Respekt gegenüber Minoritäten sowie für interreligiöse und interkulturelle Verständigung stark gemacht. Sein wissenschaftliches Werk sowie sein universitäres, gesellschaftliches und kirchliches Engagement erweisen ihn als Brückenbauer zwischen Religionen und Kulturen und als Missionar des Menschenwürde“.

"Melalui karya-karya inovatifnya tentang etika Jawa, budaya dan politik Indonesia, serta dialog Kristen-Muslim, ia telah menarik perhatian dunia barat tentang model kehidupan muslim di Asia Tenggara.

Sebagai peneliti dan dosen filsafat, intelektual dan imam Jesuit ia berulang kali secara terbuka memperjuangkan keadilan sosial dan internasional, penghormatan kelompok minoritas, saling memahami antaragama dan budaya.

Karya ilmiah serta komitmen akademisnya memperhatikan situasi sosial dan gerejani membuktikan bahwa dia adalah seorang pembangun jembatan antara agama dan budaya sekaligus seorang misionaris martabat manusia“.

Kedua, Romo Magnis juga menerima penghargaan Matteo Ricci dari departemen politik Universitas Katolik Milan Italia tanggal 21 November 2016. "Matteo Ricci Preis würdigt Personen, die sich durch Brückenschläge über kulturelle und intellektuelle Trennungen zum Wohl der Menschheit ausgezeichnet haben. Artinya penghargaan Matteo Ricci diberikan kepada mereka yang berkomitmen menjembatani kesenjangan budaya dan intelektual demi kepentingan umat manusia“. Penghargaan-penghargaan ini membuktikan bahwa karya-karya Romo Magnis sangat berpengaruh. Tidak hanya dalam negeri, tapi juga pada level internasional.

Kotbah Paskah di Mahkamah Konstitusi

Sejak tanggal 2 April lalu nama Romo Magnis menjadi perbincangan publik. Berawal dari kehadirannya sebagai saksi ahli Mahkamah Konstitusi. Dia diminta berbicara tentang etika karena dia ahli etika. Dia memahami etika Jawa, etika kristiani, etika sosial, etika hukum dan etika hidup bernegara. Dia tampil sederhana, maju dengan tenang dan memberikan kesaksian ketika umat kristiani baru saja merayakan Paskah.

Hemat saya beliau berbicara tenang dan apa adanya. Dia "meminta izin“ untuk memberikan tujuh catatan tentang etika di depan Mahkamah Konstitusi. Kesaksian Romo Magnis menghadirkan pro dan kontra. Ada simpati, pujian dan apresiasi. Termasuk dari sama saudara beragama lain. Tak sedikit yang antipati dan maki nista. Termasuk orang-orang Katolik sendiri.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved