Belum lagi, dia menilai teknis program ini juga belum jelas. Mulai dari, pendataan penerima manfaat, alur pasok bahan baku, dan implementasinya masih ke penerima manfaat.
“Alih-alih menciptakan kesejahteraan, program makan siang gratis berpotensi menambah persoalan, seperti memperlebar defisit anggaran, merusak program-program yang sudah stabil, menciptakan tumpukan sampah akibat makanan sisa, menganggu neraca perdanganan akibat bahan baku yang diimpor,” ungkapnya.
Dia menyarankan agar pemerintah berpikir lebih jernih dan kreatif, dalam melihat sumber pendapatan untuk membiayai program makan siang gratis tidak bisa merealokasi anggaran dari program lainnya.
“Kecuali memang, birokrasi di Indonesia benar-benar bekerja keras untuk melakukan efisiensi anggaran. Meskipun itu sekali belum tentu efektif. Pondasi sumber anggaran program makan siang gratis masih compang-camping, tidak jauh berbeda dengan rencana implementasinya,” imbuhnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.