Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 25 Februari 2024, Dengarkanlah DIA !
Kerapkali sabda Tuhan tidak menjadi acuan utama. Kehendak Allah tidak menjadi pertimbangan yang harus didengarkan.
Apa yang mampu membuat mereka sanggup bertahan dalam masa yang sulit itu agar dapat melanjutkan tugas Yesus? Jawabannya seperti yang sudah dialami oleh Abraham. Tuhan membentuk iman mereka, agar percaya bahwa mereka istimewa di mata Tuhan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 22 Februari 2024, Peringatan Pesta Tahta Santo Petrus
IA mencintai mereka dan tidak akan pernah mengecewakan mereka. Maka Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, mewakili para murid yang lain untuk mendaki gunung yang tinggi. Dan di situ, Yesus berubah rupa. kemuliaanNya tampak berkilauan bersama Elia dan Musa.
Pernyataan kemuliaan dalam bentuk perubahan rupa adalah sebuah bukti permulaan yang disodorkan oleh Yesus kepada para muridNya. (Mrk 9:2-10) Dengan cara itu Yesus meyakinkan para murid bahwa kesulitan dan penderitaan yang akanmereka hadapi setelah sengsara dan wafatNya, tidak akan sebanding dengan sukacita dan kemuliaan yang dijanjikan kepadamereka.
Hal ini kemudian terbukti dalam sejarah. Setelah Yesus wafat dan bangkit, jemaat kristiani perdana mengalami masa persekusi dan kemartiran yang sangat berat.
Persekusi ini baru berakhir setelah edict Milan yang dikeluarkan oleh kaisar Konstantinus (313 M), yang memberi kebebasan bagi Umat Kristiani di wilayah imperium Romawi untuk beribadah secara terbuka. Dalam semua situasi yang paling gelap sekalipun, para murid Tuhan harus bertahan dan percaya bahwa Allah setia.
IA tidak pernah meningglkan mereka.
Dengarkanlah DIA
Di hadapan pernyataan kemuliaan Yesus, Petrus begitu terpukau. Ia rupanya tidak siap untuk melepaskan kenyamanan situasi yang sedang dihadapi. Ia meminta mendirikan kemah di tempat itu.
Sikap Petrus bukan semata-mata pernyataan sikap pribadi. Tapi ia mewakili juga sikap kita yang kerap mengikuti keinginan kita, untuk tetap berada di zona nyaman. Situasi yang nyaman kerap membuat kita enggan mendengarkan Yesus dan mengikuti-Nya.
Di era digital saat ini, ada banyak sumber informasi yang bisa kita dapatkan tentang bagaimana hidup kita di pentas dunia ini harus dilakoni. Kerapkali sabda Tuhan tidak menjadi acuan utama. Kehendak Allah tidak menjadi pertimbangan yang harus didengarkan.
Suara-suara dari lembaga atau institusi agama, suara para pengajar iman tidak menjadi acuan utama dalam hidup. Dalam situasi seperti ini, kata penutup dalam Injil hari ini, kembali menjadi undangan menarik untuk memaknai retreat agung 40 hari menjelang hari Paskah Tuhan.
“Inilah PuteraKu yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!”
Dengan mendengarkan Tuhan, kita juga menjadi anak terkasih Allah. Inilah janji dan sukacita yang ditawarkan bagi kita. Tidak ada ketakutan yang lebih besar dalam hidup yang mesti dikhawatirkan selain terpisah dari DIA dengan cinta dan kesetiaan yang sedemikan besar untuk kita.
PadaNya kita arahkan hidup kita. “Dengarkanlah Dia, IA memanggil kita !”
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.