Berita Alor

Kampanye Terakhir, Ans Takalapeta Cerita Keberhasilan Program Gerbadestan era 1999-2009

Kampanye digagas dalam bentuk dialog publik dengan tema: Refleksi dan Relevansi Keberhasilan Program Gerakan Membangun Desa dan Pertanian

Penulis: Rosalia Andrela | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Ir. Ansgerius Takalapeta, caleg DPRD Provinsi NTT Dapil 6 Flotim, Lembata, Alor dari Partai Golkar nomor urut 1. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Rosalia Andrela

POS-KUPANG COM, KALABAHI - Caleg DPRD Provinsi NTT dapil 6 Flores Timur, Lembata, Alor dari Partai Golkar nomor urut 1, Ir. Ansgerius Takalapeta melakukan kampanye terakhir di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Rabu 7 Februari 2024.

Kampanye digagas dalam bentuk dialog publik dengan tema: Refleksi dan Relevansi Keberhasilan Program Gerakan Membangun Desa dan Pertanian (Gerbadestan) di era 1999-2009 Menuju Indonesia Emas 2045.

“Kita tahu era 1998 itu era reformasi yang dibarengi dengan krisis multidimensi. Krisis ekonomi, politik, sosial budaya, bahkan krisis akhlak. Lalu di tengah krisis dan reformasi itulah lahirlah kebijakan otonomi daerah. Bersamaan pula, dunia menghadapi era globalisasi atau perdagangan bebas,” ujar Ans mengawali kampanye di aula Watamelang.

Ans mengisahkan saat di tengah berbagai kesulitan, dirinya terpilih menjadi Bupati Alor. Pasca dilantik dia mengunjungi semua kecamatan di Kabupaten Alor.

Kecamatan pertama yang didatangi yakni Alor Selatan, masyarakat menyambutnya dengan lagu Simane Kampung Kita, yang berarti apa yang kami buat untuk kampung kita. Ketika ke Pantar, di sana orang menyanyi Leoworo piring sina. Artinya negeri yang indah seindah piring sina dan mangkok Jawa. 

“Dulu kita masih makan pake tempurung kelapa, jadi kalau kita makan dengan piring Sina dan mangkok Jawa. Itu sebagai spirit membangun harapan, agar orang membangun masyarakat seindah itu. Lalu ada lagu Raja Mauboli. Artinya orang membangun harapan supaya raja itu dekat dengan rakyatnya, mendatangi rakyat untuk membangun bersama,” kenangnya.

Dia juga mengunjungi pura saat menari lego-lego sambil berpantun tentang eli mule noa. Artinya, bekerja bersama membangun kampung halaman, dan menikmati hasilnya bersama. 

Menuju Kecamatan Alor Barat Laut wilayah pantai, di sana ada lagu kuli mate-mate haki tetap lego. Artinya, bekerja keras mendapat hasil yang baik, tapi jangan lupa kampung halaman. Ada juga lagu bunga melangkiki, sebagai harapan generasi muda yang terus mendatangkan budaya kebaikan. 

“Begitu pun di Alor Timur, ada lagu Waipeka Seligeipo gete seli boli, ana koda kang-kang sa gete seli geina. Artinya, perahu Waibeka berlayar di tengah angin ribut, kalau nahkodanya hati-hati, pasti selamat. Lagu itu saya dengar sejak SD, tetapi saya dengar lagi sebagai seorang bupati artinya betul-betul lain sekali. Jadi syair lagu-lagu itu sebenarnya punya pesan untuk kepemimpinan dan kehidupan kita,” ungkapnya.

Tanggal 1 April tahun 1999 di Desa Aimoli, Ans yang saat itu menjabat sebagai Bupati Alor menjalankan Gerbadestan. Permasalahan yang dihadapi, pertumbuhan ekonomi kabupaten Alor tahun 1998 minus 2,4 persen.  Saat itu, Indeks pembangunan manusia (IPM) Alor pada saat itu urutan ke 14 dari 16 kota/kabupaten di NTT.

Tahun-tahun tersebut jati diri orang Alor terpinggirkan. Orang Alor pergi ke Kupang, dilihat sebagai orang dari daerah terbelakang dan terpencil. Stigma yang disematkan kepada orang Alor, adalah biasa terbang. Begitupun dengan pejabat yang banyak menolak mutasi ke Alor. Melihat hal tersebut, Ansgerius mengambil spirit dari masyarakat melalui syair lagu-lagu pantun untuk menggagas Gerbadestan.

Baca juga: Milad HMI ke-77, Pemda Ajak Refleksi Bhakti HMI untuk Kabupaten Alor 

Tujuannya untuk percepatan pembangunan daerah, penguatan jati diri daerah dan masyarakat. Lalu ada tiga komponen yakni program pemda, swadaya masyarakat, dan kemitraan dengan LSM, NGO, BUMN, BUMD dan perusahaan lainnya.

Ada empat agenda Gerbadestan yakni pemberdayaan ekonomi rakyat, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan sarana dan prasarana dan penguatan kelembagaan. Prinsip Gerbadestan dilakukan secara serentak tetapi selektif sesuai wilayah, sederhana mulai dari masyarakat serta fokus dan sungguh-sungguh dilaksanakan.

"Potensi daerah kita sangat terbatas di bidang pertanian. Karena itu saya bilang ke masyarakat, kita mesti punya pola produksi dan konsumsi yang beragam. Konsep ini pernah mendapat apresiasi dari Uskup Agung Kupang karena Alor tidak kekurangan pangan,” ujar Politisi Golkar tersebut.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved