Harga Beras Terbang Tinggi Menjauhi HET, Bulog Banjiri Pasar Induk dengan Beras SPHP

Selain itu, jalur distribusinya juga terganggu oleh banjir di sejumlah daerah seperti di Demak dan Grobogan.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/BERTO KALU
Stok beras di gudang Bulog. Sejumlah komoditas pangan terpantau mengalami kenaikan harga setelah Pemilu 2024. 

Dia mengatakan bahwa pemberian bantuan pangan kepada masyarakat merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mengendalikan harga beras dengan meningkatkan suplai di masyarakat.

Sementara Direktur Utama Perum Bulog Bayu Khrisnamurti yang turut hadir mendampingi Presiden menerangkan bahwa saat ini Bulog secara rutin memasok Beras SPHP ke Pasar Induk Beras Cipinang, retail modern, pasar tradisional dan saluran distribusi lainnya.

Untuk itu, selepas kegiatan bersama Presiden di Cipinang dirinya menyempatkan untuk mengunjungi Pasar Tradisional Rawamangun dan Transmart Cempaka Putih guna melakukan pengecekan ketersedian Beras SPHP.

"Saya mendampingi Presiden ke Pasar Induk Beras Cipinang, seperti yang beliau sampaikan kalau beras SPHP di Cipinang tersedia dengan jumlah yang melimpah. Kemudian saya juga mengecek ke Pasar Tradisional Rawamangun dan Transmart Cempaka Putih, di kedua tempat ini Beras SPHP nya tersedia cukup dan kami akan terus menggelontorkan Beras SPHP ini ke berbagai saluran distribusi guna memastikan kebutuhan masyarakat tercukupi,” terangnya.

Bukan Karena Bansos

Polemik beras di dalam negeri tak kunjung usai. Bukan hanya soal harga yang tinggi, belakangan beberapa ritel modern bahkan mulai kehabisan stok.

Kondisi tersebut kemudian dikaitkan dengan masifnya penyaluran bantuan sosial beras yang disalurkan oleh pemerintah yang diduga menjadi salah satu penyebab kelangkaan dan kenaikan harga beras.

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai kelangkaan dan kenaikan harga beras awal tahun ini terjadi bukan karena bansos dari pemerintah.

Menurutnya hal ini sulit dibuktikan mengingat ada kondisi kritis lainya seperti defisit produksi beras yang mencapai 2,8 juta ton di awal tahun.

Selain itu banyaknya agenda besar pada awal tahun ini mulai dari Pemilu hingga Lebaran yang akan memantik kenaikan permintaan beras.

"Jadi, menurut saya, sulit memastikan bahwa kenaikan harga beras atau beras menghilang di ritel modern, karena bansos," jelas Khudori pada Kontan.co.id, Jumat (16/2/2024).

Khudori mengatakan kondisi beras saat ini memang krusial karena ada ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.

Terlebih panen besar diprediksi baru terjadi pada Maret ini dengan surplus yang diperkirakan mencapai 0,97 juta ton.

Hanya menurutnya surplus ini juga akan menjadi rebutan banyak pihak terutama untuk mengisi jaring-jaring distribusi yang sebelumnya kering karena paceklik.

"Ini memang krusial, Maret ada Ramadan dan April ada Idulfitri, Penting buat pemerintah untuk memastikan pasokan beras dalam jumlah memadai. Jika tidak, harga potensial naik dan bisa menimbulkan kegaduhan, bahkan berdampak ke soal sosial-politik," jelas Khudori. (*)

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved