Parodi Situasi

Parodi: Tukar Tangkap Caleg

“Buat apa omong teladan? Terlalu tinggi kata-kata itu. Tidak mungkin Rara Jaki bisa mengerti. Yang ada di kepala Rara itu apa pentingnya kekuasaan"

Editor: Dion DB Putra
KOMPAS.COM
Ilustrasi. 

Oleh Maria Matildis Banda

POS-KUPANG.COM - Isu tukar tangkap hasil pileg beberapa waktu lalu sangat inspiratif bagi beberapa caleg di daerah pilihan keempat sahabat.

Siapa yang tidak mau? Soal siapa yang pantas atau siapa yang tidak pantas? Apa peduli? Soal siapa yang berhak siapa yang tidak berhak? Apa urusanmu. Kira-kira demikianlah akhirnya.

***

“Bukankah mereka dua orang itu satu dapil satu partai satu visi misi?”

“Justru itu!”

“Justru itu bagaimana? Yang lolos Jaki yang suara lebih banyak Jaki. Kenapa bisa Jaki tarik diri dan serahkan posisinya untuk Rara? Kenapa bisa?” tanya Nona Mia terheran-heran mencermati apa yang terjadi antara Jaki dan Rara.

“Tidak usah heran, Nona Mia,” jawab Benza. “Biasa sajalah. Itu urusan Jaki Rara bukan urusan kita. Lagi pula apakah kamu pikir si Jaki Rara teman kita ini pendengar yang baik?

Apapun yang kita bahas pasti dapat ditangkis dengan enteng. Keduanya tidak mungkin peduli.”

“Teladan apa nih?” Nona Mia mendengus kesal.

“Buat apa omong teladan? Terlalu tinggi kata-kata itu. Tidak mungkin Rara Jaki bisa mengerti. Yang ada di kepala Rara itu apa pentingnya bagi kekuasaan yang akan dia pegang.

Yang penting bagi Jaki itu adalah kuasa yang dia miliki. Peduli amat kuasa itu datang dari mana. Jadi kalau omong teladan, tiada gunanya.”

“Kenapa?” tanya Nona Mia marah.

“Jaki Rara tidak akan mengerti!” jawab Benza dengan santai saja.

***

“Tidak mengerti soal apa?” Jaki yang baru datang langsung sambung dengan wajah masam.

“Soal tukar posisi,” jawab Benza. “Bagaimana mungkin kamu berdua tukar tempat begitu. Yang dapat suara Jaki harusnya ya Jaki yang dapat kursi. Bagaimana mungkin? Apakah kamu tidak malu sama masyarakat pemilih?”

“Suka-suka sayalah,” jawab Jaki dan Rara hampir bersamaan. “Orang lain bisa kenapa kami tidak bisa? Orang lain aman-aman saja kenapa kami berdua dipersoalkan?”

“Tetap tidak bisa!” sambar Nona Mia.

“Kenapa tidak bisa?” jawab Rara dengan ketusnya. “Itu urusan saya dengan Jaki, perjanjian saya dengan Jaki. Kamu yang lain diam sajalah! Urus dirimu sendiri,” Rara membentak mengejutkan Nona Mia, Benza, Jaki, bahkan dirinya sendiri.

Keempatnya terdiam serentak.

***

Nona Mia dan Benza masih berharap dengan sungguh-sungguh agar tukar tangkap yang dilakukan Jaki terhadap Rara dan sebaliknya hanyalah isapan jempol belaka.

Tidak serius, tidak benar-benar terjadi. Keduanya merasa malu dan tidak tahu bagaimana caranya meyakinkan kedua sabahat baiknya itu agar tidak tukar tangkap. Akan tetapi Jaki dan Rara justru biasa-biasa saja.

“Ayoh, teman mari kita pergi,” ajak Jaki.
“Ayoh,” jawab Rara.

“Berhadapan dengan Nona Mia dan Benza hanya membuat kita berdua sakit kepala. Apakah keduanya tidak tahu bahwa sebenarnya kita berdua juga hanya ikut-ikutan fenomena yang belum jadi kenyataan. Lagi pula, bukankah tukar tangkap dalam politik itu adalah hal yang biasa-biasa saja.”

“Apakah kamu tidak risau?” tanya Nona Mia dengan nada tinggi.

***

“Risau untuk apa dan untuk siapa?” tanya Jaki.

“Kenapa kamu jadi galau begitu?” tanya Rara. “Ayoh, cabut Jaki.” Kedua laki-laki itu langsung melenggang pergi meninggalkan Nona Mia dan Benza terpana tidak tahu mesti buat apa.

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved