Parodi Situasi
Parodi: Salam Larantuka
Larantuka lagi bahagia, mendapatkan kembali sejati dirinya setahun sekali dalam tradisi dan devosi Samana Santa.
Oleh Matia Matildis Banda
POS-KUPANG.COM - Larantuka sedang tersenyum saat ini. Karena anak cucu lagi terkenang padanya. Karena anak cucu ada banyak yang pulang menemuinya.
Karena sahabat kenalannya pada datang padanya. Larantuka lagi bahagia, mendapatkan kembali sejati dirinya setahun sekali dalam tradisi dan devosi Samana Santa.
"Jadi engko juga pulang?" "Setahun sekali pas Samana Santa. Setelah itu pergi lagi merantau jauh di tanah orang. Jatuh bangun, susah senang, suka cita, duka bahagia di tanah orang agar bisa pulang lagi ke
dalam pelukan Larantuka dalam Samana Santa," jawab Benza dengan wajah cerah.
"Itu Jaki, pulang juga?" "Di samping Jaki itu siapa? Nona Mia? Aduh, datang doa pake rok ketat dengan lipstick merah menyalah. Baju baru, celana baru, sepatu baru, lipstik baru juga e," tanya Rara.
"Hei, urus engko punya urusan. Siap batin untuk khusuk dalam doa-doa sepanjang minggu ini. Jangan repot urusan orang lain. Hei hei engko punya dosa tambah banyak nanti. Kita datang untuk ikuti semua acara mulai hari ini. Konsentrasi ke dalam jangan engko konsentrasi keluar. Nanti doa doamu melayang jauh entah kemana dan tidak pernah singgah di mana pun."
"Mama Bunda pasti jemput saya punya doa," jawab Rara dengan yakin bukan main.
"Sekarang mari kita dua pesiar keliling kota, singgah di Gereja Tua Ma, Tua Ana, terus kita teputar lagi dan nongkrong di pantai Waibalun, sambil mengenang masa lalu."
"Ayoh, mari kita duduk menikmati pantai sambil diskusi tentang Samana Santa." "Aduh, lihat itu Nona Mia mulut komat kamit dengan bibir merah menyala, kira-kira dia doa minta apa? Minta jodoh mungkin e," Rara tertawa. "Hei, Samana Santa itu artinya apa? Lupa."
"Hei datang Samana Santa itu dengan penuh berkat, siap lahir batin, fokus pada doa-doa dan harapan, bukannya komentari penampilan orang. Dengar baik-baik ya," kata Benza dengan sabar.
"Semana Santa berawal sekitar 300 sampai 500 tahun lalu kalau tidak salah. Lama, sangat lama sebelum Portugis datang menyebarkan agama Katolik. Menurut berbagai informasi yang saya baca, awal mulanya seorang pemuda dari suku Resiona kalau tidak salah, yang pertama bertemu dengan sosok ratu yang selanjutnya ditemukan dalam bentuk patung Tua Ma sekarang ini. Selanjutnya Raja Larantuka dibabtis dan sekitar tahun 1650-an putra raja memulai pengarakan patung Tua Ma sampai saat ini. Selanjutnya diikuti dengan berbagai devosi serta liturgi yang ditata lebih baik dari waktu ke waktu. Jadi sudah sekitar tiga ratus tujuh puluhan tahun pengarakan patung Tua Ma dirayakan," kata Benza.
"Tentu kita mesti baca dengan baik sejarah Samana Santa ini." "Hei, lihat itu Nona Mia bibir merah masih komat kamit berdoa," Rara tidak perhatian.
"Hei," Nona Mia menepuk bahu Rara dari belakang. "Bicara apa? Saya komat kamit dimana? Bibir merah menyala kenapa?" "Itu sana?" Rara terkejut. "Saya kira Jaki sama Nona Mia."
"Makanya Rara. Datang sini itu datang untuk ikuti prosesi Samana Santa dengan khusuk. Datang dalam doa-doa dalam syukur. Kalau datang untuk jalan-jalan saja, wisata biasa saja, silahkan! Tidak ada seorang pun yang melarang. Yang penting, hormati Samana Santa itu dengan segenap pikiran dan hatimu. Mau bagaimana pun penampilan orang lain, hargailah itu."
"Oh, begitu kah?" Rara menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Jadi bagaimana?" Jaki menepuk bahu Rara.
"Mari sudah kita pergi untuk berdoa," ajak Nona Mia. "Salam bahagia untuk Larantuka," keempat sekawan bergabung dengan para umat lainnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.