Breaking News

Pengungsi Rohingya

Pengungsi Rohingya Terus Berdatangan ke Aceh, Sampai Kapan Aceh Menampung Mereka?

Saiful, salah seorang nelayan tradisional di Aceh Barat, bersama nelayan lain menemukan para pengungsi itu berada di sebuah kapal yang terbalik.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS
Pengungsi Rohingya di lokasi penampungan sementara pengungsi di gedung bekas kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh Barat, Jumat (22/3/2024). Sebanyak 75 pengungsi Rohingya dievakuasi setelah kapal mereka terbalik. 

Dua teman Samira hilang ditelan gelombang. Sempat pasrah jika harus mati di laut Indonesia, tetapi dia beruntung diselamatkan oleh kapal Basarnas Banda Aceh.

”Mimpi saya ingin ke Malaysia bertemu saudara di sana,” kata Samira dalam bahasa Inggris.

Salem (34), pengungsi Rohingya yang juga berada di kapal itu, mengatakan, saat berlayar dari Bangladesh, mereka berjumlah sekitar 150 orang. Namun, menurut versi UNHCR, jumlah pengungsi di kapal itu 142 orang.

Salem mengatakan, sebagian pengungsi meninggal di kapal dan dilarung ke laut. Pengungsi meninggal saat sudah berada di perairan Indonesia.

Baca juga: Kapal  Pengungsi Rohingya Tenggelam di Aceh Barat, 69 Orang Diselamatkan Tim Gabungan Indonesia

Informasi yang dihimpun Kompas, kapal itu dituntun oleh beberapa orang lokal. Bahkan, ada yang menyebut kapten kapal merupakan warga Aceh. Namun, saat Kompas mengonfirmasi kepada Kepala Kepolisian Resor Aceh Barat Ajun Komisaris Besar Andi Kirana, polisi belum bersedia memberikan keterangan.

Asisten I Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Teuku Samsul Alam menyebutkan, pengungsi Rohingya sebagai tamu yang tidak diundang. Meski kehadiran mereka tidak diinginkan, pemkab tetap memberikan pertolongan.

Menurut Samsul, sebagai sesama manusia dan umat beragama, pengungsi Rohingya merupakan saudara yang harus dibantu. Apalagi, kondisi mereka tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Samsul meminta warganya agar tidak menolak keberadaan Rohingya. ”Kita upayakan mereka tidak akan lama di sini. Jadi, jangan ada penolakan, kecuali ada hal-hal yang tidak bisa dimaklumi,” ujar Samsul.

Negara ketiga

Anggota Staf UNHCR Indonesia, Faisal Rahman, menuturkan, pihaknya baru tahu ada kapal Rohingya di perairan Indonesia setelah kapal tenggelam. Saat kapal keluar secara diam-diam dari laut Bangladesh tidak ada yang mendeteksi.

Faisal menuturkan, pihaknya baru bisa menangani pengungsi setelah ada izin pendaratan dari pemerintah setempat dan penentuan lokasi penampungan oleh pemerintah.

Faisal menambahkan, Informasi yang dia dapatkan dari pengungsi yang selamat, jumlah pengungsi di dalam kapal itu sebanyak 142 orang. Namun, yang berhasil diselamatkan 75 orang.

”Sisanya masih hilang, saya tidak berani memastikan mereka yang hilang sudah menjadi korban (meninggal) atau tidak. Yang jelas mereka masih hilang,” kata Faisal.

Setelah tiba di daratan, semua kebutuhan pengungsi menjadi tanggung jawab UNHCR.

”Selama ini tidak ada alokasi khusus dari APBD untuk pengungsi. Jika ada bantuan dari pemda, hanya pada masa darurat saja,” kata Faisal.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved