Berita Kota Kupang
Bedah Buku Kerajaan Timor Sonbai Punya Dua Kisah, Minta Penulis Pahami Sketsa Politik Belanda
penulis memperhatikan pola etik dan etnik dari tulisan yang memuat susunan sejarah, unsur budaya, konteks berpikir masyarakat
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Panitia menggelar Bedah Buku Kerajaan-kerajaan di Timor Sonbai Punya dua kisah Taebenu punya Dua Kisah Cetakan ke-2.
Buku tersebut ditulis oleh Jefri L.A. Sine, mahasiswa jurusan Theologi pada Universitas Kristen Artha Wacana atau UKAW Kupang.
Pelaksanaan Bedah Buku berlangsung di Hotel SMKN 3 Kupang dengan menghadirkan tiga orang penyangga antara lain Dosen Sejarah, Dr. Melkisedek Taneo, M.Si., ahli Antropologi, Pater Prof. Dr. Gregor Neonbasu, SVD, dan Kepala Dinas P dan K NTT, Linus Lusi.
Baca juga: Pojok Dialektika Jikom Undana Bedah Buku Potret Budaya TV Masyarakat Perbatasan Indonesia -Tiles
Pater Prof. Dr. Gregor Neonbasu, SVD meminta kepada penulis agar memahami sketsa politik Belanda yang memecah belah dan merekayasa fakta sejarah kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Timor.
Pihakhya juga meminta agar penulis memperhatikan pola etik dan etnik dari tulisan yang memuat susunan sejarah, unsur budaya, konteks berpikir masyarakat, hasil karya manusia.
"Penulis harus menyinggung Etnografi dan tradisi lisan yang harus dikaji secara cermat, terutama fakta sejarah kerajaan Timor yang ditutupi oleh Belanda, serta mencari sumber/dokumen yang mampu memperkaya tulisan dari buku tersebut," pinta Pater. Prof. Greogor Neonbasu.
Dalam kesempatan itu, Dr. Melkisedek Taneo, M.S.i. mengatakan berbicara tentang kerajaan besar di Timor pasti ada kerajaan kecil (Amaf) yang menopangnya sehingga isi buku harus menyinggung kerajaan kecil dan pengaruhnya.
Selain itu Kerajaan Timor memiliki pengaruh terhadap ritual yang berhubungan dengan supranatural semesta alam sehingga penulis harus dapat melakukan kajian agar semakin melengkapi isi buku tersebut.
Baca juga: Pojok Dialektika Jikom Undana Kupang Bedah Buku Potret Budaya Televisi Masyarakat Perbatasan
itu, penulis juga harus menyebutkan silsilah/kekerabatan dari Sonbai, serta mengangkat aspek ekonomi yang menjadi salah satu unsur penting dalam membangun kerajaan Sonbai.
"Dalam menulis buku yang bermuatan budaya lokal, penulis harus memiliki kemampuan menggali fakta sejarah sebelum kedatangan Bangsa Eropa yang telah mencerai-beraikan fakta sejarah sesungguhnya," pintanya.
Sedangkan Kepala Dinas P dan K NTT, Linus Lusi mengapresiasi keberanian dari seorang Mahasiswa Teologi untuk menulis buku terkait budaya kerajaan di Timor.
Meski demikian, masih banyak tulisan yang perlu pembenahan dengan melengkapi berbagai kritik dan saran dari penyangga terdahulu.
Linus menilai berbicara tentang budaya dan mengungkap fakta sejarah masa lalu menjadi hal yang sulit dan tidak semua orang dapat melakukannya, dan harus mengkaji secara cermat dan tepat sehingga buku tersebut memuat referensi lengkap sehingga dapat menyajikan kepada masyarakat tulisan berbasis data yang akurat dan berimbang.
Pemprov NTT melalui Dinas P dan K juga memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat/ilmuan/akademisi yang berminat mempelajari budaya daerah sebagai aset kekayaan budaya bangsa. (*)