Berita Internasional

Para Pemimpin ASEAN Bertemu di Australia, Tiongkok dan Myanmar Bakal Jadi Agenda Utama

Tiongkok yang semakin tegas dan krisis kemanusiaan di Myanmar kemungkinan menjadi agenda utama ketika para pemimpin Asia Tenggara bertemu di Australia

Editor: Agustinus Sape
VNA
Para pemimpin berpose untuk foto bersama pada KTT ASEAN - Australia ke-3 di Jakarta, Indonesia, pada 7 September 2023. 

POS-KUPANG.COM - Sikap Tiongkok yang semakin tegas dan krisis kemanusiaan di Myanmar kemungkinan besar akan menjadi agenda utama ketika para pemimpin Asia Tenggara (ASEAN) bertemu di Australia untuk menghadiri pertemuan puncak yang jarang terjadi pada minggu ini.

KTT Khusus ASEAN-Australia yang dimulai di Melbourne pada hari Senin (4/3/2024) menandai 50 tahun sejak Australia menjadi mitra resmi pertama blok Asia.

Para pemimpin sembilan dari 10 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diperkirakan akan menghadiri pertemuan puncak yang berlangsung selama tiga hari tersebut.

Myanmar tidak diikutsertakan dalam perwakilan politik karena kegagalannya membendung kekerasan di negara tersebut sejak junta militer mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021.

Diundang sebagai pengamat resmi ASEAN dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengundang rekannya dari Selandia Baru ke Melbourne untuk bertemu dengan para pemimpin regional tersebut.

“Australia memandang ASEAN sebagai pusat kawasan yang stabil, damai dan sejahtera,” kata Albanese dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

“Memperkuat hubungan kita memastikan kemakmuran dan keamanan bersama di masa depan,” tambahnya.

Baca juga: Tak Bicarakan Nasib Pilot Susi Air, Dubes Australia untuk Indonesia Puji Pembangunan di Papua

Australia pernah menjadi tuan rumah bagi para pemimpin ASEAN sebelumnya di Sydney pada tahun 2018. Para pemimpin tersebut mengeluarkan pernyataan bersama dengan negara tuan rumah yang menyerukan kode etik yang mencakup perairan Laut Cina Selatan yang disengketakan, di mana Tiongkok menjadi semakin tegas atas klaim teritorialnya yang bersaing dengan sejumlah negara ASEAN.

Australia dan Filipina, anggota ASEAN, melakukan patroli laut dan udara bersama di Laut Cina Selatan untuk pertama kalinya pada bulan November tahun lalu.

Pada bulan November juga, Australia mengusulkan kepada anggota ASEAN agar mereka menyatakan dalam pernyataan bersama di akhir KTT Melbourne bahwa mereka mendukung keputusan arbitrase tahun 2016 di Den Haag yang mendukung Filipina yang membatalkan klaim teritorial Beijing yang luas di Laut Cina Selatan, Australian Broadcasting Corp mengatakan pada bulan Desember. Tiongkok telah menolak keputusan itu.

Negara ASEAN lain yang klaim teritorialnya berkonflik dengan Tiongkok adalah Brunei, Malaysia, dan Vietnam.

Sikap Tiongkok yang semakin tegas di Laut Cina Selatan dan kekerasan di Myanmar menjadi puncak pertemuan para diplomat ASEAN pada bulan Januari di Laos, negara termiskin kelompok tersebut, yang telah mengambil alih kepemimpinan bergilir blok tersebut pada tahun ini.

Wakil direktur program Asia International Crisis Group Huong Le Thu, yang menghadiri pertemuan puncak di Australia, mengatakan ASEAN selalu terpecah mengenai cara mendekati Tiongkok, dengan masing-masing negara anggota menjaga hubungan bilateral yang unik dengan raksasa ekonomi tersebut.

“Saya tidak melihat kesamaan dari satu pendekatan dapat dilakukan. Mereka sedang mencari cara terbaik untuk mengelola asimetri kekuatan yang mereka alami dengan Tiongkok,” kata Le Thu.

Krisis kemanusiaan di Myanmar yang terjadi selama KTT ini menantang kredibilitas ASEAN sebagai sebuah organisasi, katanya.

“Pertama-tama, hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keberadaan lembaga ini: mengapa pemerintahan negara-negara di kawasan ini bersatu dan apa tujuan lembaga antar pemerintah ini jika lembaga tersebut tidak dapat mengambil tindakan terhadap krisis internal yang berdampak pada organisasi mereka sendiri dan kawasan ini?” kata Le Thu.

Baca juga: Australia Waspadai Ambisi Keamanan Tiongkok di Pasifik, Termasuk di Timor Leste

Sekitar 200 pengunjuk rasa, sebagian besar dari diaspora Myanmar, berdemonstrasi di luar KTT pada Senin pagi menuntut pemulihan demokrasi di Myanmar dan agar ASEAN tidak terlibat dengan para pemimpin militer negara tersebut.

Australia, sebagai tuan rumah KTT, fokus pada kerja sama maritim, hubungan ekonomi, perubahan iklim, dan energi bersih.

Melissa Conley Tyler, direktur eksekutif lembaga pemikir Pembangunan, Diplomasi, dan Dialog Pertahanan Asia-Pasifik, memperkirakan para pemimpin akan fokus pada kesamaan di antara mereka daripada perbedaan dalam isu-isu seperti Tiongkok dan Myanmar.

“Fokusnya adalah bagaimana Australia dan negara-negara ASEAN bekerja sama untuk menciptakan kawasan yang kita inginkan?” kata Conley Tyler, yang menghadiri pertemuan puncak tersebut.

“Myanmar adalah isu yang terus berlanjut, tapi saya tidak yakin ini akan menjadi fokus. Saya rasa fokusnya akan positif, berorientasi ke masa depan, membicarakan apa yang bisa kita lakukan bersama dan membangun rasa kegembiraan dan momentum,” tambahnya.

Anggota ASEAN termasuk Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam, dan mereka memiliki populasi gabungan lebih dari 650 juta dan PDB lebih dari $3 triliun.

(abcnews.go.com)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved