Paskah 2024

Surat Gembala Paskah 2024, Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat Tekankan Ekologis

dunia tempat kita hidup ini sedang berada di titik nadir yang krusial. Krisis ekologi yang parah telah menjadi krisis kemanusiaan yang dahsyat. 

Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat, Pr 

Kerusakan lingkungan yang parah terjadi di hutan, lahan pertanian, terumbu karang, pantai dan lapisan ozon di udara. Yang paling mencemaskan adalah krisis pemanasan global yang telah terasa dalam perubahan cuaca yang ekstrim. Kenaikan suhu 1,5 derajat celcius yang berkembang tidak terkendali dapat berakibat fatal bagi bumi dan manusia yang menghuninya.

Karena itu, kata Uskup Siprianus, dilatarbelakangi oleh situasi krisis ekologis ini, maka Keuskupan Ruteng dalam tahun ke-9 implementasi Sinode III mencanangkan tahun Ekologi Integral 2024. Diinspirasi oleh spirit omnia in caritate, kita ingin mewujudkan kasih Allah yang meresapi kemanusiaan sekaligus merangkul seluruh alam ciptaan. 

Seturut ajaran rasul Paulus, kita yakin bahwa juga alam semesta tidak lepas dari karya penebusan Tuhan. Daya kekuatan penebusan Kristus sedang bekerja untuk mewujudkan ciptaan baru. 

Uskup Siprianus juga menerangkan, motto gerakan pastoral lingkungan hidup kita tahun 2024 ini adalah HPS (harmonis, pedagogis, dan sejahtera). 

Keharmonisan relasi manusia dengan seluruh alam ciptaan yang pada awal mulanya "baik adanya" (Kej 1) telah dirusak oleh keserakahan manusia. Alam tidak lagi dilihat sebagai sesama ciptaan, sebagai subjek yang memiliki harkat dan nilai dalam dirinya sendiri. 

Sebaliknya alam hanya menjadi objek eksploitasi. Alam digunakan dan dikeruk sehabis-habisnya demi memenuhi kebutuhan manusia yang serakah dan tak pernah habis-habisnya.

Baca juga: BREAKING NEWS: Warga Temukan Mayat di Dampek Manggarai Timur, Diduga Terseret Gelombang Laut

Cara pandang antroposentris dan paradigma teknokratis yang memanipulasi dan menghisap alam ini yang menurut Paus Fransiskus sebagai sumber malapetaka ekologis. Manusia adalah penyebab utama kerusakan alam (LS2; LD11).

Karena itu, menurutnya, gerakan ekologi menuntut pertama-tama perubahan pola pikir (mindset). Kita harus beralih dari pola pikir antroposentris dan teknokratis ke pola pikir integral dan harmonis yang melihat alam semesta, manusia dan Sang Pencipta berada dalam jejaring yang saling berhubungan dan membentuk sebuah keluarga universal. 

Kita menghendaki persekutuan dan persaudaraan semua makhluk sejagat, agar bukan hanya manusia, tetapi juga "biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai" untuk memuliakan Sang Khalik (Mzm 96:11).

"Perubahan mindset ini membutuhkan pedagogi ekologis. Oleh karena itu dalam tahun 2024 ini kita ingin menggalakkan katekese umat ekologis, kotbah ekologis, ibadat dan doa ekologis serta penggunaan sarana digital untuk pewartaan ekologis. Pelbagai edukasi dan penguatan spiritualitas ekologis ini kiranya dapat menggugah dan membentuk kesadaran ekologi integral-harmoni dalam diri umat,"ujarnya.

Lanjut Uskup Siprianus, lebih dari perubahan pola pikir, gerakan ekologi integral menuntut pertobatan dan perubahan gaya hidup. Kita perlu mengubah gaya hidup kita yang selama ini konsumtif dan hedonis menjadi gaya hidup yang ramah terhadap lingkungan. Hal ini dimulai dari pola konsumsi yang hemat, peretasan kebiasaan merokok dan minuman keras serta pembiasaan konsumsi pangan lokal. 

Selain itu sedang melakukan program pastoral bersama untuk menjaga lingkungan yang bersih dan sehat, mengatur dan mengelola sampah secara tepat, serta melakukan gerakan penghijauan mata air, lahan kering dan tandus. 

Pihaknya juga ingin serius menggalakkan gerakan penghematan air dan energi dalam kehidupan rumah tangga, listrik dan bahan bakar dalam keseharian kita. 

Uskup Siprianus juga menerangkan pastoral ekologi yang dijalankan tahun ini bertujuan untuk mendukung kesejahteraan ekonomi dan kebahagiaan hidup umat. Pihaknya ingin mengembangkan ekonomi ekologis.

Hal ini terungkap dalam program-program paroki di bidang pertanian organik hortikultura dan buah-buahan, penanaman kayu bernilai ekonomi di lahan paroki dan tanaman hias di taman Gereja dan pastoran, serta gerakan "pohon sakramen". 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved