Berita Kota Kupang
Lahir dari Kecemasan dan Kekhawatiran, Veronika Ulle Bhoga Luncurkan Buku "Budaya Tradisional Reba"
Penulis senior Dra. Veronika Ulle Bhoga, M.Si meluncurkan sebuah buku berjudul "Budaya Tradisional Reba".
Penulis: Ray Rebon | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RayRebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Penulis senior Dra. Veronika Ulle Bhoga, M.Si meluncurkan sebuah buku berjudul "Budaya Tradisional Reba".
Peluncuran kedua buku berjudul "Budaya Tradisional Reba" dengan penulis Dra. Veronika Ulle Bhoga dan " Hermeneutika Tradisi Ngada" penulisnya Pater Felix Baghi Dkk itu berlangsung di Ballroom Santo Hendrikus Unwira Kupang, Kamis 8 Februari 2024.
Peluncuran kedua buku dan pembedahan buku ini menghadirkan tiga penulis, Pater Hubertus Muda, SVD, Pater Felix Baghi, SVD, Dra. Veronika Ulle Bhoga, M.Si dan Ketua Pusat Studi Filsafat, Rm. Dr. Oktovianus Naif selaku penanggap.
Acara peluncuran dan pembedahan buku itu dimoderatorai oleh Dr. Yohanes Vianey Watu yang merupakan buadayawan NTT, sekaligus dihadiri oleh Ketua Ikatan Keluarga Besar Ngada (IKADA) Kupang dan pengurus, akademisi, mahasiswa, penggiat budaya dan undangan lainnya.
Dra. Veronika Ulle Bogha dalam memontum tersebut mengungkapkan lahirnya buku tersebut didasarkan dari kekhawatiran dan kecemasannya berdasarkan usia tokoh-tokoh adat saat ini.
Menurut penulis kelahiran Jerebu'u pada 25 Oktober 1948 ini, budaya merupakan suatu pengetahuan.
Sebagai pengetahuan, mantan DPRD Ngada itu menekan pentingnya generasi saat ini maupun semua masyarakat harus dipelajari dan dirawat budaya dengan baik.
Baca juga: Sukarelawan Ganjar Adakan Bedah Buku Nobar Film Bersama BEM UCB Kupang
Dalam hidup berbudaya, zaman sekarang diperhadapkan dengan banyaknya tantangan, terutama generasi muda atau para mahasiswa kurangnya minat dan perhatian mereka dengan budaya.
"Menurut saya budaya harus diliterasikan dan dideskrisikan secara tertulis," ungkapnya.
Veronika mengaku bahwa Kecamatan Jeribu'u merupakan museum budaya Ngada.
Buku ini berceritera tentang budaya di Kabupatena Ngada, terutama upacara adat Reba yang merupakan perayaan tradisional tahunan masyarakat Ngada untuk merayakan tahun baru adat, syukuran atas hasil bumi, penghormatan terhadap leluhur dan perayaan persatuan dalam rumah adat dan suku.
Menurut Veronika, di Kabupaten Ngada terdapat tiga etnis yakni, Bajawa, Soa dan Riung, dimana yang menjalakan uapacara Reba adalah etnis Bajawa.
Diakuinya bahwa inti dari upacara Reba adalah berkumpul.
Sementara itu, Pater Hubertus Muda, SVD memaknai tradisi Reba merupakan sebuah selebrasi persaudaraan.
Menurut P. Hubert tradisi reba merupakan perayaan tradisonal yang mengumpulkan semua orang untuk bersyukur dan menghidupi budaya peninggalan para leluhur.
Baca juga: Launching dan Bedah Buku: Martabat Bangsa dalam Politik Tanpa Martabat
Dia meminta agar tidak boleh kalah dengan ajaran ancaman yang datang dari luar.
Menurut dia, buku hasil karya Veronika Ulle Bogha bukan merupakan sebuah kejayaan restorasi masa lampau dalam bentuk sebuah rumusan formal, melainkan artikulasi dari keyakinan relegius terhadap Allah melalui budaya Reba Ngada.
"Reba merupakan selebrasi persaudaraan, lahir dari kesadaran relegius dalam ritus atau upacara adat Reba," ungkapnya.
Oleh sebab itu, perkumpulan dalam upacara adat Reba yang masih memiliki kesadaran relegius di masyarakat.
Pater Felix Baghi, SVD melalui zoom pun mengatakan tradisi atau upacara adat yang dilakukan masyarakat Ngada melalui upacara adat Reba merupakan simbol kepercayaan melalui perkumpulan, dimana harus mengambil makna terdalam dari ritus atau upacara adat Reba tersebut.
Hadirnya buku ini untuk mengingatkan masyarakat Ngada akan pentingnya budaya, terutama upacara adat Reba sebagai sebuah perkumpulan yang percaya pada tradisi atau mengeksplorasi masyarakat atau kebudayaan Ngada.
Oleh sebab itu, dirinya meminta masyarakat Ngada untuk bagaimana pentingnya menjaga makna dari upacara adat Reba tersebut.
Dalam bukunya, dirinya berharap masyarakat dapat memaknai dan menjalankan makna dari ritus Reba sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketua Pusat Studi Filsafat, Rm. Dr. Oktovianus Naif mengapresiasi para pemikir Ngadaensis atas kedua buku yang telah diluncurkan untuk memberikan pencarahan kepada masyarakat akan pentingnya suatus kebudayaan di masyarakat.
Menurut romo Okto, mitos dan tradisi Reba merupakan sebuah warisan budaya yang komplit, namun terbuka untuk teliti, ditafsir dan dikritik sehingga tradisi Reba eksis secara continuum et novum.
Dengan menafsir ulang mitos dan tradisi reba, maka orang Ngada dapat menemukan di dalam mitos-tradisi Reba keindahan terlampau antik dan keindahan terlampau baru serta dekalog pedoman hidup manusia Ngada.
Diakui bahwa mito- tradisi Reba sangat bermakna, sehingga orang Ngada bermakna dengan tradisi Reba yang dimilikinya.
Baca juga: Bedah Buku ALDERA di Undana Kupang, Pius Lustrilanang ajak Mahasiswa Ingat Perjuangan Reformasi
Menurut dia, banyak pikiran dan ide dituangkan oleh para penulis dalam buku yang diluncurkan yang mempunyai makna, sehingga akan menarik minta masyarakat untuk mengikuti pemikiran mereka yang memiliki makna tersendiri. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.