KKB Papua

Pilot Susi Air yang Diculik KKB Papua Setahun Lalu Akan Dibebaskan, Kata TPNPB-OPM

Kepala Staf Umum Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), Terianus Satto, dalam keterangannya mengatakan pilot Susi Air akan dibebaskan.

Editor: Agustinus Sape
DOKUMENTASI TPN-OPM
Sudah satu tahun pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya terhitung sejak 7 Februari 2023. Kabar terbaru dia akan dibebaskan 7 Februari 2024. 

Pada Mei 2023, pemberontak mengancam akan membunuh Mehrtens jika tuntutan mereka untuk perundingan kemerdekaan tidak dipenuhi dalam waktu dua bulan. Banyak outlet berita memilih untuk tidak menayangkan video tersebut, di mana Mehrtens menyatakan tuntutan kelompok tersebut.

Dalam video tersebut, Mehrtens memegang bendera Bintang Kejora yang dilarang, simbol kemerdekaan Papua Barat, dan dikelilingi oleh para pejuang Papua yang mengacungkan senapan.

Polisi Papua mengatakan tahun lalu bahwa mereka kesulitan mengakses dataran tinggi yang terisolasi dan terjal, tempat Mehrtens diyakini ditahan. Pihak berwenang memprioritaskan perundingan damai, termasuk mengerahkan tokoh suku dan gereja, kata Kapolda Papua Mathius Fakhiri.

Peters mengatakan pemerintah telah bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia untuk menjamin pembebasan Mehrtens dan telah menghidupi keluarganya. “Biar saya perjelas. Tidak pernah ada pembenaran atas penyanderaan,” kata Peters.

Baca juga: KSAD Sebut Akan Bertemu Pihak KKB untuk Negosiasi Pembebasan Pilot Susi Air 

Dia mengatakan dia telah berbicara dengan keluarga Mehrtens baru-baru ini, dan meyakinkan mereka bahwa pemerintah sedang menjajaki semua cara untuk membawa pulang Phillip. “Mereka telah meminta privasi dan saya meminta agar keinginan mereka dihormati.”

Outlet berita Selandia Baru Stuff melaporkan bahwa Mehrtens – berusia 37 tahun ketika dia diculik – tumbuh dan dilatih sebagai pilot di Selandia Baru. Dalam beberapa tahun terakhir, dia tinggal di Bali bersama istri dan anaknya, menurut Stuff.

Mehrtens berasal dari kota Christchurch, menurut New Zealand Herald. Dia fasih berbahasa Indonesia dan merupakan salah satu dari sejumlah pilot ekspatriat yang dipekerjakan oleh maskapai penerbangan Indonesia Susi Air, kata surat kabar itu.

Pada saat penculikan Mehrtens, Sebby Sambom, juru bicara pemberontak, mengatakan pejuang kemerdekaan menyerbu pesawat Susi Air tak lama setelah mendarat, membakar pesawat dan menangkap pilotnya. Sambom mengatakan kelima penumpang tersebut, termasuk seorang anak kecil, dibebaskan karena merupakan warga asli Papua.

Ia menambahkan, uji coba tersebut dilakukan karena Selandia Baru, bersama Australia, dan Amerika Serikat, bekerja sama secara militer dengan Indonesia. Pesawat itu dijadwalkan menjemput 15 pekerja konstruksi yang membangun pusat kesehatan di Paro, setelah sekelompok pemberontak separatis mengancam akan membunuh mereka, kata Bupati Nduga Namia Gwijangge.

Pekan lalu, Sambom mengatakan Mehrtens belum dibebaskan karena pemerintah Indonesia dan Selandia Baru tidak ingin berbicara dengan kelompok bersenjata tersebut.

“Kami sudah terbuka tapi pemerintah Indonesia dan Selandia Baru tidak mau berbicara dengan kami, jadi kami tidak tahu alasannya.”

Konflik di Papua telah meningkat secara signifikan sejak tahun 2018, dengan para pejuang pro-kemerdekaan melakukan serangan yang lebih mematikan dan lebih sering, terutama karena mereka berhasil mendapatkan senjata yang lebih canggih.

Hal ini dimulai setelah wilayah tersebut secara kontroversial berada di bawah kendali Indonesia dalam pemungutan suara yang diawasi oleh PBB pada tahun 1969.

(uk.news.yahoo.com)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved