Berita Lembata

BMKG Usulkan Pemda Bangun Tugu Peringatan Tsunami Waiteba 1979 Di Lembata

Tsunami Waiteba yang terjadi pada pukul 01.00 Wita pada itu menelan 539 korban jiwa dan 700 korban hilang.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/Ricko Wawo
Seismolog BMKG Divisi Mitigasi Gempa dan Tsunami, Admiral Musa Julius memaparkan tentang gempa bumi dan tsunami di Indonesia saat berjumpa dengan awak media di Kantor BPBD Kabupaten Lembata, Jumat, 8 Maret 2024. 

Laporan Reporter Tribun Flores.Com, Ricko Wawo

TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA- Tsunami Waiteba di Kecamatan Atadei yang terjadi pada 18 Juli 1979 merupakan salah satu bencana di Lembata dengan korban jiwa paling banyak sampai saat ini.

Tsunami Waiteba yang terjadi pada pukul 01.00 Wita pada itu menelan 539 korban jiwa dan 700 korban hilang.

Selain korban jiwa, peristiwa ini menyebabkan migrasi besar-besaran warga yang bermukim di pantai selatan menuju ke utara Lembata. 

Bencana dahsyat ini masih membekas di dalam ingatan kolektif masyarakat Lembata. Divisi Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG memulai penelitian tsunami Waiteba. 

Mereka juga mengusulkan supaya pemerintah daerah Kabupaten Lembata mendirikan tugu peringatan Tsunami Waiteba sebagai monumen yang mengingatkan generasi Lembata akan bencana besar tersebut. 

Usulan ini disampaikan oleh Seismolog BMKG Divisi Mitigasi Gempa dan Tsunami, Admiral Musa Julius saat bersua dengan awak media di Kantor BPBD Kabupaten Lembata, Jumat, 8 Maret 2024.

Julius menyampaikan penelitian Tsunami Waiteba yang dilakukan BMKG merupakan upaya untuk menambah literasi dan referensi tentang bencana tersebut. 

Baca juga: BMKG Mulai Survei Tsunami Waiteba di Lembata

Baca juga: Gempa Terkini Guncang Sumba Timur NTT, Tidak Berpotensi Tsunami

Dia menyebutkan Tsunami Waiteba merupakan tsunami yang unik karena disebabkan oleh longsoran tanah dari Gunung Ile Werung, bukan disebabkan Gempa tektonik. 

Di hadapan para jurnalis, Julius membeberkan sejumlah dokumen dan publikasi tentang tsunami Waiteba 45 tahun silam. Dokumen penelitian dari peneliti bencana dan publikasi media nasional dan internasional saat itu. 

Tsunami setinggi 7-9 meter itu menyapu Waiteba dan kampung-kampung di pesisir selatan Lembata. Air laut mengubur desa tersebut sekitar pukul 01.00 dini hari saat warga tertidur pulas. 

Setiap tahun warga Atadei masih memperingati Tsunami Waiteba setiap tanggal 18 Juli dengan misa dan menyalakan lilin di Waiteba. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved