Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Kamis 14 Maret 2024, Ada Apa Dengan Yudas?

Yudas memakai kebebasannya untuk melawan Yesus, tetapi Allah berkenan memakainya untuk menggenapkan kehendakNya.

Editor: Oby Lewanmeru
zoom-inlihat foto Renungan Harian Kristen Kamis 14 Maret 2024, Ada Apa Dengan Yudas?
WordPress.com
Kisah Yudas, Renungan Harian Kristen Kamis 14 Maret 2024

POS-KUPANG.COM,KUPANG - Renungan Harian Kristen Kamis 14 Maret 2024, Ada Apa Dengan Yudas? merujuk pada Kitab Yohanes 13:1-3; 21-30.

Artikel ini dikutip dari buku Renungan Harian Suluh Injil, Ratapan dan Pengharapan yang diterbitkan Gereja Masehi Injili di Timor ( GMIT ).

POS-KUPANG.COM telah mendapat izin dari anggota Tim Penyusun Renungan Harian Suluh Injil edisi Maret 2024. 

Simak selengkapnya Renungan Harian Kristen berikut ini:

Materi Pendalaman Alkitab Bagaimana mungkin seorang yang bergaul karib selama tiga tahun lebih, berubah menjadi pengkhianat? Apa sebenarnya yang terjadi dengan Yudas?

Ada daftar pertanyaan panjang tentang hal ini, termasuk mengapa Yesus sudah tahu siapa Yudas tetapi tetap memilih dia menjadi murid? Jika kita memahami dari sudut pandang doktrin predestinasi, maka kita segera memahami bahwa peristiwa Yesus merupakan kehendak Allah Bapa, sebagaimana Yesus sendiri selalu ungkapkan.

Peristiwa Yesus merupakan ketetapan kekal dari Allah sendiri. Demikian juga Yudas. Allah juga telah menetapkan orang-orang yang akan binasa, yaitu mereka yang kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Rabu 13 Maret 2024, Ketulusan Hati

Dalam kedaulatan Tuhan, kehendak Yudas yang paling jahat terhadapa Yesus pun dapat dipakai Allah Bapa untuk menggenapkan rencana kekalNya bagi manusia. Ini tidak berarti Yudas berjasa dalam menggenapkan rencana kekal Allah.

Untuk memahami hal ini, hendaknya kita memperhatikan informasi Alkitab tentang Yudas Iskariot.

Yudas memutuskan menjual Yesus dalam kebebasan, tanpa paksaan siapa pun dan ia sadar sepenuhnya. Inilah yang terjadi pada Yudas.

Sejak permulaan penciptaan, Tuhan Allah sudah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih. Manusia tidak bisa berkata “tidak ada pilihan” ketika berhadapan dengan situasi sulit.

Bahkan jika para pemimpin agama memaksa Yudas dan mengancam pun, Yudas memiliki kebebasan untuk memilih.

Kehendak Allah atas manusia dan dunia sudah ditetapkan sejak kekekalan, karena itu perbuatan Yudas memakai kebebasan, kita pahami sebagai perbuatan yang menggenapkan kehendak Allah.

Yudas memakai kebebasannya untuk melawan Yesus, tetapi Allah berkenan memakainya untuk menggenapkan kehendakNya.

Sebagaimana pernah terjadi atas Yusuf dan anak-anak Yakub lainnya, “Memang kamu telah merencanakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah merencanakannya demi kebaikan, untuk mewujudkan apa yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup banyak orang” (Kejadian 50:20, TB2).

Lalu bagaimana kita memakai kebebasan yang Tuhan izinkan: apakah kita akan memakainya untuk menjalankan kehendak Tuhan ataukah melawan Dia?

Di dalam bacaan ini, Tuhan Yesus berkata kepada Yudas, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera” (27).

Perkataan ini sangat keras, seakan Yesus “menyuruh” Yudas untuk lakukanlah kejahatan yang dirancang di hati Yudas.

Mestinya kita menginginkan Yesus berkata “perbuatlah kehendak Allah dengan segera?” Yang ideal ialah kita memakai kebebasan kita untuk melakukan kehendak Allah.

Celakalah kita jika Tuhan berkata kepada kita, “lakukanlah apa yang engkau mau”, ketika kemauan kita ialah melawan kehendak Tuhan. Yesus mengingatkan kita untuk berhati-hati dengan kebebasan kita.

Seorang teolog Kristen, C. S. Lewis merumuskan dalam kalimat berikut, ““I was not born to be free—I was born to adore and obey God.” Kita tidak dilahirkan untuk hidup bebas – kita dilahirkan untuk menyembah dan menaati Allah.

Bacaan ini mengingatkan juga peran iblis dalam perbuatan Yudas. Sejak penciptaan, kita semua sudah tahu bahwa iblis adalah pendusta.

Iblis memusuhi Allah dan berusaha menarik semua manusia untuk mengikutinya, tidak percaya kepada Allah, selalu mencurigai Allah.

Inilah yang juga terjadi pada Yudas. Iblis pasti mengetahui kelemahan Yudas yang cinta uang dan kebiasaannya mencuri uang kas (lih. Yoh 12:6).

Iblis merasuki pikiran Yudas dan dalam pengaruh kuasa jahat, Yudas pun relamenjual Tuhan Yesus kepada para pemimpin Yahudi (Mat 27:3).

Berdasarkan apa yang terjadi pada Yudas, marilah kita memahami dan sadar bahwa Iblis selalu memonitor kehidupan kita setiap saat.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Selasa 12 Maret 2024,  AKU Layak Dipercaya

Dan ia tahu saat terbaik untuk menipu pikiran kita terhadap Allah. Dan kita tahu bahwa di sepanjang sejarah dunia, iblis sudah menikmati banyak keberhasilan dari aksi tipu dayanya. Sudah banyak orang jatuh dan gagal setia kepada Tuhan.

Tuhan Yesus sudah menegaskan siapa Dia di hadapan iblis, Yesus sudah mengalahkan kuasa tipu daya iblis (lih, Mt 4:1-11).

Marilah kita sadarkan diri dan selalu waspada terhadap pikiran sendiri dan menjaga pola perilaku yang sesuai kehendak Allah.

Sebab iblis pun selalu mengamati dan mempelajari pola perilaku kita, ia menunggu saat yang tepat untuk masuk ke dalam pikiran kita.

Jangan membiarkan diri kita gagal mematuhi kehendak Allah dan dijatuhkan iblis. Lawanlah dia, bukan dengan kekuatan diri kita, melainkan dengan menyerahkan pikiran kita setiap saat untuk dipimpin oleh Roh Kudus. Amin! (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved