Berita Belu

Harga Beras Tembus Rp 17 ribu, Disperindag Belu Ajak Warga Konsumsi Pangan Lokal Sebagai Alternatif

distribusi beras ke Kabupaten Belu melibatkan proses distribusi panjang dari tiga daerah utama, yaitu Pulau Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat.

Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/AGUS TANGGUR
Ilustrasi pasar 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur

POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Harga beras di Kabupaten Belu tembus Rp 17 ribu per kilogram. Pemerintah Kabupaten Belu mengimbau warga bisa memanfaatkan pangan lokal sebagian alternatif. 

Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Sarana Distribusi dan Stabilisasi Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Belu, Rainard M. Koli, saat ditemui POS-KUPANG.COM, Kamis 22 Februari 2024.

Rainard mengakui harga beras, terutama jenis beras Lonceng, telah mencapai Rp 17 ribu per kilogram. Situasi ini menjadi perhatian serius, terutama dengan adanya keterbatasan daya beli masyarakat.

Rainard menjelaskan, Kabupaten Belu bukanlah daerah penghasil beras, melainkan daerah konsumen beras

Kata dia, distribusi beras ke Kabupaten Belu melibatkan proses distribusi panjang dari tiga daerah utama, yaitu Pulau Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat.

"Sebelum masa pasca panen, stok beras dari tiga daerah ini menurun, dan ini berdampak pada kenaikan harga beras. Selain itu, saat ini kita juga menghadapi situasi pasca libur panen, sehingga kondisi harga-harga barang, termasuk beras, sedang melonjak," ungkap Rainard.

Menyikapi kondisi ini, Rainard menjelaskan bahwa daya beli masyarakat juga menurun, seiring dengan belum adanya produksi panen yang memadai. 

Menurutnya, meskipun harga beras mencapai titik tinggi, masyarakat saat ini masih kesulitan untuk mengaksesnya karena kondisi ekonomi yang lemah.

"Harga beras premium tertinggi sementara mencapai Rp 17.000 dan beras dari Sulawesi mencapai Rp 16.000. Beras bersih dari Bulog di agen yang sudah bermitra standar harga Rp 11.500," jelas Rainard.

Ia menyampaikan, pemerintah berencana mengelola stok beras melalui Bulog untuk mengendalikan kenaikan harga. Namun, stok terbatas karena alokasi untuk program bantuan sosial (bansos) bagi keluarga kurang mampu.

"Kami meminta operasi pasar khusus untuk membantu masyarakat, namun belum bisa dilaksanakan karena stok yang ada masih difokuskan untuk bansos," tambah Rainard.

Rainard mengingatkan masyarakat agar tidak panik dan mencari alternatif pangan lokal yang lebih terjangkau, seperti ubi, talas, dan jagung.

Baca juga: Penjabat Bupati Rote Ndao Sebut Gereja dan Pemerintah Jadi Mitra Bangun Spirit Warga

Ia juga mengajak masyarakat untuk menghargai dan tidak membuang-buang makanan yang tersedia, serta memanfaatkan situasi sulit ini sebagai peluang untuk belajar menghemat dan menghargai sumber daya yang ada.

"Ini adalah langkah sementara yang kita ambil, dan kita harapkan masyarakat untuk tetap bijak menghadapi kondisi sulit ini," pungkas Rainard. (cr23)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved