Harga Beras Terus Merangkak Naik, Sri Mulyani Khawatir Inflasi Ikut Terkerek
Kenaikan harga beberapa kebutuhan pangan tersebut juga menjadi kekhawatiran pemerintah, mengingat sebentar lagi akan memasuki puasa.
"Dengan cara subsidi di gelontorkan, subsidi pupuk juga di perbesar anggarannya dan skalanya di perluas sehingga produksinya lebih besar," ungkapnya.
Untuk saat ini menjelang ramadan penyelesaian persoalan beras solusinya ialah menggelontorkan stok yang dimiliki oleh pemerintah, perusahaan lokal, serta penggilingan untuk di drop di pasar tradisional, termasuk mendorong satgas pangan Mabes Polri agar memantau stok yang dimiliki oleh pihak-pihak tersebut di atas agar tidak tertahan dan segera dikeluarkan.
"Termasuk Bulog untuk memastikan pendistribusian beras medium ke pasar tradisional dan retail," kata Reynaldi.
Jika Bulog lebih fokus kepada bantuan pangan secara packaging-nya dan tidak mengindahkan permintaan presiden untuk mengguyur di pasar tradisional dan retail maka lebih celaka lagi kondisi yang akan kita hadapi ke depan.
"Dan itu solusi yang kami tawarkan oleh IKAPPI kepada pemerintah dan semua pihak," katanya.
Sebagai informasi, Berdasarkan data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Jumat (23/2) pukul 11.01 WIB, Komoditas beras medium naik paling tinggi Rp 390 (2,65 persen) menjadi Rp 15.100 per kg. Sedangkan beras premium: Rp 16.310 per kg (turun 2,74 persen).
Kenaikan Hanya Sementara
Inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food melonjak pada Januari 2024.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, inflasi kelompok tersebut pada awal tahun ini sebesar 7,22 persen YoY atau naik dari 6,73 persen YoY pada Desember 2023.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kenaikan harga pangan ini hanya bersifat sementara. Sehingga tak akan mengganggu rancangan arah kebijakan moneter BI ke depan.
Senada dengan Bos BI, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai sejauh ini inflasi pangan belum akan menjadi alasan bagi BI mengubah kebijakan suku bunga acuan, apalagi sampai menaikkan kembali suku bunga.
“Sejauh ini belum. Walaupun, inflasi pangan memang masih akan naik karena pengaruh cuaca, musim tanam yang tertunda, dan hambatan distribusi,” terang David kepada Kontan.co.id, Kamis (22/2/2024).
Meski demikian, David yakin kenaikan inflasi pangan tak akan mengerek inflasi umum secara berlebihan. Dari kacamatanya, inflasi secara keseluruhan pada tahun ini masih akan berada dalam rentang sasaran 2,5 persen YoY plus minus 1 persen.
Bahkan, David membuka peluang suku bunga acuan BI akan mulai turun di semester II-2024. Kemungkinan tersebut juga seiring dengan peluang penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
BI Rate mungkin turun total hingga 75 basis poin (bps) pada tahun ini, sejalan dengan perkiraan penurunan suku bunga Paman Sam yang sebesar 75 bps.
Anggaran MBG Bakal Tembus Rp 300 Triliun pada Tahun 2026 Mendatang |
![]() |
---|
Harga Beras di Pasar Baru Kefamenanu Stabil |
![]() |
---|
Angin Segar untuk Provinsi dan Kabupaten Kota, Prabowo Buka Blokir Anggaran Rp 134,9 T |
![]() |
---|
1,3 Juta Ton Beras SPHP Disalurkan Juli |
![]() |
---|
Harga Beras dan Cabai Rawit Naik, Inflasi Juni 2025 Capai 0,19 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.