Berita Lembata
Warga Waiwejak Lembata Menangis karena Air Bersih Sudah Masuk Kampung
Selama bertahun-tahun atau setidaknya sejak Indonesia merdeka, warga kampung Waiwejak, desa Nubahaeraka harus menempuh jarak 1,7 kilometer
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi Orang Waiwejak selain melihat air bersih keluar dari saluran pipa di halaman rumah mereka.
Kerinduan untuk mengakses air bersih dengan mudah seolah terjawab saat acara pembukaan kran air di depan Kantor Desa Nubahaeraka, Kampung Waiwejak, Kecamatan Atadei, Senin, 25 Maret 2024 silam.
Pada hari itu, setelah digelar ritual adat, pemerintah desa dan warga Waiwejak mendaulat Penjabat Bupati Lembata Matheos Tan membuka kran air di tengah kampung untuk pertama kali. Air deras keluar dari kran disambut tepuk tangan meriah dan air mata bahagia. Mereka sudah lama merindukan peristiwa ini dan kerinduan itu dibayar tuntas.
“Dari dulu, sejak kita punya nenek moyang, air belum masuk ke sini,” ujar Kepala Desa Nubahaeraka Vinsensius Nuba ditemui di rumahnya, Senin, 1 April 2024. Vinsensius masih bersemangat bercerita tentang upaya mereka menyalurkan air bersih sampai di dalam kampung.
Selama bertahun-tahun atau setidaknya sejak Indonesia merdeka, warga kampung Waiwejak, desa Nubahaeraka harus menempuh jarak 1,7 kilometer untuk bisa sampai di dua mata air; Wai Wuw dan Wai Kerata. Dua lokasi mata air ini berada di lembah.
Sementara kampung Waiwejak berada di ketinggian. Pemerintah sudah membuka jalan rabat semen untuk bisa sampai ke sana dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Jalannya cukup terjal. Selain menampung air hujan, dua mata air ini sering dimanfaatkan untuk semua kebutuhan rumah tangga warga.
Mobil tangki juga sering mengambil air di Wai Kerata kemudian dijual kepada masyarakat. Warga Waiwejak perlu merogoh uang lebih untuk bisa membeli air yang diangkut mobil tangki. Rp 25 ribu per drum berukuran 200 liter. Sementara untuk kebutuhan rumah tangga; mandi, cuci, kakus, warga biasa membeli lebih dari satu drum.
Vinsensius mengatakan usaha untuk mengalirkan air ke kampung sudah dilakukan sejak tahun 1992 memakai sistem hidram. Pada tahun 2018 ada juga proyek serupa dengan memakai panel surya. Sayangnya, kedua upaya itu pun gagal.
Barulah pada Agustus 2023, Pemerintah Kabupaten Lembata menganggarkan Rp 1,6 miliar untuk mengalirkan air dari mata air Wai Wuw sampai ke kampung. Pemerintah menunjuk CV Ago Lewo untuk menuntaskan masalah akses air bersih ini. Dengan anggaran ini, CV Ago Lewo mendirikan tiga reservoar dan berhasil mengalirkan air bersih dari mata air ke pemukiman warga.
Baca juga: Sebanyak 600 Mahasiswa dari Jakarta Magang di Lembata Disebarkan di 30 Desa
“Saya juga sudah cukup lega karena program air bersih ini ada di dalam visi misi saya sewaktu maju sebagai kepala desa,” ungkap Vinsensius sembari berterima kasih kepada CV Ago Lewo yang telah menuntaskan pekerjaan tersebut.
Selanjutnya, tugas Vinsensius sebagai kepala desa belum usai. Dia perlu memanfaatkan dana desa untuk mengalirkan air ke dusun Lewokuran, dusun terjauh di Nubahaeraka dan menyambung pipa sambungan rumah (SR) ke rumah-rumah warga. Dia akan menyiapkan anggaran sebesar Rp 800 juta untuk sambungan pipa ke rumah warga. Untuk sementara, air dari reservoar dialirkan ke bak penampung yang ada di dekat kantor desa. Warga tinggal mengambil air di bak penampung ini. Tidak perlu jauh-jauh ke mata air lagi. Debitnya cukup besar, kata Vinsensius, 15 liter per detik.
“Kami akan bentuk panitia untuk mengelola air ini sehingga ada pemasukan untuk PADes. Rencana jangka panjangnya air ini dikelola oleh Bumdes Ina Kerata,” urainya.
Akses air bersih yang mudah ini menurutnya bisa mendorong produktivitas pertanian dan perkebunan warga Waiwejak. Dia akan mendorong warga menanam sayur, lombok, tomat di pekarangan rumah untuk kemandirian pangan. Selain itu, di dalam benak, dia ingin warga bisa memanfaatkan akses air bersih ini untuk membuka kebun-kebun pertanian baru yang produktif.
Sedangkan, pemerintah desa berencana membuat kolam air panas dan pemandian umum di mata air Wai Kerata. Ini juga untuk mendorong pendapatan desa di sektor wisata. Selama ini juga, pemerintah desa sudah memungut retribusi untuk setiap mobil tangki yang mengisi air di Wai Kerata. Mata air ini sampai sekarang masih dimanfaatkan oleh warga untuk mandi dan mencuci pakaian.
Karang Taruna Gandeng Pemdes Laranwutun - Lembata Gelar Festival Budaya |
![]() |
---|
Konsolnas Refleksi Peran Perempuan Pengawas Pemilu, Wujudkan Dengan Inklusif dan Demokratis |
![]() |
---|
KPU Lembata Raih Penghargaan Terbaik Nasional Pengelolaan Pendaftaran dan Pencalonan Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Sjamsul Hadi Dinilai Mampu Menggerakkan Program Kesadaran Berbudaya Lokal di NTT |
![]() |
---|
Petani Salak di Desa Meluwiting, Kembali Tanam 2000 Anakan Salak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.